Part 4

3.3K 222 1
                                    

"Bertahan itu tidak semudah yang kita pikirkan, bayangkan saja..disaat semua ragu dan resah terkumpul menjadi satu, mereka berlomba-lomba merasuki pikiran dan memerintah untuk berhenti..tetapi kembali lagi..apa dayaku jika hati ini tetap masih ingin bertahan".

"Kalian pernah lelah ga sih?? Lelah menjadi sosok yang bukan diri kalian sendiri. Kayak gitu yang lagi aku rasain sekarang."gumam Prilly pelan seraya mengetukkan pulpen pada keningnya.

Saat jam istirahat Prilly memutuskan untuk menyendiri di aula sekolah, aula ini biasanya akan sepi dan tidak terpakai setiap hari jumat. Diaula ini Prilly bisa menghabiskan waktu istirahatnya untuk membuat puisi ataupun membaca novel cinta favoritnya.

Prilly melihat sekilas jam kecil pada pergelangan tangannya, 15 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi. Dengan pelan Prilly merapikan alat-alat tulis dan juga bukunya.

Di sisi lain, Bu Ambar tampak tengah mengejar seseorang. Dapat dipastikan dari raut wajahnya dia sedang marah sekarang.

"MAX!! KEMBALI KAMU!! DEMI LANGIT DAN BUMI, BISA GA SEHARI SAJA KAMU TIDAK MEMBUAT MASALAH DENGAN SAYA!!"teriaknya yang membuat anak-anak disekitarnya menutup telinga mereka.

"Si Max lagi si Max lagi"gumam salah seorang murid.

"Ga heran gue mah!!"

"Ganteng sih tapi badboy banget!!".

"Iya,,".

Max berlari cukup kencang demi menghindari amukan Bu Ambar. Langkah larinya semakin melebar membawanya ke arah aula sekolah.

"Njritt!! Kabur kemana gue"pekiknya.

"Ahh aula!! Gue bisa sembunyi disana!!!"

Max berlari menuju aula, bertepatan dengan itu, Prilly yang sudah bergegas untuk kembali ke kelasnya pun akhirnya harus bertabrakan dengan Max tepat di pintu Aula.

"Aaaawww!!"pekik Prilly.

"SHIT!!"maki Max.

"Lo liat-liat dong kalo jalan!!!"pekik Max tanpa melihat siapa yang dia tabrak. Dia masih sibuk membersihkan sikunya.

Prilly sendiri terlihat ketakutan, sekilas melirik buku puisinya yg terjatuh. Dia ingin mengambilnya tetapi Prilly terlalu takut mendengar pekikan suara Max. Jadi dia memutuskan untuk langsung berlari menjauh.

"Elah!! Bukannya minta maaf malah lari lo!!"teriak Max.

"Anjritt emang tu cewek!! Awas kalo ketemu lagi. Lo abis sama gue!"ucap Max lagi.

Max hendak melangkah masuk kedalam aula tetapi kakinya terasa menginjak sesuatu.

"Apaan nih??"gumamnya sambil membungkuk untuk mengambil sebuah buku berwarna biru muda dengan motif awan-awan.

"P.Ltc ???"gumam Max saat membaca sebuah tulisan diatas pojok buku.

"Punya siapa ini?? Punya cewek tadi??"

Max mengangkat bahunya acuh. Kemudian dia menggulung buku itu dan memasukannya ke saku celananya.

"Daripada kena omelan guru ganas itu mendingan gue tidur siang disini, peduli amat gue!!"

Dengan langkah malas, Max berjalan ke arah sudut aula. Disana terdapat matras yang biasanya digunakan untuk praktek olahraga. Setelah sedikit membersihkannya, Max langsung merebahkan tubuhnya disana dan mulai memejamkan matanya.

Prilly mempercepat langkahnya, keringat mulai mengalir di kening datarnya. Tangan kiri dan kanannya tak henti-hentinya saling meremas.

Begitu merasa sudah cukup jauh dari aula, Prilly merapatkan punggungnya ke tembok dan mulai mengatur nafasnya. Dia takut!! Takut!! Sangat takut.

"Heh!!!Max!! Bangun!!"

Max mengerjapkan matanya berulang ulang dan berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Ngapain lo disini??"tanya Max.

"Seharusnya gue yg nanya, ngapain lo disini?? Ini udah jam pulang. Lo dicariin dari tadi juga!"omel Kevin.

"Anjriittt gue ketiduran"

"Lo dicariin sama Bu Ambar sampe ke kelas tadi. Emang lo ngapain sih??"

"Ya elaah.. dia aja yang baper sama gue. Gue ga ada ngapa-ngapain kok. Cuma ya gitu...tadi gue ketauan lagi malakin adek kelas di kantin."

"Malak?? Lo malak??"pekik Kevin kaget.

"Biasa aja ah ngomongnya.. tu mata lo udah mau keluar!!".

"Ck.. lo malak Max?? Lo kekurangan uang??"

"Ya gak..cuma gue mau kasi pelajaran sama adek kelas yg belagu itu."

"Ga punya kerjaan lo emang!!"

Max memutar kedua bola matanya malas. Temannya yang satu ini lama-lama seperti emak-emak yang sering marah2 di kompleks rumahnya.

"Udah ah..jangan ngomel mulu. Cabut!!"ucap Max.

Max bangun dan melangkah keluar dar Aula. Sementara Kevin hanya menggelengkan kepala heran.

Sepulang sekolah Prilly berkali kali membongkar tas miliknya. Dia merasa kehilangan sesuatu.

"Ya ampun, buku aku mana ya??"gumamnya.

"Astaga!!! Tadi kan......."

"Gimana nih, dibawa sama dia ya. Buku puisi aku."rengek Prilly.

Prilly mengacak rambutnya pelan, buku puisinya kini raib padahal di buku itu ada kumpulan puisi yang dia ciptakan. Lewat baitan puisi tersebut tesirat semua kenangan dia di masa lalu.

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang