Bab 9. new

25.8K 1.2K 31
                                    

Jangan lupa meninggalkan vote dan komen, kritik, dan saran.

Publish on. 11 oktober 2018

Selamat membaca ^^

Robert menghembuskan nafasnya kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Robert menghembuskan nafasnya kasar. Darahnya yang mendidih sudah terasa sampai di ubun-ubun. Di depannya tampak Berta menunduk ketakutan. Sudah cukup lama ia berada di sana mencecar pelayan itu, namun belum mendapatkan jawaban yang memuaskan. Diusap wajahnya dengan kasar. Di kamar dokter kepercayaanya, Imelda, tengah memeriksa Natasha yang belum sadarkan diri.

"Katakan! Obat apa yang kau berikan pada Natasha!" Bentak Robert.

"Saya hanya memberikan obat sakit kepala, tuan." Jawab Berta terbata-bata. Sedetik kemudian sebuah botol kecil meluncur di bawah kakinya.

"Apa kau mencoba membodohiku huh!" Robert yang tengah murka langsung mencekik pelayan itu.

"Ti...dak tuan." Ucap Berta mencoba melepas cengkeraman tangan tuannya itu.

"Lalu untuk apa obat itu!"

"Saya hanya menjalankan perintah tuan Nicholas untuk menyediakan obat itu pada nona Natasha." Kata Berta susah payah.

Dengan kasar, Robert menghempaskan tubuh Berta hingga menabrak meja. Dibiarkan pelayan itu keluar setelah Alan membantu berdiri. Rasanya ia bisa gila hanya karena memikirkan satu orang saja.

"Tenanglah Robert, dia akan baik-baik saja." Kata Alan menenangkan.

"Bagaimana aku bisa tenang Al, Tasha mencoba bunuh diri." Erang Robert mencengkeram rambutnya frustasi.

"Imelda sedang memeriksanya..."

Belum selesai Alan bicara, dokter yang memeriksa Natasha memasuki ruang kerja. Wajah cemas Robert sama sekali tidak menghilang melihat dokter itu sudah berada di sana.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Robert.

"Nona Natasha sudah membaik sekarang, hanya butuh istirahat." Jawab Imelda.

"Apa kau tahu obat apa ini?" Tanya Robert lagi melemparkan botol obat yang langsung ditangkap Imelda dengan cepat.

Dokter itu tidak langsung memberikan jawaban, dia meneliti label dan isi yang ada di dalam botol itu terlebih dahulu.

"Aku rasa ini sejenis obat antipsikotik. Teman Psikiaterku menggunakan ini untuk menangani pasiennya." Jawab Imelda.

"Untuk?"

"Pasien gangguan jiwa."

"Natasha tidak gila dokter." Sanggah Robert.

"Buka gila, obat seperti ini biasanya diberikan pada pasien bipolar disorder dan skizofrenia." Terang Imelda.

Helaan kasar keluar dari sela-sela bibir Robert. Sulit rasanya percaya bahwa Natasha mengalami gangguan jiwa. Ia menerka-nerka apa penyebab Natasha mengalami hal itu. Mungkinkah kejadian saat mereka masih kecil itu yang menjadi penyebabnya? Tapi Natasha masih terlalu kecil untuk mengingatnya.

Behind The Bullet (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang