Sayap yang patah

230 16 3
                                    

Flashback

Aku masih berdiri di Atas altar menunggu Kedatangan Ray Ma.
Aku melirik ke arah William,  berharap ada jawaban darinya.

Kenapa adik tersayangannya belum juga datang mendampingi ku di atas Altar ini untuk mengikat janji setia seumur hidup.

Kini perasaan ku yang tadinya bahagia berubah menjadi sebuah kecemasan. Hawa dingin mulai merasuk ke seluruh tubuh ku. Tangan yang tadinya hangat kini menjadi dingin. Fikiran buruk pun mulai merasuki saraf-saraf otak ku.

Sepertinya aku sudah tidak bisa berfikir jernih lagi, berbagai dugaan muncul di kepala ku. Bukan hanya aku yang mulai lelah menunggunya, bahkan para tamu yang datang pun satu persatu mulai keluar dari gedung untuk menghilangkan kejenuhan mereka. Mungkin karena terlalu lama menunggu pengantin laki-laki yang tak kunjung datang, para tamu pun mulai bosan berada di dalam gedung ini. Dengan kaki sedikit gemetar, aku melangkah untuk  menghampiri William.

"Kak, apa sudah ada kabar dari Ray?" tanya ku pada William.

"Ray masih belum bisa di hubungi, tapi kamu harus tetap tenang, adik ku Ray, pasti akan datang." jawab William. Ku lihat dia masih berusaha menghubungi Ray Ma.

"Awas saja jika nanti dia sudah datang, akan ku pukul dia! Aku tidak akan berhenti memukulnya sampai dia minta maaf dan menyesal karena dia telah membuat ku menunggu lama!"

Aku meremas buket bunga Tulip yang kini sedang aku pegang.

" Ingat, seorang pengantin tidak boleh marah-marah.  Tersenyumlah, maka kamu akan terlihat semakin cantik." William menarik pipi ku ke samping hingga bibir ku ikut tertarik dan membentuk pola senyuman.

Aku menepis tangan Willian. Andai saja Ray yang mengatakan itu, pasti akan lebih menyenangkan bukan? Aku masih memperlihatkan wajah cemberut di depan William.

"Jadi kau tidak senang dengan pujian ku itu hem? Baiklah, Ray memang orang pertama yang berarti di hidup mu." William menggembungkan ke dua pipinya hingga membuatku tertawa.

"Ha ha ha bukan begitu kak, kau juga berarti bagiku. " Aku memeluk William.
"Wlaupun kakak bukan saudara kandung ku, tapi kak William telah ku anggap sebagai keluarga ku. Aku sangat berterima kasih kepada kalian." sambung ku.

"Sudahlah, kau dan Ray adalah adik yang paling ingin aku lindungi. Aku tidak ingin kalian saling menyakiti dan percayalah, Ray akan menepati janjinya. Sekarang lepaskan pelukan mu, nanti mereka sangka aku ini pengantin laki-laki mu. Ha ha ha."
Benar juga, aku segera melepaskan pelukan ku dari William.

.



.

Suara dering telepon terdengar dari Handphone William. Dengan segera ia menjawab panggilan dari Handphonenya itu. Terdengar samar-samar suara dari seberang sana.

"Hallo." William menyapa dari telepon genggamnya.

"Kakak, ini aku." jawab seseorang dari tempat lain. Aku bisa mendengarnya meskipun samar-samar.

"Ray, apa ini kau?" William mengenali suara itu.

"Kak, apa itu Ray? Sini biar aku saja yang berbicara padanya!" Aku merampas Handphone dari tangan William.

"Hai Pipi molen, kenapa kau membuat ku menunggu. Cepat kembali Atau Aku Akan... " Aku belum sempat melanjutkan kata-kata ku, tapi Ray malah memotongnya.

"Aline, aku tidak bisa kembali ke sana. Maaf telah membuat mu menunggu. Ada suatu alasan yang membuat ku untuk tidak melanjutkan acara pernikahan kita." Suara Ray Ma terdengar serak.

"Apa kau bilang? Aku tidak bisa mendengar mu dengan jelas." Entah memang suara Ray Ma yang samar-samar atau aku yang hanya Berpura-pura tidak mendengarnya.

"Aline, dengarkan aku! Sekarang aku tidak bisa menemui mu dan tidak bisa melanjutkan acara pernikahan kita. Aku akan memberikan alasan ku ketika Aku sudah kembali." Tatapan ku kosong ketika mendengar perkataan Ray Ma barusan. fikiran ku buyar dan jantung ku merasa meledak dalam hitungan detik.

"Aku tidak butuh alasan mu. Yang aku tahu kau telah mengecewakan ku. Aku membenci mu Ray, Aku sungguh membenci mu!" Aku melempar Handphone dari genggaman tangan ku hingga beberapa meter hingga membentur tembok. Para tamu yang masih ada di dalam gedung kebingungan melihat tingkah ku termasuk William.

"Aline, apa yang terjadi? Apa yang di katakan Ray hingga membuat mu semarah ini."Aku tidak menjawab pertanyaan dari William.

Pertahanan ku bobol dan air mata tumpah dari kedua bola mata ku. Aku hanya menangis terisak dan berteriak sekencang-kencangnya. Aku tidak peduli meskipun ratusan pasang mata tengah memandangi ku dengan fikiran-fikiran mereka. Aku tidak peduli! Yang ingin aku lakukan hanya ingin melampiaskan kekesalan ku ini.

Ku dengar William berbisik kepada salah satu tamu agar mereka bisa meninggalkan gedung pernikahan sekarang. Dengan secepatnya para tamu berhamburan keluar hingga yang tersisa hanyalah aku dan William.

William mencoba menenangkan ku, namun usahanya gagal. Aku membanting pot pot yang sudah tertata rapi hingga keramik-keramik pot itu berserakan di lantai. Seperti hati ku yang kini telah retak karena laki-laki brengsek itu. Aku terlalu emosi sampai tidak bisa berpikir jernih.

Aku memberantakan tatanan rambut ku yang tadinya terlihat elegan menjadi berantakan dan terurai tidak beraturan.

Aku seperti perempuan yang tidak waras.

William yang sudah mengenal sifat ku yang temperamental membiarkanku melakukan itu semua hingga menunggu ku tenang kembali.

Setelah puas aku mulai menyenderkan kepalaku di pundak William.

"Aku membenci adik mu. Aku sungguh sangat membencinya William. Aku ingin mematahkan tulang-tulangnya dan menjadikannya serpihan-serpihan kecil, seperti apa yang telah ia lakukan pada hati ku. Beraninya dia mempermainkan perasaan ku dengan membatalkan pernikahan ini! " Aku masih menangis hingga baju bagian lengannya basah oleh air mata ku.

"Aku tidak akan membiarkan mu mematahkan tulang-tulang adik ku. Aku juga tidak akan membiarkan Ray menyakiti mu Aline. Aku tidak ingin kalian saling menyakiti, kau tahu itu bukan? Aku tahu betul siapa adik ku itu. Dia sangat mencintai mu. Kalian telah menjalin hubungan selama 5 tahun, aku harap kamu tidak meragukan kesetiaannya terhadap mu Aline. Pasti ada alasan kenapa Ray melakukan ini semua." Aku mulai berpikir dan memutuskan untuk mencari keberadaan Ray Ma.

"Aku harus menemuinya sekarang! Aku ingin mendengar penjelasannya sekarang juga, Aku tidak mau menunggu lagi kak." Aku menyeka air mata ku. Dengan make up yang berantakan, Aku berlari ke luar gedung dengan menjinjing gaun
pengantin yang sedang aku kenakan. Mungkin ini agak susah bagiku untuk berlari dengan menggunakan gaun yang begitu panjang di tambah High heels yang sangat tipis di bagian bawahnya. Tapi aku masih tetap bersikeras untuk mencari Ray Ma

William berteriak memanggil ku serta berlari untuk mengejar ku dari belakang.

Sesuatu yang tidak di perkiraan.  Sebuah Suara yang keras terdengar di luar gedung.

BOOOMM..

Suara ledakan yang berasal dari sebuah kecelakaan. Setelah itu semuanya hitam, Aku tidak melihat cahaya sedikit pun. Aku juga tidak lagi mendengar William memanggilku. Semuanya kosong, aku tidak bisa mengingat kejadian setelah itu. Yang aku tahu, Aku hanya ingin tertidur selamanya.

Melupakan Tentangnya.

◈ ◈ ◈

Aku ingin Tuhan mengangkatku dari kepedihan ini.Seseorang telah mematahkan sayapku Hingga ku tak mampu terbang bersamanya lagi.
Seseorang tolonglah datang dan Angkat Aku dari kegelapan,hingga ku dapatkan senyum ku kembali.




                   TBC

In My DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang