sebuah Memory

171 15 3
                                    

     karena telah mendapatkan persetujuan dari Mei, suara  Malaikat Jiu terdengar di telinga Aline dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam cermin .

Aline melangkah ke depan cermin tubuhnya mulai menembus cermin pembatas antara dunia roh dan dunia manusia.

Ke Esokan harinya
ALINE terbangun dalam sosok Mei.ia mengamati wajah yang Kini Ada di hadapannya.

"Ini tidak mungkin, Apa ini benar -benar Aku?Tapi ini Seperti bukan wajahku ." ALINE MASIH shock melihat tubuhnya yang sekarang.

"(Menjitak kepala Aline)berhentilah mengigau,itu memang bukan tubuhmu.Apa kau lupa bahwa kau dan perempuan itu telah melakukan pertukaran jiwa." Malaikat Jiu mengingatkan Aline.

"AHH Iya Aku ingat.Tapi bisakah kau lebih sopan dalam memperlakukan seseorang?dengan seenaknya kau Menjitak kepala seseorang.kau pikir ini tidak sakit." Keluh Aline

"Sepertinya Aku harus sering mengingatkanmu, bahwa kau sekarang bukanlah manusia melaikan hanyalah roh." Balas Malaikat Jiu.

"Kau tidak perlu mengingatkanku terus menerus. Aku sudah tahu itu ." Aline membuka Almari pakaian mencari baju yang cocok untuk ia kenakan.

"Atau jangan-jangan kau berubah fikiran. " sambung Malaikat jiu

"APA katamu?" Tanya Aline sambil memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajah Malaikat jiu.

"Yaa mungkin saja kau tiba-tiba ingin hidup kembali dan menjadi manusia."

"Omong kosong"jawab Aline dengan ketus.

"Oh ya satu lagi,Agar identitas mu tidak di ketahui,berpura-puralah menjadi sosok Perempuan ini."

"Maksudmu?"

"Perempuan yang kau pinjam tubuhnya ini,Dia mempunyai kekurangan. Ia tidak bisa melihat ataupun berjalan,Jadi kau harus menjadi dirinya seutuhnya . "

"Jadi Aku harus berpura-pura buta dan tidak bisa berjalan begitukah?"
Wajah Aline menyiratkan ketidak setujuannya .

"Tepat sekali."

"Huufftt,terkadang Aku heran kenapa Ray bisa mencintai perempuan seperti wanita ini."Aline kembali mengamati dirinya di depan Cermin.

"Cinta tidak mengenal kekurangan yang di miliki oleh pasangan,yang ia tahu hanyalah perasaan bahagia ketika berada di sisi orang yang ia cintai."

"Jadi maksudmu, Ray tidak bahagia ketika berada di dekatku?".

"Tidak begitu, Aku hanya mengatakan Apa yang Aku dengar dari mulut ke mulut.Malaikat tidak mempunyai perasaan seperti kalian."

"Sudahlah,percuma berbicara dengan makhluk seperti mu.kau tidak akan mengerti perasaan ku."
Aline pergi meninggalkan Malaikat Jiu bergegas untuk mandi.

"Aline sebaiknya sebelum kau beramsumsi terhadap sesuatu,sebaiknya kau selidiki dahulu Agar kau bisa mendapatkan jawabannya."
Malaikat Jiu menghilang dari kamar Mei sedangkan Aline mencoba mencerna kata-kata terakhir yang keluar  dari mulut  Malaikat Jiu.

    Setengah jam kemudian Aline sudah selesai mandi,kini ia mengenakan dress warna merah tanpa motif,ia mengucir rambutnya ke atas hingga leher jenjangnya terlihat jelas.

"Ternyata perempuan ini cukup cantik, pantas saja jika Ray berpaling dariku." Aline memuji wajah Mei yang tanpa ia sadari ia sangat mengagumi kecantikan perempuan itu.

Suara ketukan terdengar dari luar pintu kamarnya.
Aline sangat panik,ia mencari keberadaan kursi roda yang biasa di pakai oleh Mei.

"Gawat,Apa yang harus Aku lakukan."Aline sangat gelisah, ia menggigit kuku telunjuknya berharap ia bisa menghilangkan perasaan cemas yang tengah menderanya.

"MEI,,,bisakah kau membuka pintunya?" Terdengar suara chao ya dari luar pintu .

Aline mulai mengambil kursi rodanya ia duduk di atas kursi roda dan bersikap tenang.

"Mei kau sudah mandi?"tanya Chao ya agak kaget.

"Iya Aku sudah mandi".

"Kau melakukannya sendirian?". Sambung chao ya yang masih tertegun memandang sahabatnya itu.

"Tentu saja Aku melakukannya sendirian,memangnya kenapa?"

"Bagaimana kau bisa melakukannya?"

"Kau kenapa Chao ya?dari nada bicaramu sepertinya kau sangat terkejut." Tiba-tiba saja ingatan tentang perempuan yang bernama chao ya itu terlintas di otaknya.mungkin perlahan ingatan Mei telah terhubung ke memory Aline.

 

"Tentu saja Aku terkejut ,Dalam keadaanmu yang seperti ini tidak mungkin kau bisa melakukannya sendiri Mei."

"Chao ya Apa  kau meragukanku.Hemm sebenarnya  Aku tidak ingin merepotkan sahabatku lagi makanya Aku belajar mandiri.meskipun AKU tidak bisa melihat ataupun berjalan Tapi Aku masih mempunyai dua tangan untuk melakukan segalanya sendiri."

"Maaf Mei, bukan maksudku merendahkan mu,Tapi Aku sangat khawatir terhadap mu."

"Sekarang kau tidak usah bolak -balik ke rumah ku chao ya.Nanti jika Aku membutuhkanmu, AKU Pasti menghubungi mu."

"Sudahlah Ayo Turun, Ray telah menunggu mu di depan." Chao ya mendorong kursi rodanya sampai ke depan halaman rumah.

  "Hay,kau terlihat Lebih Cerah hari ini." Ray membungkukan badannya Agar bisa menatap wajah Mei dengan jelas.

"Dasar laki-laki hidung belang,Apa semua perempuan kau goda dengan kata-kata manis mu itu."Gumam Aline Dalam Hati

"Kenapa Diam?"

"Aahh ya Ampun kenapa badanku tiba-tiba  dingin, dengan jarak yang  sedekat ini Bisa-bisa Ray membuatku pingsan." Batin Aline

"Chao ya,Aku akan membawa Mei ke luar,kau tidak keberatan kan?"

"Tentu saja Aku tidak keberatan Ray  ,sering-seringlah kau Ajak  Mei keluar." Jawab Chao ya

Ray menggantikan posisi chao ya,ia mendorong kursi rodanya dan membawa Mei(Aline) ke Dalam mobil.

Mobil yang di kendarai Ray melaju sangat kencang.
Ray menghentikan mobilnya di depan   Rumah sakit besar yang sangat terkenal .Aline ingat Rumah sakit itu adalah Rumah sakit yang selama ini telah merawat tubuhnya yang masih koma.

Cat putih,bangunan yang besar serta bau obat-obatan,Aline sangat tidak menyukai tempat ini.

"Ray kenapa kau membawaku ke tempat ini?" menggunakan jari-jarinya Aline mulai menutup hidungnya .

"Aku ingin mengajak mu untuk menemui seseorang."

"Siapa?".

"Seseorang yang sangat Aku cintai,dan Aku tengah menunggu orang itu bangun kembali."

Ray membuka salah satu ruangan pasien.ia kembali mendorong kursi roda milik Mei dan  menghampiri seorang pasien yang tengah tidur di atas ranjang yang di sampingnya telah Ada   alat-alat medis serta selang -selang panjang terpasang di bagian tubuh perempuan itu.

MELIHAT keadaan pasien yang mengenaskan itu tanpa sadar Air mata Aline mengalir dengan Cepat.melihat tubuhnya terbaring lemah seperti itu,terasa menyesakkan bagi dirinya.

"Apakah yang terbaring di atas ranjang itu adalah Aku ? Gumamnya dalam hati,Aline memegang dadanya ketika perasaan sesak menjalar di hatinya.

In My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang