Roh yang bersayap

587 28 4
                                    

Cast :Alina Zhang as Aline
Ray Ma as Ray
Xu Ke as Jiu
Madina Memet as Mei

.



.



Malam ini banyak Stasiun tv yang menayangkan kabar bahwa 1 jam lagi akan terjadi hujan Meteor di kawasan kota Shanghai .

Ini adalah momen yang ditunggu -tunggu oleh negara dibelahan Bumi manapun. Pasalnya hujan Meteor terjadi setiap Satu tahun sekali, jadi wajar saja jika peristiwa langkah ini sayang bila diabaikan.

Ternyata bukan hanya manusia saja yang menantikan detik-detik fenomena itu. Dari atas gedung pencakar langit terlihat sosok Malaikat berparas tampan dengan berpakaian Jas bewarna hitam serasi dengan Jam tangan yang kini ia kenakan.
Matanya mengawasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh penduduk setempat. Ia berdiri sambil memasang wajah ceria.

"Aku harap malam ini Langit cerah, jadi aku bisa menyaksikan fenomena alam ini tanpa terhalang oleh apapun" gumam malaikat Jiu.


🌠 🌠 🌠

Waktu berjalan sangat lamban bagi Jiu. Dia nampak kesal hingga ia terus mendengus.

"Kenapa Satu jam saja terasa lama bagiku." Jiu melirik Jam tangannya.

Arah jarum Jam masih sama tidak bergeser sedikit pun, di sini-lah malaikat Jiu merasa bahwa sifat pelupanya masih melekat di dalam dirinya.

"Ah, kenapa aku memakai Jam tangan ini. Pantas saja waktu terasa lamban." Jiu melepas Jam tangannya.

Dari arah lain muncul 1 Malaikat lagi yang kini sedang melangkah untuk menghampirinya.

"Pak tua. " Jiu tersentak kaget, "Kenapa kemari?" tanya Jiu.

Sesosok Malaikat tua yang kini berada di depannya langsung menjitak kepala Jiu.

"Dasar! Kau ini kemana saja, kenapa tidak menjawab panggilanku! " Malaikat yang dipanggil Pak tua itu kemudian memberikan sebuah Buku catatan kepada Jiu.

Jiu lalu mengambil Buku catatan itu.

"Maaf. Jam tanganku mati, jadi tidak bisa menerima panggilanmu" ucap Jiu
sambil mengamati buku catatan tersebut.

Jiu melirik nama yang tertera di Buku catatan tersebut. Matanya seketika membulat. "Jadi aku harus menjemput Roh perempuan ini!"

"Iya, sudah saatnya ia menjadi Roh seutuhnya dan pergi ke tempat yang seharusnya. Bukankah ini yang dia mau" balas Pak tua.

"Tapi bisakah Sepuluh menit saja di tunda. Sebentar lagi hujan Meteor, aku tidak mau melewatkan kesempatan ini" protes Jiu.

"Bicara apa kau in,i, hah. Kematian seseorang tidak bisa ditunda!" Pak tua segera menukar Jam tangannya dengan Jam tangan milik Jiu.

"Sekaran, cepatlah pergi atau kau ingin masa mu di perpanjang! " Pak tua itu mengancam jiu.

Jiu segera memakai Jam tangan yang sudah di tukar itu, sesekali ia mendengus kesal.

" Hah bosan aku mendengarnya. Baiklah aku pergi. "

Setelah berpamitan, Jiu segera mengepakkan sayapnya yang muncul dari kedua sela-sela belakang Bahunya dan terbang meninggalkan Pak tua.





🌠 🌠 🌠




Jiu kini berada di sebuah rumah kosong. Rumah itu sangat besar ,di dalamnya terdapat berbagai fasilitas yang serba ada. Dia mendekati sesosok perempuan dengan rambut yang terurai panjang hitam lekat , wajahnya yang pucat namun masih terlihat aura kecantikannya. Dengan tatapan kosong perempuan itu menatap Jiu. Bagi Jiu wajah itu tidaklah asing, sudah 6 bulan ini Roh bernama Aline itu mengikutinya.

" Nama Aline Zhang , umur 25 tahun , tepat pukul Sembilan malam batas hidupmu di dunia sudah berakhir. Jadi sekarang ikut-lah denganku, aku akan mengantarmu ke pintu terakhir " jelas Jiu. 

"Akhirnya Do'a ku terkabul. Sudah lama aku menunggu saat ini. " Wajah Aline terlihat sendu namun senyumnya menggambarkan kepastian.

"Aku juga menunggu saat ini , jujur saja aku bosan setiap hari diikuti olehmu dan harus mendengar ocehanmu yang selalu memintaku untuk mempercepat kematianmu. " Jiu memberikan catatan kematian itu kepada Aline.

Aline menerima Buku kematiannya.

"Untuk apa ini? Kenapa Kau berikan ini kepadaku. " Aline memasang wajah polos.

"Taruhlah buku itu di pintu terakhir. Buku ini berisi perjalanan hidupmu yang nanti sebagai bukti bahwa masa hidupmu sudah berakhir. " Jiu menjelaskan semuanya.

Aline hanya mengangguk mendengar keterangan dari Jiu. Kini malaikat Jiu menembakkan sesuatu ke arah Aline dengan menggunakan Jam tangannya. Kedua Mata Aline terbelalak ketika mendapati sepasang Sayap telah tumbuh di kedua Bahunya.

"Roh yang akan naik ke pintu terakhir, di tubuhnya akan tumbuh sepasang Sayap. Jadi jangan terkejut. " Jiu mengerti apa yang ada di Otak Aline saat ini.

🌠 🌠 🌠

Dari atas Langit Malaikat pencabut nyawa telah membawa terbang Roh seorang perempuan yang sedang patah hati.

"Aku tidak mengerti, kebanyakan manusia, jika Rohnya akan aku ambil, mereka selalu menolak dan ingin tetap hidup. Tapi kenapa tidak denganmu. Kamu itu tidak semestinya menjadi Roh. Kenapa kamu tidak ingin masuk ke tubuhmu dan malah memilih mempercepat kematianmu." Kalimat jiu memecahkan kesunyian malam.

"Kau itu hanyalah malaikat Maut, kamu tidak akan mengerti perasaan manusia. Ketika seseorang mulai kehilangan sesuatu yang berharga. Di situlah semangat untuk hidup pun tidak ada artinya. "

Aline menatap gugusan Bintang di Langit malam.

Malaikat Maut pun hanya terdiam dan menerus kan perjalanannya menuju pintu terakhir.


               TBC


Author: Rinasuliyati

In My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang