Aline pov
Hari itu, tepatnya 6 bulan yang lalu dimana aku sebagai perempuan merasa beruntung karena bisa mengenakan gaun pengantin dan berdiri di atas altar dengan seikat bunga Tulip di tangan ku. Saat itu semua mata tertuju kepada ku dengan senyuman yang penuh kebahagiaan.
Bukan hanya mereka, aku sendiri bahkan tidak bisa menyembunyikan perasaan ku yang terlalu bahagia. Sebab hari itulah aku akan resmi menjadi milik seseorang pria yang sangat berarti di hidup ku. Setelah sekian lama aku menunggu akhirnya kita bisa bersatu dalam ikatan suci dalam sebuah pernikahan.
Aku ingat ketika kita berdua sedang berada di kursi taman. Kau tidur di pangkuan ku, lalu kau tersenyum dan memandang wajah ku lekat-lekat. Sesekali kau menggoda ku dengan kata-kata yang menurutku itu hanyalah kalimat candaan seorang remaja yang baru mengenal cinta.
"Aline, apa selamanya kita tetap seperti ini?" Ray terus memandangi ku dengan senyum yang mengembang di sudut bibir kecilnya.
"Aku tidak tahu. Ada yang bilang perasaan seseorang itu mudah sekali berubah dengan seiringnya waktu." jawab ku seadanya.
"Lalu kau percaya begitu saja hah?"
"Percaya atau tidak, itu memang benar kan? "
"Tapi tidak semua orang seperti itu. Kadang ada seseorang yang selama hidupnya hanya akan mencintai satu pasangan yang akan menemaninya kelak. " ujar Ray Ma.
"Ya, menemani sampai ke jenjang pernikahan dan sampai ajal menjemput!"
"Bicara apa kau, dasar!" Aku langsung menepuk dahinya pelan.
" kenapa kau malah memukul ku Aline, aku kan sedang membicarakan tentang masa depan kita! Hem dasar, kau ini memang gadis kasar! Untung aku cinta. " Ray hanya terkekeh.
"Masa depan masih jauh Ray, dan kau sudah membicarakan tentang pernikahan? "
"Memangnya kenapa? Apa itu salah? Memangnya kau tidak ingin menikah dengan ku. Hem?"
"Tentu saja aku mau, tapi kita kan masih sekolah. Aku rasa membicarakan hal tentang pernikahan itu masih terlalu jauh. " Meskipun aku mengatakan hal semacam itu, namun aku tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia, dan tanpa sadar pipi ku langsung merona karena merasa tersanjung dengan ucapan Ray Ma.
"Aku tahu itu, tapi aku berjanji padamu Aline, akan aku buktikan bahwa cinta sejati itu memang ada." balasnya.
Aku melihat sorot matanya yang terang.
"Oh ya... Lalu bagaimana cara mu membuktikan nya sayang". Aku mencoba menggodanya dengan mencubit pipi Ray Ma yang mirip molen itu.
Ray kemudian bangun dan duduk di samping ku, tangan kirinya yang halus memegang kedua pipi ku. Kemudian dia mencondongkan tubuhnya ke arah ku. Bibir Ray Ma yang kecil mulai mengecup kening ku dengan perlahan.
"Setelah kita lulus dan jika aku sudah menjadi orang sukses. aku akan melamar mu. Kelak kita akan menjadi keluarga yang paling sempurna di dunia ini. kau harus menunggu hari itu datang, karena kau adalah bagian dari mimpi ku Aline, jadi tetaplah setia mendampingi ku. Berjanjilah lah!" Ray mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking ku. Setelah selesai mengatakan hal itu, ia pun tersenyum kecil. Hingga aku pun sempat melihat deretan giginya yang putih dan tidak lupa aku pun juga membalas senyuman dari pria yang aku cintai itu.
.
.
Author pov
Dari atas Langit terlihat seberkas cahaya, sebagian orang menyebutnya Meteorit atau Bintang jatuh. Sekarang Langit malam di hiasi Meteorit yang terus jatuh melintasi Atmosfer Bumi hingga menciptakan pemandangan yang menajubkan di atas sana. Malaikat jiu tidak berhenti berkecap kagum, sesekali tubuhnya menghindari hantaman Meteorit yang melintas di dekatnya.
"Wow... Ini sungguh menyenangkan, apa tadi kamu melihat bagaimana aku bisa menghindari batu batu itu dengan lincah? Bukankah itu sangat keren." Sambil tertawa Malaikat Jiu mengepakan sayapnya .
"Apa kamu tidak bisa mengulurkan tangan mu sebentar saja? aku belum terbiasa dengan sayap ini. Serpihan batu itu menyusahkan ku." Roh Aline nampak kesulitan menghindari Meteorit yang terus menghujaninya.
"Nikmati saja, mungkin hanya sekali seumur hidup kamu bisa mengalami peristiwa seperti malam ini." Malaikat Jiu tidak menggubris permintaan Aline.
"Aku kan sudah mati. Jadi tidak mungkin mengalami ini untuk ke dua kalinya. Huft... Apa semua malaikat seperti dia, mengulurkan tangannya saja tidak mau."Aline mendengus kesal.
Kini mereka hampir sampai di Atmosfer Bumi, dari jarak jauh melintas Meteorit dengan kecepatan yang luar biasa hingga menimbulkan suara gesekan yang sangat keras. Gesekan itu menghasilkan cahaya yang terang, hingga malaikat Jiu dan Aline tidak bisa melihat Apa-apa karena efek cahaya yang menyilaukan itu.
Sayap kiri Aline terkena gesekan dari Meteorit itu. Aline berteriak hingga akhirnya tubuh nya terhempas ke Bumi. Buku yang ia pegang pun terlempar entah kemana. Malaikat Jiu tidak bisa mendengar teriakan Roh yang malang itu. Telinganya bermasalah akibat suara gesekan yang keras . Beberapa menit kemudian Jiu baru menyadari, bahwa dia tidak mendapati Aline bersama diri nya. Malaikat Jiu kembali turun ke Bumi untuk mencari Roh Aline yang hilang.
Di tempat lain, di dalam IGD tampak seorang Laki-laki tengah tersungkur di samping jenazah seorang perempuan berusia 25 tahun. Dokter menyatakan bahwa pasiennya yang bernama Aline tidak bisa di selamatkan.
Laki-laki itu memeluk tubuh Aline yang sudah dingin dan kaku. Wajahnya yang pucat menambah penyesalan di hatinya. Dia terus menggoncangkan tubuh Aline, berharap perempuan itu akan terbangun.
"Ray sudahlah, ayo bangun. Jika kamu seperti ini, Aline akan semakin sedih. " William mencoba memberi pengertian kepada adiknya.
"Biarkan aku tetap seperti ini kak. Ini semua karena kesalahan ku. Aline tidak mau bangun dari masa komanya pasti karena ia sudah terlalu membenci ku." Ray masih meratapi kepergian Aline.
"Menyesali sesuatu bukanlah jalan keluar yang baik Ray. Apalagi mengutuk diri sendiri hanya membuat dirimu semakin lemah." William menasehati adiknya.
"Aku tidak peduli, jika dengan mengutuk diri ku sendiri bisa menebus kesalahan ku terhadap Aline. Aku akan melakukannya selama hidup ku." Ray masih belum beranjak.
William akhirnya terdiam dan membiarkan adiknya larut dalam kesedihan .
Tit... tit... tit.
Suara komputer di IGD terdengar, terlihat gambar bergelombang di depan Layar Komputer. Dokter memeriksa denyut nadi Aline.
"Ray... Tuhan sepertinya memberikan kesempatan ke dua untuk mu. Denyut nadi Aline telah kembali . Semoga dia bisa segera sadar dari masa komanya. " Dokter memperlihatkan senyumnya.
Ray menyeka air matanya dan tidak luput dari itu William dengan segera membantu Ray untuk berdiri.
Aline di pindahkan ke ruang pasien setelah dokter memastikan keadaan Perempuan itu sudah stabil. Ray duduk dan teridur di samping tubuh Aline dengan tangan masih memegang pergelangan tangan perempuan itu.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Dreams
Fanfiction(Aline) Dia kembali. Dia bilang dia menyesal. Tangan terampil yang membelaiku, aku merindukannya. Mata yang melihatku, suara itu yang ingin aku dengar. Lembut memintaku untuk tidak menangis. (Ray) Jika aku menyentuhmu dalam pelukanku, kau m...