Part 39

2.1K 153 9
                                    

"Kamu dimana Bie?"

Nathan sudah mulai kelelahan mencari Prilly, hampir semua rumah teman Prilly dia datangi, Mall dan tempat tempat nongkrong anak muda pun sudah dia cari tetapi tetap saja dia tidak menemukan Prilly.

"Gimana caranya jelasin sama oma Pa kalo kayak gini????"

Nathan terdiam sejenak, sedari tadi dia sempat memikirkan satu cara untuk menemukan Prilly, tetapi dia ragu haruskah cara itu dia lakukan, karena dampaknya akan membuat dia menjauh dari Prilly.

"Apa harus dengan cara itu??"ucap Nathan.

Nathan mengambil ponselnya, tangannya mencari nama kontak dan menelponnya.

"Lo dimana??"

Sementara itu Kevin tengah bersantai di ruang tamu Max, dari tangga terlihat Max memakai jaketnya dengan terburu-buru.

"Lo mau kemana?"tanya Kevin.

"Gantiin gue balap malam ini!!"jawab Max yang langsung pergi meninggalkan Kevin.

"Wah...Wah...LO GILA!!"teriak Kevin dengan ekspresi wajah tidak percayanya yang terlihat sangat menggemaskan. #EH

Max melajukan mobilnya dengan cepat, matanya terlihat merah dan terdapat buliran keringat di pelipisnya. Entah apa yang dia pikirkan, hanya dia dan Tuhan yang tau,

Nathan tersenyum kecil saat melihat hamparan laut di depannya, udara malam yang dingin serta hembusan angin yang seakan merasuk  hingga ke tulangnya tidak dia pedulikan. Seragam sekolah masih melekat sempurna di tubuhnya.

"Seharusnya aku sadar Bie, semua telah berubah. Tidak ada satu hal pun yang masih sama seperti dulu, kebodohanku yang pergi tanpa pesan ternyata telah menghancurkan aku selebur ini. Keputusan ku untuk berjuang dalam diam ternyata bukan ide yang baik. Lihat!! Apa yang aku dapat?? Aku sehat....aku sembuh tetapi sekarang hatiku sakit, penyakit baru yang lebih parah kini mulai menggerogoti hati dan pikiran aku. Apa yang harus aku lakukan??? Melupakanmu??Apa bisa??? Mengikhlaskanmu??Apa semudah itu??"

Nathan memejamkan matanya, mencoba meraskan setiap desiran angin yang dia harap mampu memberi rasa segar pada otaknya.

"Lo dimana??"

"Apa perlu lo?? "

"Gue perlu bantuan lo buat cari Prilly"

"Heh,,"

Hanya nada mengejek yang Nathan dengar dari seberang teleponnya.

"Dia milik lo kan? lo yang harusnya berusaha buat nemuin dia... kenapa minta bantuan sama gue."

"Gue ga peduli dengan apa yang terjadi sama kita sebelumnya, tapi keselamatan Prilly lebih penting untuk saat ini."

"Gue ga peduli sayangnya!!! Gue udah ga peduli dan ga akan peduli. Lo yang punya tanggung jawab atas dia jadi lo yang harus nemuin dia bukan gue!!!"

Nathan menghela nafasnya, dia seharusnya tau bahwa lawan bicaranya ini sangat keras kepala.

"Berhenti bersifat kekanak kanakan seperti itu Max, gue tau lo cemburu!!"

"Tau apa lo tentang perasaan gue!!"pekik Max lewat telpon.

"Gue lebih tau dari siapapun apa yang lo rasain saat ini! jangan lupa kita tengah menaruh hati pada orang yang sama."jawan Nathan.

"Bukan kita!! Tapi lo!!"

"Heh!! Lo yakin cuma gue??? Dari sikap lo yang sekarang aja gue bisa tau kalo lo masih sayang sama dia!"

"Ga usah sok tau!!"

Nathan tersenyum kecil, ternyata lawannya ini sangat mudah di tebak.

"Kalo lo emang udah ga peduli sama dia, kenapa lo angkat telpon gue?? Bahkan lo angkat hanya dalam dua kali deringan,"skak  mati Nathan.

"Lo ga bisa ngelak Max, mulut lo bisa bilang engga beribu ribu kali tapi sikap lo ga bisa nutupin ada jutaan cinta bahkan lebih buat Prilly. Lo tenang aja, gue sama Prilly udah selesai. Entah kapan pasti selesainya gue juga ga tau, yang jelas gue pernah ngelakuin kesalahan dengan ninggalin dia gitu aja. Walaupun awalnya gue pikir kalo gue punya alasan kuat yang bisa bikin dia tetap disamping gue saat gue kembali tetapi nyatanya yang cewek butuhin bukan alasan tapi tindakan. Alasan sekuat dan selogis apapun ga akan pernah bisa buat hati dia bertahan dan seharusnya gue sadar hal itu dari dulu. Gue akan mundur perlahan, gue kasi lo jalan buat maju."

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang