Detik itu juga Kevin langsung merebut ponsel Mila dan memasukkannya kedalam saku celananya.
"Kevin" Mila mendelik kesal, tapi Kevin mengabaikan kekesalan Mila, terlebih ia sendiri sedang sangat kesal sekarang.
"Sudah cukup kamu mengabaikanku sayang. Sekarang tidak lagi!" Ucapan Kevin terdengar begitu tegas dan membuat Mila terdiam. "Dengarkan aku" Kevin menghela nafas, tangan kanannya membelai surai panjang Mila. "Aku tau aku salah, hari itu aku yang menahanmu di rumahku, tapi aku sendiri malah pergi tanpa memberitahukannya terlebih dulu padamu. Tapi aku rasa kemarahanmu padaku terlalu berlebihan, satu bulan kamu menghindariku seakan aku ini orang yang paling menjijikan yang memang sudah sepantasnya kamu hindari" Kelopak mata Kevin terpejam sesaat, jujur saja ia mati-matian menekan dalam emosinya agar ia tidak kasar pada Mila. Karena saat emosi memuncak apapun bisa terjadi. "Dan itu sungguh..."
"Cukup Kevin!" Potong Mila. Ia tidak suka Kevin mengatakan itu dan entah kenapa hatinya berdenyut nyeri. "Kamu salah, aku tidak pernah menganggapmu menjijikan! Tidak sama sekali. Kamu berasumsi sendiri dan itu sungguh pemikiran yang sangat bodoh" Mila menatap dalam Kevin.
"Lalu?"
"Aku hanya merasa kesal padamu itu kenapa aku menghindarimu"
"Aku yakin bukan hanya karena itu" Ucap Kevin.
"Ya kamu memang benar, karena sebenarnya aku sedang bingung pada perasaanku sendiri" Sahut batin Mila, tapi bibirnya justru terkunci rapat.
"Apa ini karena kemarahanmu dimasa kecil? Jadi setiap kali aku melakukan kesalahan, maka kemarahanmu padaku otomatis bertambah berkali-kali lipat dan kamu pun mengingat semua kesalahanku. Itu kenapa kamu selalu marah berlebihan padaku. Benar begitu Mila?" Perlahan Kevin memindahkan Mila kepangkuannya dan Mila pun sama sekali tidak menolak, hingga akhirnya Mila kini duduk dipangkuan Kevin. "Jawab aku sayang" Kevin menyentuhkan hidung mancungnya dipipi Mila dan membelai pipi Mila dengan lembut.
"Aku rasa itu juga salah satu alasannya. Tapi perlakuanmu padaku juga menjadi alasannya. Kamu tau? Kamu benar-benar menyebalkan dan aku sangat kesal, bahkan aku sangat ingin menelanmu hidup-hidup" Terdengar manja, dan itu membuat Kevin gemas.
"Jadi begitu heum?"
"Ish!" Mila memukul kesal lengan Kevin. "Jangan menatapku seperti itu" Ucapnya sambil memalingkan wajahnya dari Kevin. Astaga, Mila merasakan wajahnya memanas dan Mila yakin kini pipinya sudah memerah.
"Jangan memalingkan wajahmu dariku sayang, aku tidak suka!" Kevin menarik pelan dagu Mila hingga akhirnya Mila kembali menatapnya. "Sekarang kita baikan ya? Aku lelah selalu saja bertengkar denganmu" Kevin mengecup dagu Mila. "Sangat lelah sayang. Kamu sudah sangat menyiksaku" Kemudian mengecup bibir Mila. "Dan kamu harus membayarnya" Bisik Kevin tepat didepan bibir Mila dan hidung Mila pun tak luput dari kecupan Kevin. "Dengan seumur hidupmu" Dikecupnya dahi Mila dengan sayang dan kecupan itu begitu dalam hingga menggetarkan sekaligus menghangatkan hati Mila.
"Aku tidak mau" Mila mengerucutkan bibirnya lucu dan Kevin langsung membenamkan bibirnya dibibir Mila lalu melumatnya dan menyesapnya sebelum melepaskannya.
"Tapi aku tidak menerima penolakan"
"Dasar pemaksa"
"Kamu memang harus dipaksa sayang dan kamu juga suka aku paksa, jadi apanya yang salah?"
"Kamu yang salah! Dan berhenti memanggilku sayang. Aku bukan sayangmu!" Ucap Mila tajam. Tapi kedua tangannya malah bertengger nyaman dibahu Kevin.
"Masih mau mengelak heum?" Kevin menyusuri rahang Mila dengan hidung mancungnya, bahkan Kevin juga memberikan kecupan dipipi Mila.
"Mengelak dari apa?" Mila bertanya balik, membuat Kevin menghela nafas dan memutar bola matanya malas.