Widya mengamati aktivitas packing barang yang dilakukan Dhea bersama tiga karyawan mereka. Sekalipun susunan paket yang sudah dikemas sangat banyak, pesanan yang belum dibungkus masih jauh lebih banyak. Meskipun jumlah bungkusan yang banyak, tersusun rapi dan jauh dari kesan berantakan. Ia baru saja datang dan tanpa buang waktu ikut bergabung menyelesaikan pekerjaan berat mereka.
Setelah berhari-hari tidak mengunjungi basecamp, baru hari ini ia sempat datang. Bersyukur ia punya partner bisnis seperti Dhea yang bekerja begitu cekatan dibantu karyawan mereka.
Jadi,meskipun Widya sering tidak berada di sana, ia bisa tetap memantau pemesanan melalui data penjualan yang rutin dikirimkan bagian stok sekalipun tanpa diminta. Dari situ, ia bisa mengira-ngira keuntungan yang mereka peroleh setiap bulan. Dan sepertinya bulan ini merupakan bulan dengan jumlah penjualan terbesar dari bulan-bulan sebelumnya.
Alamat rekening tersenyum lebar nih. Tabungan bertambah, jadi ia bisa lebih leluasa mengatur perputaran modal.
Widya menghela napas.
Nasib baik bisnisnya berkebalikan dengan kehidupannya sekarang.
Sejak memenuhi permintaan nenek Adilla untuk sering meluangkan waktu menemani beliau, ia dan Aras bisa dikatakan lumayan dekat.
Atau katakan saja mencoba terlihat dekat satu sama lain.
Jika sebelum-sebelumnya ia lebih banyak mengabaikan kehadiran Aras, kini Widya mendapati dirinya menjadi lebih sering memedulikan Aras, meski Aras sendiri terkesan masih menjaga jarak.
Mereka tetap berakting seperti biasa, hanya saja ya itu. Cara Aras membuang muka, atau menanggapi malas setiap Widya berbicara dengannya.
Memang mereka bukan pasangan suami isteri pada umumnya, tapi Aras tidak perlu memperlakukan seakan-akan dia ini kuman yang patut dijauhi kan?
Dan soal pemotretan itu....
Ah lupakan saja. Kenapa juga ia yang jadi bersemangat?
"Dy, ini ada beberapa pelanggan minta layanan COD. Gimana?" Dhea bertanya sambil menunjukkan catatan di kertas yang ia tandai spidol merah.
Widya memandangi kertas berisi deretan nama dan alamat pelanggan yang disodorkan Dhea.
"Belum dulu deh kalo itu."
"Jadi gimana?"
"Kalo nggak dibatalin sih, tawarin lagi aja paket pengiriman kayak biasa."
Widya agak-agak trauma menghadapi pelanggan yang minta layanan COD setelah seorang cowok setengah gila dan mesum datang ke basecamp mereka lengkap motif untuk modus. Si cowok awalnya pesan boxer brief, yang tentu saja tidak ada dalam daftar produk. Dan ia beralih memesan mug bergambar bokong Kim Kardashian yang tentu saja mereka tolak mentah-mentah.
Terakhir si cowok datang dan Widya yang panik setengah mati langsung saja menelepon polisi meski akhirnya si cowok berhasil diamankan sama sekuriti.
Sejak itu, ia jadi enggan memasang layanan COD yang anehnya mayoritas dipilih kaum laki-laki. Kalau pelanggan perempuan sih biasanya memang tidak mau ribet jadi lebih memilih memakai jasa pengiriman. Kecuali jika nanti ia mulai berjualan barang-barang elektronik, ia bisa mulai memikirkan alternatif COD. Asal pelanggannya jangan seperti cowok yang aneh bin ajaib itu.
"Dhe, gue ke depan bentar ya?" pamit Widya kepada Dhea setelah membaca SMS dari Elang. Elang sudah sampai di depan basecamp.
Dhea mengiyakan sambil mengacungkan satu jempol sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya menempel-nempel alamat penerima.
![](https://img.wattpad.com/cover/104154332-288-k300884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE IN LOVE (Love #1) -Completed-
Ficción General(CHAPTER2 EMESH DIPRIVATE) Highest rank #1 General Fiction May 12nd 2017, #3 General Fiction May 4th, 2017 :), #2 General Fiction May 5th, 2017 Lika-liku pernikahan seorang Widya Anandari dan Aras Yatalana. Cinta, gengsi, cemburu. Aku masih sangs...