Ray Ma Pov
Pagi ini aku masih terlelap tidur di samping tunangan ku yang bernama Aline. Aku tidur dalam posisi duduk dan ke dua tangan ku masih bertumpu pada sisi ranjang yang kini di gunakan untuk tempat berbaring Aline selama ia di rawat di rumah sakit.
Aku mendengar suara langkah kaki seseorang tengah masuk dan menghampiri kami berdua. Tanpa aku membuka mata, aku pun sudah tahu pasti siapa pemilik langkah kaki itu. Ya, itu adalah suara derap langkah kaki William.
Setiap hari aku dan Aline selalu merasa tenang bila mendengar derap langkah kakinya, karena keberadaan kak William membuat kami merasa aman. Dia selalu melindungi ku dan Aline, selain itu kakak adalah sosok pengganti orang tua bagi kami. Ayah dan ibu sering berpergian ke luar negeri, jadi kami hanya tinggal bertiga di rumah yang kini kami tinggali. Sebenarnya ada beberapa pembantu yang juga tinggal di rumah kami, namun aku dan Aline terlalu tergantung dengan keberadaan kak William.
⬇⬇⬇
Aku masih tidak menghiraukan kedatangan kakak, aku masih saja menutup ke dua kelopak mataku, membiarkan jiwa ku masuk lebih dalam lagi ke alam mimpi. Dunia dimana aku bisa mengulang kembali kisah ku bersama kekasih ku Aline.
Seperti hari ini. Di dalam mimpi ku, untuk pertama kalinya aku merekam kembali peristiwa dimana aku dan kak William bisa bertemu dengan Aline hingga akhirnya kami bertiga menjadi satu keluarga.
Waktu itu kira-kira umur ku masih 12 tahun, sedangkan kakak ku masih berumur 15 tahun. Hari itu aku dan kak William beserta serta ibu dan Ayah pergi ke sebuah panti asuhan untuk merayakan pesta ulang tahun ku .
Ayah adalah sosok yang dermawan di mata ku, ia salah satu relawan setia di panti asuhan itu.Sebenarnya aku tidak suka keramaian, di tempat itu sangat bising. Banyak suara-suara keras yang mengganggu telinga ku. Meskipun begitu aku tetap menuruti kemauan orang tua ku. Sampai akhirnya aku di pertemukan oleh seseorang anak kecil yang memiliki wajah mempesona. Anak Perempuan itu kini telah menjelma menjadi seorang gadis remaja yang sempurna di mata ku.
.
.
Aku masih ingat jelas di memory ku, saat itu acara pemotongan kue dan semua bertepuk tangan untuk ku, aku hanya berpura-pura tersenyum di hadapan orang-orang yang hadir. Jika boleh jujur, aku mulai bosan berada di situ. Sudah ku katakan bahwa aku tidak suka keramaian.
Setelah pemotongan kue selesai, anak-anak panti mulai asyik menikmati jamuan yang ada. Mata ku mulai berkeliaran Kemana-mana, otak ku pun mulai berpikir untuk mengatasi kejenuhan ini. Aku menunggu keadaan yang tepat untuk melarikan diri dari acara ulang tahun ku sendiri. Mungkin itu sedikit konyol, tapi aku tidak peduli.
Saat aku sudah merasa terlepas dari pengawasan ke dua orang tua ku, dengan sangat pelan aku mengendap-endap dan menyelinap di antara Anak-anak panti.
Kini kaki ku terus menjauh dan menjauh, kemudian kaki ku berhenti di sebuah ruangan.
"Ini tempat yang aku cari. " pekik ku, ketika menemukan papan bertuliskan 'PERPUSTAKAAN' yang tergantung di atas pintu ruangan tersebut.
Kaki ku melangkah masuk. ku lihat tumpukan buku-buku tertata rapi di rak panjang di berbagai sisi. Senyum ku mengembang ketika melihat semua buku-buku itu.
Tanpa pikir panjang tangan ku mulai menjamah satu-persatu sampul di setiap buku, tidak lupa aku pun membaca sekilas judul yang tertera di setiap sampul .
Karena terlalu senang, aku pun tidak memperhatikan keadaan di sekitar perpustakaan itu. hingga akhirnya aku merasakan sesuatu telah aku injak. Suara jeritan tengah melengking di kedua telinga ku hingga menggema di ruangan tersebut. Belum sempat aku mencari sumber suara itu, Tiba-tiba seseorang dengan kekuatan besar telah mendorong ku hingga tubuh ku terbentur rak-rak kayu yang berisi tumpukan-tumpukan buku. Sebagian buku-buku itu telah berjatuhan menimpahi ku.Bruk! Bruk! Bruk.
Suara gaduh telah berhasil memecahkan kesunyian.
"Auh, stt! Kenapa kau mendorongku?" Saat itu aku merasakan sakit di bagian punggung.
"Hei ini salah mu, siapa suruh menginjak tangan ku, kau kira tangan ku ini kau aggap apa hah?" Ku lihat seorang anak perempuan seumuran dengan ku tengah mengomel di hadapan ku dengan mengibas-ngibaskan telapak tangannya yang memerah.
"Oh... Ku kira tidak ada orang, maaf aku tidak melihat mu." jawab ku sambil berusaha bangun dan membereskan buku-buku yang jatuh berserakan.
"Jadi maksud mu aku ini hantu begitu? Hah dasar." Tanpa sadar aku mulai memperhatikan wajah anak perempuan itu.
"Bisa jadi." jawab ku singkat.
"Sialan kau!" Anak perempuan itu melempari ku dengan buku novel yang sedang dia pegang. Dengan sigap aku menangkap buku tersebut, kemudian ku baca judul novel yang terdapat di bagian depan.
"Ice Fantasy... Apa kau menyukai novel yang berbaur fantasy juga ?" tanya ku waktu itu sambil menyerahkan novel di tangan ku kepada anak perempuan itu.
Perempuan itu mengambilnya dengan kasar. "Kalau aku suka Kenapa? Dan kalau aku tidak suka juga kenapa? Aku tidak suka dengan seseorang yang sok akrab." Suara anak perempuan itu masih terdengar ketus.
"Oh begitu ya, sayang sekali. Padahal aku juga suka sekali dengan novel yang berbaur fantasy. Aku pikir kita bisa menjadi teman dan pastinya akan seru jika kita mempunyai hobi yang sama." jawab ku kemudian.
Entah mengapa aku merasa nyaman berada di dekat anak perempuan itu, padahal selama ini aku tidak bisa cepat dekat dengan siapapun selain kakak ku William. Tapi entah mengapa aku ingin sekali menjadi temannya.
"Duduk!" perintah anak perempuan tersebut.
"Ah, apa kau bilang?" Aku pura-pura tidak mendengarnya.
"Duduklah, Apa kau tidak lelah berdiri terus!"
"Ya, kau benar, aku sangat lelah. Baiklah aku akan Duduk."
"Aline... Kau bisa memanggil ku Aline, nama mu siapa?" kini nada bicaranya sedikit lembut.
"Ray Ma, kau bisa memanggilku Ray." Aku tersenyum simpul.
"Sepertinya kau bukan anak panti sini?"
"Kau benar. Aku memang bukan anak sini. Aku ke sini untuk merayakan ulang tahun ku."
"Oh, jadi itu kau! Lalu kenapa kau malah di sini? Bukannya seharusnya kau merayakannya bersama mereka!"
"Lalu kenapa kau juga di sini? Kenapa kau tidak merayakan ulang tahun ku seperti mereka?"
"Apa urusan ku! Hei kenapa kau malah berbalik bertanya sih."
"Memangnya kenapa? Apa tidak boleh kalau aku bertanya seperti itu juga."
"Tidak boleh!"
"Kenapa?"
"Ya tidak boleh, harusnya kau jawab dulu pertanyaan ku, baru kau boleh bertanya ."
"Pokoknya tidak mau, kau duluan yang jawab."
"Tidak bisa, laki-laki harus yang mengalah."
"Dasar kepala Batu!"
"Apa kau bilang!"
"Tidak, aku tidak bilang Apa-apa, coba ku lihat apa tangan mu masih sakit?" Aku meraih tangan Aline.
"Ah, aku sudah tidak Apa-apa." Aline menyingkirkan tangan ku dan menyembunyikan tangannya di balik punggungnya.
Sore itu aku menghabiskan waktu ku bersama Aline sekedar membaca novel. cukup lama, hingga aku mendengar suara kakak yang memanggil nama ku. Di balik senja aku melambaikan tangan perpisahan untuk Aline dan bergegas menghampiri kakak ku yang sedari tadi mencari keberadaan ku.
Sejak saat itu aku sering datang ke panti asuhan bersama kak William untuk bermain bersama Aline.
⬇⬇⬇
Now
Kak William menyibakkan Tirai jendela kamar rumah sakit yang kini di tempati oleh Aline. Cahaya mentari pagi menembus kaca jendela kamar dan dari balik pundak ku, kakak menepuk pundak ku dan memanggil-manggil nama ku dengan halus agar aku segera bangun.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
In My Dreams
Fanfiction(Aline) Dia kembali. Dia bilang dia menyesal. Tangan terampil yang membelaiku, aku merindukannya. Mata yang melihatku, suara itu yang ingin aku dengar. Lembut memintaku untuk tidak menangis. (Ray) Jika aku menyentuhmu dalam pelukanku, kau m...