Jangan lupa untuk menekan bintang dan memberi komen.
Revisi tgl 23 September 2018
Selamat membaca
"Aku hanya minta satu nama Nicholas, tapi kenapa kau justru mempermainkan aku?" Kata pria itu menghela nafas kecewa.
"Aku tidak mempermainkanmu. Orang itulah yang ku minta membunuh Fransisco." Ucap Nicholas.
Pria berkedudukan Consigliere di klan de'Halcon itu tampak tersenyum mencela, mengetahui pria di depannya itu masih saja membuang-buang waktunya dengan terus berkata bohong. Kalau saja bosnya tidak membutuhkan siapa pelaku pembunuhan Fransisco yang merupakan saudara sepupunya, mungkin dia tidak akan mau membuang waktu sia-sia seperti ini.
"Apa kau masih belum paham dengan siapa kau berurusan Nicholas." Kata Alan Sander penuh penekanan.
"Bukankah pria itu memang layak untuk mati setelah apa yang dia lakukan pada cucuku?" Ucap Nicholas meninggi. Kenangan pedih itu kembali menyeruak saat bayang-bayang jasad Clara Ray Brandt, pewaris satu-satunya keluarga Brandt ditemukan secara mengenaskan disebuah rumah susun yang kumuh di pinggiran New York.
"Nyawa cucumu sama tidak berharganya dengan nyawamu Nicholas. Kau sudah berani membuat masalah dengan kami, karena itu kau harus mendapatkan balasannya. Atau aku bisa meringankan sedikit bebanmu. Kau hanya perlu memberikan satu nama yang benar, siapa pembunuh Fransisco. Maka dengan murah hati, aku hanya akan mengambil hartamu." Kata Alan bernegosiasi.
"Sudah ku katakan bahwa dia yang ku bayar untuk membunuh Fransisco." Ujar Nicholas bersikukuh.
Helaan kasar keluar dari rongga hidung Alan. Satu jam sudah ia berada di sana dengan sia-sia, "aku akan kembali lagi nanti dan pastikan kau telah memberikan nama yang benar. Atau kau sendiri yang akan menggantikan tempatnya di liang kubur nanti."
Tanpa menunggu Nicholas berbicara lagi, Alan beranjak keluar dari ruang kerja di sebuah mansion termewah di Sao Paulo tersebut. Langkah kakinya menggema di lorong yang lengang. Setelah keluar dari pintu mansion, Alan melihat bosnya tengah menunggu di depan mobil yang mereka gunakan sembari menghisap nikotin.
"Sepertinya pria tua itu hanya membuang-buang waktu kita." Gerutu Alan begitu berada di dekat bosnya.
"Siapkan saja dokumen pengambil alihan kekayaan Nicholas. Kita lihat apakah dia masih akan bermain-main setelah ini." Sahut bosnya membuang puntung rokoknya.
Mereka berdua lalu masuk ke dalam mobil, meninggalkan mansion mewah itu. Siapa yang akan menyangka, kematian Fransisco, salah satu chefe de'Halcon justru membuka ladang emas buat mereka. Pemilik perusahaan kimia multi internasional Brandt Laboratories lah dalang kematian Fransisco.
Nyawa di bayar nyawa, itulah semboyan klan de'Halcon. Tidak peduli alasan di balik pembunuhan Fransisco. Bagi mereka, Nicholas harus membayar kematian pria itu dan hartanya menjadi bonus tersendiri.
......................................................
Di dalam ruang kerjanya, terlihat Nicholas masih duduk terpekur sendirian. Ia tahu sudah berurusan dengan siapa, tapi bukan itu yang membuatnya gelisah. Kematian Fransisco di tangan orang yang disayangi itulah yang membuatnya melakukan segala cara untuk menyembunyikannya. Namun sepertinya mereka tidak terkecoh dengan umpan yang ia persiapkan sebelumnya.
Setelah menimbang-nimbang dalam waktu yang panjang. Akhirnya Nicholas mengangkat pesawat telepon yang berada di atas meja kerja miliknya untuk menghubungi seseorang yang mungkin bisa sedikit meringankan bebannya.
"Hallo Nicholas." Sapa suara berat di seberang.
"Aku sudah memutuskannya." Kata Nicholas tanpa basa-basi.
"Kau butuh bantuan untuk menyingkirkan mereka?"
"Tidak. Dosa ini biarkan aku yang menanggung sendiri. Pertumpahan darah ini cukup sampai di sini." Nicholas menghela nafas panjang.
"Apa yang bisa aku lakukan untukmu?"
"Jaga cucuku satu-satunya. Jangan biarkan mereka mengetahui keberadaannya." Pinta Nicholas.
"Akan ku lakukan dengan senang hati."
"Dan beritahu dia. Aku sudah menyiapkan semua kebutuhan untuknya. Dokter Xavier akan berada langsung di bawah perintah Daniel." Nicholas menghela nafas panjang, "sampaikan salamku pada Romanov dan permohonan maaf karena tidak bisa membantunya lebih jauh. Katakan pada Romanov untuk mencintai kedua cucuku dengan adil. Mereka tidak berbeda meski bertolak belakang, mereka membutuhkan kasih sayang yang sama dari Romanov."
"Kau bisa menghubungiku lagi jika kau mengubah keputusanmu." Tawar orang itu.
"Terima kasih Jason, aku hargai tawaranmu. Tapi ini sudah cukup bagiku."
"Baiklah Nicholas. Aku akan menyampaikan pesanmu pada Romanov dan menjaga cucumu dengan baik."
"Terima kasih."
Nicholas menutup sambungan telepon dan kembali merenung. Mungkin inilah takdir akhir hidupnya. Balas dendam ini hanya akan menjadi lingkaran setan jika ia tidak berusaha mengakhirinya. Untuk itulah ia memutuskan kontrak kerjasama dengan klan D'yavol untuk menghindari permasalahan yang tidak akan selesai. Karena ia tahu klan de'Halcon dan D'yavol bagaikan air dan api, keduanya tidak akan berbagi tempat yang sama sampai kapan pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Bullet (TERBIT)
Romans(Unpublish sebagian) #1 in action, 15-02-2018 #Versi Baru [+20. Dimohon kebijakan pembaca karena terdapat banyak adegan kekerasan dan adegan vulgar] Robert Marquizze, Underboss klan de'Halcon, tidak akan mengira jika aksi balas dendamnya pada kelua...