Kebun Tulip

211 16 4
                                    

Aline pov



Ini pertama kalinya aku melihat tubuh ku sendiri tergelatak di sebuah ranjang rumah sakit. Wajah ku pucat seperti mayat hidup.

Selang-selang panjang terpasang di pergelangan tangan ku, dan kantup oksigen juga ikut tepasang di hidung kecil ku.

Tidak hanya infus saja yang terpasang di pergelangan tangan ku. Tapi tabung-tabung besar yang pastinya berisi beberapa oksigen buatan sebagai pengganti paru-paru ku yang tidak dapat berfungsi dengan stabil juga memenuhi ruangan putih ini.

Sebelumnya aku tidak berpikir bahwa hidup ku benar-benar miris, tapi setelah melihat ini aku berfikir adakah kesalahan yang telah aku buat? Aku ingin menangis melihat kondisi ku saat ini, namun aku tidak bisa melakukan itu di hadapan Ray Ma. maka Ku tahan dengan mengalihkan pandangan ku ke tempat lain.

Di dalam ruangan ini sama sekali tidak tercium aroma obat, hidung ku malah mencium wangi bunga Tulip, dan itu adalah bunga kesukaan ku. Aku sempat terkejut saat ku temukan sebuah buket bunga Tulip berwarna putih. Jika aku tebak kira-kira ada ratusan tangkai bunga Tulip di dalam rangkaian buket bunga tersebut.

Sesaat setelah aku berkutat dengan pemikiran ku, lalu ku coba membuka sebuah percakapan dengan Ray Ma.

"Aku seperti mencium aroma bunga Tulip di sekitar ruangan ini?"Aku berpura-pura mengenduskan -enduskan hidungku, seakan tidak melihat keberadaan bunga Tulip di atas meja.

"Ternyata penciuman mu sangat tajam Mei. Iya, kau benar, ada seratus bunga Tulip di ruangan ini."

"Wow... itu angka yang cukup banyak. Tapi siapa yang menaruh bunga sebanyak itu?"

"Ha Ha Ha. " Ray, tersenyum kecil. "Mungkin ini terlihat konyol,Tapi setiap hari aku selalu datang ke rumah sakit ini untuk menemani dan memberikan ratusan bunga Tulip itu untuk Aline. Aku berharap ia menyukainya dan terbangun dari tidur panjangnya." Ray mendekati tubuh ku yang masih koma dan ia duduk di samping ranjang."

"Kenapa kau melakukan semua itu?" Apa kau sangat mencintai Aline?" Aku ingin tahu perasaan Ray Ma pada ku.

"Seperti yang pernah aku katakan pada mu, Mei. Aku dan Aline hampir menikah. Tapi karena kesalahan ku, Aline menjadi korban dari ke-egoisan ku." Aku melihat ada sedikit butiran air mata yang bersembunyi di balik kelopak matanya.

"Korban?Apa maksud mu Ray?Aku tidak mengerti, kau tidak pernah mengatakan apa pun kepada ku." Tanyaku kepadanya. Dalam hati ku. "Ya, kau egois. Kau meninggalkan ku demi perempuan ini. "

"Mei, apa kau lupa. Aku sudah sering menceritakan Itu kepada mu. Bahkan aku membawa mu ke sini karena kamu yang meminta agar kau bisa bertemu dengan Aline." Ray mengerutkan keningnya.

Ku lihat ekpresi kebingungan di wajah Ray Ma. Aku lupa bahwa sekarang aku hidup di tubuh orang lain.

"Ah, maaf Ray.  Terkadang aku seperti ini. Aku memang sedikit pelupa. Oh ya, apa bunga Tulip yang kau bawa setiap hari itu adalah Tulip putih?" Aku mengalihkan pembicaraan, berharap Ray tidak curiga kepada ku.



"Iya, bagaimana bisa kau tahu?" Ray cukup terkejut dengan kata-kata ku.

"Walaupun aku tidak bisa melihat,tapi setidaknya aku cukup tahu tentang bunga Tulip. Arti dari bunga Tulip putih itu adalah permintaan maaf atau penyesalan, jadi kau memberikannya sebagai ungkapan rasa bersalah mu sekaligus permintaan maaf mu terhadap Aline. Apa semua yang aku ucapkan itu benar Ray?"

In My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang