Malaikat maut

209 15 2
                                    

❄❄❄

Sepertinya kota ini tidak pernah tidur, terbukti meskipun jam sudah menunjukkan pukul 02.00 pagi, tapi masih banyak pejalanan kaki yang berlalu lalang di pinggirin Trotoar atau sekedar mencari sesuatu, mungkin makanan ataupun hiburan. Dimana-mana terpasang Lampu-lampu bernuansa Warna-warni menghiasi di berbagai bangunan, baik itu rumah makan, restoran, hotel dan Lain-lainya.

.

.

Sekelebat bayangan hitam melintas di depan bangunan tua yang sudah tidak terpakai lagi. Lampu hias berukuran sedang yang berada di samping bangunan tua itu Berkedap-kedip seakan memberi nuansa horor bagi orang yang melintas di depan bangunan tersebut.

Tangan jail malaikat Jiu terus mempermainkan Lampu -Lampu itu, dengan jentikan jarinya lampu hias tersebut ia buat redup kemudian terang kembali. Jiu melakukannya Berulang-ulang hingga Orang-orang yang takut dengan hal mistis enggan melewati tempat tersebut.

Sebenarnya malaikat Jiu melakukannya tanpa sadar, sudah kebiasaan baginya jika ia sedang mengalami perasan cemas, tangannya selalu tidak bisa diam. Ia butuh ketenangan untuk berpikir, jadi ia tidak bisa menghilangkan kebiasaan buruknya itu.

Saat ia sedang asyik dengan mainannya, dari arah depan ada Yang menegur malaikat Jiu dengan suara lantang, hingga bulu kuduknya ikut merinding.

"Pak Tua! Kenapa kau selalu membuatku merinding dengan kedatangamu." Malaikat Jiu memegang bagian dadanya mencoba mengatur nafas.

"Kau ini, sopanlah sedikit dengan senior mu ."
gertak pak tua (senior) dengan nada tinggi.

"Baiklah Pak tua. Jadi apa yang anda lakukan di sini?" Malaikat jiu mengernyitkan keningnya.

Senior memukul kepala malaikat Jiu. "Dasar anak bodoh, harusnya aku yang bertanya seperti itu. Kenapa kau bermain-main di sini dan menakut-nakuti manusia. Kau itu malaikat bukan Hantu. " jelas senior.

"Aku tidak bermaksud untuk menakut-nakuti. Mereka saja yang penakut, hah dasar manusia. Padahal mereka nantinya juga akan meninggal dan menjadi roh... Kenapa harus takut dengan hantu." jawab malaikat Jiu.

"Ini bukan masalah takut atau tidak. Lihatlah toko roti itu. Gara-gara ulah mu, sekarang toko itu menjadi sepi, itu karena mereka merasa bangunan tua ini berhantu. Di tambah banyak rumor yang beredar di masyarakat kalau gedung ini berhantu. " Wajah senior menampakkan keseriusan.

"Berarti itu bukan salahku senior, toko itu sudah sepi sejak kecelakaan itu terjadi, satu hal lagi yang menakut-nakuti mereka itu bukan aku, tapi roh Yang bernama Aline. Setiap malam dia selalu datang untuk menjahili para pejalan kaki. Entah apa maksud dia melakukan itu, yang jelas jangan katakan bahwa ini terjadi karena aku yang melakukannya." malaikat Jiu membela diri.

"Sudahlah, aku tidak mau berdebat dengan mu hari ini. Aku ke sini hanya ingin memberimu selamat." Wajah senior berubah teduh.

"Selamat... Ha ha ha selamat untuk apa? Tunggu, tunggu, apa hari ini aku berulang tahun?" tanya malaikat Jiu dengan ekpresi melotot.

"Sipitkan dulu matamu! Ekpresi mu yang seperti itu menakutkan." menghela nafas panjang. "Aku memberimu selamat bukan karena hari ini kau ulang tahun. Tapi, tinggal selangkah lagi tugas mu akan selesai malaikat Jiu. Kau telah berhasil mengantar 99 roh ke pintu terakhir. Kini kau tinggal mencari roh yang hilang dan membawanya ke pintu terakhir. Dengan begitu kau bisa kembali ke tempatmu." Mata senior berkaca-Kaca.

"He he he. Pak tua sepertinya aku masih ingin menjadi malaikat lebih lama lagi dan terus berada di samping mu." Malaikat Jiu pura-pura merajuk.

"Ini sepertinya bukan gayamu malaikat Jiu, biasanya kau sangat bersemangat jika mengenai masa lalumu. Bukankah jika kau sudah menyelesaikan tugasmu dengan baik, itu berarti kau bisa mengingat masa lalumu. Itu kan yang kamu inginkan selama ini? Senior mengamati setiap orang yang berlalu lalang berjalan di pinggiran jalan raya.

In My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang