Gone

25.7K 1.5K 137
                                    

Nadine duduk di kursi yang ada di sebelah brankar Abelano. Sudah lima hari Abelano belum membuka matanya. Dan dokter berkata jika Abelano belum juga bangun dalam waktu seminggu, Abelano dinyatakan koma.

Keluarga Vataro sangat terpukul atas apa yang menimpa Abelano. Mereka juga tidak menyalahkan Nadine atas kecelakaan yang menimpa mereka berdua. Tapi tetap saja Nadine menyalahkan dirinya sendiri.

"Lan, bangun dong. Udah lima hari kamu gak buka mata kamu. Dua hari lagi, Lan, dua hari lagi. Jangan buat aku khawatir. Maafin aku, Lan, semua gara-gara aku. Gara-gara aku kamu ada disini, gara-gara aku kamu jadi kaya gini. Maafin aku, Lan, maafin aku." Nadine menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Ia sangat menyesal.

Keluarga Smith dan Vataro sedih melihat Nadine seperti itu. Ia begitu terpukul atas apa yang menimpa Abelano.

Tidak ada lagi Nadine yang ceria, tidak ada lagi Nadine yang bawel, tidak ada lagi Nadine yang konyol, tidak ada lagi Nadine yang selalu bertingkah aneh, tidak ada lagi. Yang ada hanya Nadine yang selalu menangis, Nadine yang selalu duduk disamping brankar Abelano sambil menggenggam tangan Abelano.

"Sayang, kamu makan dulu ya? Kamu belum makan dari pagi. Kalo kamu tambah sakit gimana?" Adelina dan yang lainnya berusaha membujuk Nadine untuk makan, karena ia harus minum obat juga. Tapi Nadine tidak mau.

"Gak mau, Mi, Emy mau nunggu Lano sadar aja. Emy mau makan bareng Lano." Adelina yang mendengar ucapan Nadine hanya mengeluarkan air matanya.

Adelina tidak bisa melihat Nadine seperti itu. Adelina merasa gagal menjadi orangtua yang baik untuk Nadine. Begitupun juga dengan Henry, ia juga merasakan yang sama dengan Adelina.

Henry dan Adelina sungguh menyesal meninggalkan Nadine dan kedua kakaknya dalam waktu yang cukup lama. Mereka hanya mengirimkan uang untuk Nadine setiap bulannya agar kehidupan Nadine berkecukupan.

Tapi sebenarnya bukan itu yang Nadine butuhkan. Yang Nadine butuhkan adalah kasih sayang dari kedua orangtuanya. Adelina dan Henry bahkan terkejut saat tau anak mereka adalah salah satu DJ yang cukup terkenal. Mereka tidak tau menau soal anak-anak mereka, semuanya.

"Dek, kamu makan ya? Dikit aja juga gapapa. Kamu juga minum obat, kamu juga harus sembuh. Nanti kalo Lano bangun terus kamunya yang sakit gimana? Kamu gak mau Lano sedih kan? Lano sayang banget sama kamu. Kita semua sayang sama kamu, kita mau kalian sembuh. Jadi makan, ok? Dikit aja gapapa." Kali ini Rendy yang membujuk Nadine.

"Abang janji deh kalo kamu sembuh, nanti kita beli es krim sama coklat yang banyak. Kamu mau kan?" Rio juga ikut membujuk adik satu-satunya.

"Emy gak mau makan es krim lagi, Bang. Gara-gara Emy ngerengek es krim ke Lano, Lano jadi gak bangun-bangun. Emy gak mau makan es krim lagi." Nadine mengeluarkan air matanya lagi. Ia teringat saat ia tengah merengek pada Abelano hingga kecelakaanpun terjadi. Ia bersumpah tidak akan makan es krim lagi seumur hidupnya.

"Sayang, Lano kaya gini bukan gara-gara kamu. Ini udah takdir dan kita gak bisa ngelawan takdir. Kita semua cuma bisa berdoa buat kesembuhan Ano." Leonny mengelus rambut Nadine.

Jujur Leonny juga sedih atas apa yang terjadi dengan anaknya. Tapi menyalahkan Nadine juga tidak akan membuat Abelano bangun, bukan? Lagipula Leonny sudah menganggap Nadine seperti anaknya sendiri.

"Tapi kalo misalnya Nadine gak gangguin Lano pas nyetir, semuanya gak akan gini, Bunda. Lano gak akan terbaring disini. Ini salah Nadine, Bun, salah Nadine." Leonny memeluk Nadine yang saat ini tengah terisak.

Semua yang ada di ruangan itu sedih melihat Nadine. Bahkan Abela keluar dari sana karena tidak kuat melihat Nadine dan kembarannya seperti itu.

Adelina yang paling merasa terpukul. Ia iri melihat Nadine yang bisa begitu dekat dengan Leonnya yang notabenya bukan ibu kandungnya. Ia yang ibu kandungnya saja masih merasa canggung dengan anak-anaknya. Ia merasa benar-benar bukan ibu yang baik.

Cold BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang