Nadine berlalu dari hadapan Abelano yang masih terdiam dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Saat di belokan, Nadine langsung berlari ke kamar mandi.
Saat sudah sampai di kamar mandi, Nadine berdiri di depan cermin. Ia membasuh wajahnya dengan air keran.
"Inget Nad, dia cuma anggep lo sebagai pengganti Tasya, gak lebih. Lo harus bisa lupain dia. Harus bisa!"
Nadine menyeka air matanya kasar. Ia bertekat harus bisa melupakan Abelano, itu harus!
"Tapi kalo dia jadi tutor gue, kapan gue lupain dia? Pas jarang ketemu aja susah. Gimana kalo sekarang lebih sering ketemu? Alamat gagal rencana mau lupain Lain. Ah tau ah ucing pala Temari."
Sebelum keluar dari toilet, Nadine memoles wajahnya dengan bedak tipis dan lipgloss. Setelah dirasa siap, ia segera keluar dari toilet menuju kelasnya.
Nadine berjalan keluar toilet menuju kelasnya sambil memainkan Flappy Bird. Entah kenapa Nadine sangat suka dengan permainan yang author sendiri sampe stress karna dapet skor 175 tiba-tiba dikagetin temen terus gameover. Kalian tau rasanya itu? Rasanya pengen mutilasi temen dd huwaaa ok sip abaikan, back to topic!
Saat berjalan, Nadine melewati kelas Abelano. Dan saat itu yang mengajar adalah Frans. Frans menoleh ke arah Nadine lalu memanggil murid sekaligus sahabat kekasihnya itu.
Nadine mengabaikan Frans dan tetap berjalan sambil memainkan gamenya. Karena geram dengan muridnya, Frans berjalan menghampiri Nadine lalu menjewernya.
"Aww Pak yahh jatoh kan Flappy Bird saya ih Bapak mah ngeselin. Kenapa sih manggil saya? Saya lagi sibuk ini, btw lepasin ih sakit kuping saya," ketus Nadine.
Frans melepaskan jewerannya, "Sibuk ngapain hm? Kamu lagi sibuk maen burung yang kerjaannya nyungsep terus."
"Pak Frans yang tjakep, yang ganteng, plus ngeselin kuadrat, gini-gini Flappy Bird itu melatih konsentrasi bagi para pemainnya. Coba kalo ga konsentrasi, pasti nyungsep ini burungnya. Jadi secara gak langsung, game ini tuh melatih cara kita berkonsentrasi dalam memainkan suatu permainan. Otomatis semakin lama kita maen game ini, semakin pinter juga kita konsentrasi. So, intinya kalo Bapak mau pinter, Bapak kudu sering maen Flappy Bird kaya saya," ceramah Nadine panjang lebar yang membuat Frans menggelengkan kepalanya pusing melihat kelakuan murid idiotnya ini. Yah, walaupun kekasihnya juga satu spesies dengan para sahabatnya.
"Teori darimana itu? Saya baru denger."
"Ya dari saya lah, Bapak kudet kalo baru tau. Betewe ngapain Bapak manggil saya? Saya mau ke kelas ini."
"Yakin balik ke kelas hm? Ga ke UKS buat bikin pulau? Lagian jadi orang kerjaannya di kelas tidur terus." Cibir Frans.
'Yaiyalah gue tidur, jelas ngantuk tjoy. Lah wong gue balik aja tiap hari jam 3 pagi,'
"Udah deh elah Pak, gabut ya? Kalo misalnya Bu Dewi nanya kenapa saya lama balik ke kelas nanti mau jawab apa? Gak mungkin kan saya bilang kalo saya diapelin guru tjakep? Iya kan? Iya dong?" Semua murid yang ada di kelas itu tertawa mendengar ucapan Nadine, ditambah dengan ia memasang wajah sok tidak berdosa miliknya.
Frans memutar bola matanya malas, "Udah-udah balik sono. Tapi kamu gak mau ngapelin Lano dulu?" Frans menaik-turunkan alisnya.
"G Pak g. Bhay!" Nadine segera keluar dari kelas itu.
Nadine mendengus lalu pergi dari kelas Abelano sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal. Frans yang melihat muridnya kesal hanya terkikik.
Saat berjalan ke kelasnya, Nadine kembali bermain Flappy Bird lagi. Ia tidak memperhatikan jalanan di depannya. Padahal di depannya ada Abelano berdiri sambil memegang berkas yang harus ia bawa ke ruang OSIS.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
Teen FictionNadine Emily Smith, Memiliki rahasia yang ia tutupi pada semua orang, termasuk pada semua sahabatnya. Pandai menyembunyikan kesedihannya didalam wajah ceria miliknya. Menyukai kakak dari sahabatnya sendiri, tapi sayang orang itu sangat dingin dan su...