"Lano, should I give up?"
💣💣💣
Nadine berjalan menuju mobilnya, ia ingin segera meninggalkan tempat yang menurutnya menyakitkan. Ia duduk di belakang kemudi dan sudah beberapa kali menghela nafasnya.
"Apa gue harus mundur? Tapi ... tapi gue sayang sama Lano." Air mata Nadine menetes lagi.
"Ah udahlah liat nanti aja kelanjutannya gimana." Nadine segera menjalankan mobilnya menuju apartemennya.
💣💣💣
Nadine saat ini sedang berada di UKS, ia sudah membolos dari jam pertama, dan sekarang sudah jam ketujuh. Pikirannya kacau, kejadian kemarin saat di Puncak terus saja berputar-putar dalam pikirannya.
Nadine duduk di brankar sambil bersandar di bantal yang ada di belakang punggungnya. Mata Nadine mengarah pada jendela UKS, tapi tatapannya benar-benar kosong. Bahkan ia tidak sadar jika sedari tadi Abelano berdiri disamping brankar yang Nadine tempati sambil menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan.
"Nad?" Setelah sekian lama Abelano melihat Nadine terdiam akhirnya Abelano memutuskan untuk memanggilnya. Tapi Nadine tetap tidak bergeming dari kegiatannya.
"Nad?" Nadine tetap terdiam.
"Nad?!" Kali ini Abelano sedikit meninggikan suaranya.
"A-Ah iya?" Nadine akhirnya menoleh dan terkejut melihat Abelano sudah ada disampingnya.
"Gue mau ngomong." Ucap Abelano dengan wajah datarnya.
"A-Apa?" Entah kenapa Nadine bisa menjadi gugup saat berbicara dengan Abelano, biasanya ia akan langsung berbicara layaknya kereta yang remnya blong.
Abelano mengerutkan keningnya bingung melihat sikap Nadine yang sedikit aneh. Bahkan Nadine saat ini tengah memainkan kukunya yang berarti Nadine sedang gugup, itu yang Abelano tau karna tanpa Nadine sadari, Abelano diam-diam selalu memperhatikannya.
"Gue cuma mau ngomong kalo lo bisa belajar sama gue mulai besok." Nadine hanya mengangguk tanpa menatap Abelano.
"Ok gue cabut dulu." Sekali lagi Nadine hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh pada Abelano.
Abelano segera keluar dari UKS. Ia mengerutkan keningnya bingung melihat sikap Nadine hari ini. Biasanya Nadine akan terlihat bersemangat jika bertemu dirinya, tapi hari ini Nadine seakan tidak memiliki semangat hidup, ia hanya menatap kosong jendela UKS dan hanya mengangguk saat ditanya oleh Abelano.
Melihat sikap Nadine seperti itu, dalam hatinya jujur ia merasa ... ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Dan Abelano tidak tau apa itu, entah dia memang tidak tau atau dia hanya berpura-pura tidak tau, atau lebih tepatnya menyangkal perasaan itu. Yak nuni tau kalo ini kata-katanya gak banget fix, jadi abaikan aja ok sip gaes?
Sepeninggal Abelano, Nadine menghela nafasnya dan memijit pelipisnya. Banyak yang ia pikirkan saat ini, dan itu membuatnya hampir gila.ok sip ini lebay bhak wkwk
"Gue harus gimana? Nyerah atau lanjut? Tapi kalo lanjut ya gak mungkin juga. Lano keliatan sayang banget sama cewek itu. Sebenernya cewek itu siapa? Apa gue tanya Ela aja ya? Tapi Ela tau gak ya siapa cewek yang dimaksud Lano? Tapi masa iya dia gak tau. Yaudahlah nanti gue nanya dulu." Nadine mengambil ponselnya lalu menelpon Abela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Boy
Ficção AdolescenteNadine Emily Smith, Memiliki rahasia yang ia tutupi pada semua orang, termasuk pada semua sahabatnya. Pandai menyembunyikan kesedihannya didalam wajah ceria miliknya. Menyukai kakak dari sahabatnya sendiri, tapi sayang orang itu sangat dingin dan su...