Aras memukul pelan setir mobilnya.
Sampai kapan harus melakukan sandiwara semacam ini? Apakah ia memang sudah tidak punya pilihan lain sehingga sandiwaralah pilihan terbaik yang bisa diambil ?
Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya hidup bersama seorang perempuan bernama Widya Anandari. Ia memang mengenal Widya, namun hanya sebatas tahu jika Widya adalah cucu dari nenek Sundari, kerabat jauh neneknya.
Dan ketika nenek menyampaikan rencana brilian untuk menikahkannya dengan Widya, tanpa pikir panjang, ia langsung menolak.
Bagaimana mungkin menikahi perempuan yang ia tidak kenal akrab?
Nenek mengatakan jika Widya adalah perempuan baik-baik, terpelajar dan memiliki kepribadian yang sangat baik. Selain itu, Widya juga perempuan mandiri. Meskipun tidak bekerja di kantor apalagi memegang jabatan penting, ia mampu mengembangkan usaha yang dirintisnya sendiri sejak masih kuliah.
Dengan semua kualifikasi tersebut, sangat mudah bagi Widya mengambil hati semua orang. Nenek Adilla tentu saja, ayahnya, dan terlebih lagi Sera, kakaknya. Mereka tidak butuh diskusi panjang untuk menyetujui rencana perjodohan tersebut.
Sementara mereka mengabaikan fakta dan kemungkinan jika Aras telah memiliki perempuan pilihannya sendiri.
Kalya.
***
Widya menutup mulut, tidak sanggup menahan kuapan lebar oleh serangan kantuk yang luar biasa.
Suhu ruangan yang sejuk ditambah suasana hening sangat mendukung untuk tidur.
Tapi sekalipun rasa kantuk berkuasa, kedua matanya tidak juga bisa terpejam.
Ia tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Yang pasti, rasa kantuk itu menari-nari, namun tidak cukup mampu membuatnya tertidur.
"Dy," Sera menepuk bahunya.
"I...iya, Mbak?"
"Kamu itu lagi ngayal atau lagi mau tidur?"
"Nggak tau nih, Mbak. Dari tadi ngantuk tapi nggak bisa tidur."
"Nanti gantian sama Aras aja lagi. Aras balik sore nanti. Udah Mbak telepon."
Widya hanya mengikuti apapun yang dikatakan Sera. Karena selama ini, Sera selalu bersikap baik, jadi Widya merasa cocok dengannya.
Jika Sera bisa bersikap baik padanya, mengapa Aras tidak ya? Seolah Aras menjadikan perjodohan mereka sebagai alasan untuk selalu bersikap ketus padanya. Terkadang, ia pun melakukan hal yang sama jika mengingat perlakuan Aras padanya.
Ia sendiri sudah pernah berencana mengakhiri hubungan dengan Elang mengingat ia akan terikat pernikahan dengan Aras. Tapi sikap Aras yang seolah tidak menganggapnya sebagai isteri menimbulkan pergolakan emosi. Ditambah lagi, Aras masih berhubungan dengan Kalya saat mereka sudah berstatus suami isteri. Kan tidak etis namanya?
Jadi ia memilih kembali menjalin hubungan dengan Elang. Ia hanya tidak mau diperlakukan tidak adil. Aras harus tahu jika ia bukan isteri yang mudah menerima sebuah perselingkuhan.
Padahal jika saja Aras mau lebih mengalah pada egonya, mungkin hubungan mereka bisa menjadi lebih baik. Mungkin perjodohan mereka bisa berubah menjadi sebuah hubungan serius. Dan mungkin mereka bisa mulai dengan melepaskan "pelarian" mereka masing-masing.
Tanpa ragu.
Tapi apa mau dikata? Aras lebih memilih perempuan lain.
***
Cangkir kopi di tangannya masih mengepulkan asap. Aras baru saja selesai mandi, masih menyandang handuk kecil di bahunya. Ia membuat secangkir kopi Toraja, doping sebelum kembali berjaga di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE IN LOVE (Love #1) -Completed-
General Fiction(CHAPTER2 EMESH DIPRIVATE) Highest rank #1 General Fiction May 12nd 2017, #3 General Fiction May 4th, 2017 :), #2 General Fiction May 5th, 2017 Lika-liku pernikahan seorang Widya Anandari dan Aras Yatalana. Cinta, gengsi, cemburu. Aku masih sangs...