= Venus =
Tema: MaretPROMISE
"Aldi, ayo ke sana!"
Aku mengangguk pada gadis yang tengah tersenyum lebar itu. Dia bertepuk tangan riang saat aku menyetujui permintaannya. Apa aku salah memberi sebuah harapan? Tapi kurasa semua orang memiliki kesempatan untuk berharap, 'kan?
"Tapi kamu janji dulu harus cepet sembuh. Jangan sakit-sakit gini," ucapku padanya. Dia semakin bersemangat mengangguk dan menatap selebaran yang ada ditangannya.
Tuhan, jika aku boleh berharap, maka aku akan selalu berharap agar gadis ini bisa selalu bersamaku. Jika aku boleh egois, panjangkan selalu umurnya. Aku tidak akan mendengarkan perkataan dokter tentang berapa lama lagi dia bisa bersamaku. Mereka bukan diri-Mu, yang bisa menentukan usia seseorang, bukan?
"Ah iya, Al, bianglalanya cuma ada di tanggal sebelas. Padahal 'kan aku mau ke sana tanggal dua." Dia mengerucutkan bibirnya. Aku tertawa melihat hal itu, membelai lembut sedikit rambutnya sebelum mengeluarkan sebuah kalender dari dalam tas.
Dia mengerutkan kening, tapi aku hanya tersenyum kecil. "Kamu tandain aja tanggalannya. Sekarang masih tanggal 26 Februari, berarti buat ke tanggal sebelas Maret kurang beberapa hari aja 'kan, Mif?" Dia mengangguk mendengar perkataanku. Tapi masih sigap menyimak dengan tenang. "Jadi nanti kamu sabar ya nunggu tanggal sebelas. Aku pasti ke sini kok buat jemput kamu."
"Promise?" Mifta mengulurkan jari kelingkingnya. Aku terkekeh pelan melihat hal itu, tapi tetap mengulurkan dan mengaitkan jari kelingkingku pula padanya.
"Yeah, I'm promise."
Tapi harapanku pupus. Janji kami menghilang. Dia pergi, selamanya. Mifta menyerah pada penyakit yang dideritanya, tepat sehari sebelum janji kami terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
WNC 1st Anniversary
Short StoryKokok Ayah Ayam memulai sebuah hari. Membangunkan Ibu Ayam dan semua anak-anaknya. Satu persatu mereka keluar dari kandangnya. Berkeciap riang menyambut pagi yang baru. Ada yang bergerak ke sana kemari, ada yang bermain bersama saudaranya, ada pula...