Part 24

2.4K 166 0
                                    

Max berkali kali memberikan pelajaran pada penjahat dihadapannya. Ternyata penjahat penjahat itu memiliki kemampuan yang lumayan sehingga membuat Max kewalahan.

"Sialan!! Gue pikir mereka cuma penjahat kacangan, ternyata lumayan!!"batin Max.

"MAX!!!"

Max mendengat suara teriakan dari dalam mobil yang dia yakini itu pasti Prilly.

"Prilly!!"

Max hendak menuju kemobil tetapi langsung dihalangi oleh salah satu penjahat.

"Lo mau kemana? Lo disini aja sama kita. Dan biarin gadis lo itu sama bos gue!!"

"Brengsekk!!!"

Kali ini Max benar benar harus mengerahkan tenaganya. Dia benar benar khawatir pada Prilly.

Sementara itu di dalam mobil....
"Gue udah bilang jangan teriak!!!"pekik penjahat itu kesal. Dia menekan pipi Prilly hingga Prilly merasa kesakitan.

"Saakitt!"lirih Prilly.

BUGHHHH!!

Max memukul kepala pria yang menyakiti Prilly. Dengan kasar Max menarik tubuh pria itu keluar dari mobil.

"Lo berani beraninya nyentuh Prilly!!!"teriak Max marah.

BUGHH!!!

"ANYING LO!!

Berkali kali Max memberikan pukulan pada wajah pria itu. Pria itu langsung mendorong Max dan segera lari bersama dengan kedua teman lainnya lagi.

"JANGAN LARI LO BANCI!!!!"pekik Max.

Max mengusap darah yang mengalir dari pinggir bibirnya dan bergegas menghampiri Prilly didalam mobil.

"Prill.."

Max melihat Prilly tengah meringkuk di kursi belakang. Kakinya dia tekuk dan dia peluk erat dengan kedua tangannya. Max langsung berpindah kebelakang dan duduk di sebelah Prilly.

"Prill...kamu gapapa??"

Prilly terkejut saat Max menyentuh kening Prilly bermaksud menyingkirkan poni Prilly yang menutupi wajahnya.

"Gapapa Prill, mereka udah pergi"

"Aku takut..aku takut! Jangan sakitin aku lagi..aku janji ga akan ngelakuin itu lagi"

Prilly mengucapkannya dengan pandangan yang kosong membuat Max khawatir.

"Prill udah gapapa, kamu jangan takut. Ga ada lagi yang mau nyakitin kamu. Ada aku..."

Prilly masih bergumam mengucapkan kata kata takut. Max langsung membawa Prilly kedalam pelukannya dan membelai lembut rambutnya.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••
Max termenung di blakon kamarnya. Tadi setelah kejadian itu, Max langsung mengantarkan prilly pulang. Beruntung Prilly sudah mulai tenang saat sampai dirumah jadi kejadian itu tida diketahui oleh Oma. Selain itu, Prilly juga melarang Max menceritakan kejadian itu.

"Kenapa Prilly setakut itu tadi?? Oke..memang siapapun yang di posisi dia pasti akan takut. Tapi ketakutan dia itu sama sekali berbeda. Seakan akan dia memiliki trauma."gumam Max pelan.

"Apa ini ada hubungannya dengan koran yang waktu itu?? Trauma??? Apa yang dimaksud trauma disana adalah.....???"

Max mengambil ponselnya dan menekan nomor ponsel seseorang.

"Haloo... Vin??

"............"

"Jangan banyak tanya!! Gue ada perlu sama lo!"

"............."

"Gue mau ke Yogya!!"

"............."
.
"Gue ga gila,nying!! Gue mau lo anterin gue kesana!"

"............."

"Gue ceritain nanti."

"............."

"Kenapa ga besok??"

"............."

"Ok..lagi dua hari lo sama gue bolos sekolah!!"

Max menutup ponselnya, dia sudah benar benar mantap kali ini. Dia harus tau semua masa lalu Prilly. Iya!! Dia harus tau!!!

Disisi lain, Prilly memainkan lampu tidurnya, dia matikan dan dia nyalakan lagi berulang ulang kali.

"Sampai kapan trauma ini ada??"gumam Prilly lirih.

"Tok..tok..tok...

Prilly membuka pintu kamarnya dan tersenyum saat melihat Oma Pah berdiri disana.

"Dia datang lagi..."kata Oma.

"Max kesini lagi??"tanya Prilly antusias. Katakan dia gila karena dia mulai senang setiap nama Max disebut.

"Wah.. ada yang mulai senang sepertinya jika Max datang kesini."goda Oma.

Prilly diam sambil tersenyum aneh.

"Tapi sayangnya bukan Max yang datang."

"Lalu siapa Oma??"

"Nathan....."

"Nathan??"pekik Prilly terkejut.

"Apa maunya??"gumam Prilly pelan.

"Temui saja dulu,"saran Oma.

Setelah berpikir sebentar akhirnya Prilly pergi turun ke bawah untuk menemui Nathan.

Prilly mengedarkan pandangannya di ruang tamu tetapi tidak menemukan Nathan, lalu dia teringat dimana tempat di rumah ini yang biasanya membuat Nathan betah.

"Ngapain??"ucap Prilly datar dan ketus saat melihat Nathan tengah memberi makan ikan.

"Hai.."ucap Nathan diiringi senyum.

"Kenapa kamu kesini??"

"Mau nengok Oma sekalian ketemu kamu. Udah lama ya aku ga kesini. Hmmm..kira kira ada dua tahunan ya, terakhir pas liburan sekolah kita ke-"

"Ga perlu flashback.. langsung aja ke pointnya!! Kamu ngapain kesini??"ucap Prilly ketus.

Nathan menghela nafasnya, sangat wajar baginya jika dia mendapat perlakuan seperti ini.

"Bie,, aku mau jelasin semuanya sama kamu,,"

"Menurut kamu masih ada yang belum jelas emang?"tanya Prilly masih dengan nada ketus.

"Masih, buktinya sifat kamu masih kayak gini sama aku."

Prilly tersenyum sinis.

"Bie, ini semua ga seperti yang kamu pikirin. Ini semua cuma salah paham, aku bahkan ga-"

"CUKUP! Than, aku udah cukup bahagia sekarang. Udah cukup kejadian malam itu! Udah cukup juga aku tau mana yang benar benar tulus sama aku dan mana yang BULUS!!!"

"maksud kamu gimana bie?? Heii dengerin aku...." .
Nathan memegang tangan Prilly tetapi langsung dihempaskan oleh Prilly.

"Kamu masih ingat kan pintu keluarnya dimana!"

Setelah mengucapkan kalimat itu, Prilly langsung pergi meninggalkan Nathan dan berlari ke kamarnya.

"Andai kamu tau alasan aku pergi apa Bie,, apa sifat kamu masih kayak gini ke aku??"

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang