Part 37

2.3K 154 0
                                    

Siang ini hujan, Prilly berjalan menyusuri jalanan sendiri. Pikirannya kacau, belajar pun dia tidak bisa lakukam, akhirnya dia memutuskan untuk minta izin dari sekolah. Sekarang dia tidak tau kemana langkah kakinya akan berjalan. Hatinya bingung, gelisah dan tak tau arah.

"Iya, malam di saat kita seharusnya bertemu, penyakit aku kambuh. Orang tua ku langsung melarikan aku ke rumah sakit di Singapore. Aku berobat disana, Papa menyita ponsel dan semua fasilitas yang aku punya. Aku berobat dan berjuang untuk bisa sembuh dengan harapan aku bisa nemuin kamu lagi. Hampir setiap hari aku berkeinginan untuk memberi kabar, tapi aku takut. Aku takut ga bisa lagi nahan rindu kalau berkomunikasi dengan kamu lagi."

"Kamu boong kan Nath, ini cuma kebohongan kamu kan. Ini ga mungkin."

"Terserah kamu mau percaya atau tidak Bie, tapi aku harap kamu akan berpikir lagi. Apa mungkin seorang Nathan nya Bie akan sampai hati  ninggalin orang yang dia cinta. Aku harap kamu ingat itu Bie,"

"Arrgggghh kenapa jadi kayak gini Ya Allah!!!"Teriak Prilly di tengah derasnya hujan.

"Apa yang sebenarnya terjadi, aku harus bagaimana. Kenapa semua terungkap di saat aku mulai hilang rasa Nathan, kenapa harus kayak gini."

Nathan berkali kali menelpon ponsel Prilly, pasalnya dia baru mengetahui bahwa Prilly meminta izin pulang dari sekolah. Ada rasa khawatir dan menyesal yang Nathan rasakan sekarang.

"Prilly kemana? Dia ga mungkin pulang ke rumah, dia ga akan buat Oma Pah khawatir. Tapi dia kemana? Aku harus cari dia, aku ga bisa biarin dia sendirian di jalanan,"ucap Nathan.

Baru saja Nathan akan meminta izin, seorang guru datang menghampirinya dan menyuruh Nathan menyelesaikan administrasi dan beberapa berkas kepindahannya.

"Gue mesti gimana sekarang??"ucap Nathan kesal kali ini dia ga bisa berbuat apa-apa.

Sementara itu Max tengah berada di Aula, di kondisi seperti ini dia sama sekali tidak ingin melakukan hal apapun termasuk belajar. Dia lebih memilih untuk tidur disana, tapi nyatanya keberadaan dia disana hanya membuat dia mengingat Prilly. Awal pertemuan mereka, dan saat pertama dia bisa menatap mata hazel Prilly dengan lama.

"Gue ga nyangka kalo akhirnya kayak gini, kenapa lo ga bilang dari awal kalo lo udah punya pacar Prill. Kenapa lo mempermainkan hati gue sedemikian jauhnya."ucap Max pelan.

"Ini bukan salah dia, ini salah gue. Ga seharusnya gue percaya sama yang namanya cinta, Seharusnya gue ga seserius ini pake hati gue ke cewek. Kemana Max yang dulu, kenapa sekarang gue selemah ini. Ini bukan gue!! Ini bukan gue!!"Teriak Max kesal.

Max merasa dia sudah banyak berubah, dia bukan lagi Max yang dulu. Bukan lagi BAD BOY yang di takutin.

"Gue ga mau kayak gini, gue Max, Max si bad boy sekolah yang di takutin anak anak. Gue ga akan selemah ini lagi. Gue bakalan ngelupain Prilly, dia bukan siapa-siapa dalam hidup gue. Dia ga berhak bikin gue down dan lemah. Iya!!! Gue ga bener-bener cinta sama dia, rasa yang selama ini gue rasain cuma rasa penasaran!! Ga lebih !!!"

Tanpa Max sadari semakin dia berusaha menampik sebuah rasa, maka rasa itu akan semakin tumbuh subur dalam hatinya. Max tidak akan menyadari itu, entah sampai kapan.

Kevin yang sedari tadi mencari keberadaan Max, akhirnya menemukan sahabatnya itu di Aula.

"Anying lo, gue nyariin dari tadi, lo di cariin guru BP. Udah dua jam pelajaran lo ga absen. Kenapa lo demen disini lagi sih, perasaan waktu ini udah ga pernah kesini lagi."tanya Kevin yang langsung duduk disamping Max.

Hening.......

Max sama sekali tidak menganggapi pertanyaan Kevin, pikiran dan hatinya sedang kacau.

"Lo kenapa??"tanya Kevin lagi, dia tidak tahan harus berdiam seperti itu.

"Gue putus sama Prilly"jawab Max pelan.

Kevin mengernyitkan keningnya, dengan gerakan cepat dia langsung menghadap ke arah Max.

"Emang lo udah jadian??"tanya Kevin dengan tampang lugunya.

Max menatap Kevin dengan tatapan membunuh, bagaimana bisa sahabat di sampingnya ini sama sekali tidak memikirkan perasaannya. Tapi sejenak kemudian Max tersadar bahwa ucapan Kevin benar.

"Lo bener juga, gue yang terlalu bodoh. Gue yang jatuhin diri gue sendiri ke dalam permasalahan yang ga penting."ucap Max.

Kevin tersenyum kecil, di tepuknya pundak Max dengan keras.

"Cinta memang seperti itu bro!! Derita nya tiada akhir....Beginilah cinta....beginilah cinta!!"

"Sialan lo!! Lo kira gue Cu Pat Kai!! Anying lo emang!!"

Kali ini Kevin tidak bisa menahan lagi tawanya, seusai menertawakan Max dia langsung berlari keluar aula meninggalkan Max yang masih terdiam.

"Gue akan ngelupain lo Prill, lo cuma butiran debu yang sempat singgah di kehidupan gue dan mulai saat ini gue pastiin butiran debu itu akan hilang untuk selamanya. Itu janji seorang Max!!"ucap Max mantap.




My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang