Aku makasih banget buat apresiasi kalian sama cerita ini. Kemarin BiL sempat #1, bikin excited parah! Thanks juga buat vommentsnya :)
Enjoy !!
_________________________________________________________________________
Aras berbalik melihat Widya yang saat ini sedang berlari ke arahnya dan Elang. Itu setelah ia meninju perut Elang dan mendorongnya sampai tersungkur ke tanah. Dua orang karyawan laki-laki yang tadi berada di dalam membagi tugas, satunya memegangi Elang yang sedang berusaha bangun dan satunya lagi menahannya sebelum kembali melanjutkan duel berdarah-darah itu.
Widya memandangnya kemudian berganti memandang Elang. Hal itu tidak berlangsung lama karena Widya memilih balik badan setelah memberitahu karyawan memapah Elang ke dalam basecamp untuk diobati. Aras yang masih menyeka darah di bibirnya diberitahu karyawan yang bernama Irwan untuk mengobati lukanya di dalam basecamp.
"Nggak usah. Saya mau langsung pesan taksi saja."
Aras tidak mungkin mau berada dalam satu ruangan dengan Elang sementara ia masih ingin melampiaskan kemarahannya kepada laki-laki itu.
Irwan masih kebingungan tapi ia menyusul masuk setelah tahu tidak ada lagi yang bisa ia lakukan di luar sana.
***
"Pak Arasnya masih di luar, Mbak. Udah saya panggil masuk untuk diobatin tapi dia nggak mau."
Widya menerima laporan dari Irwan yang baru saja masuk. Ia mendesah kuat, dan menekan rasa marah di dadanya sambil melangkah keluar dari ruangan itu. Elang baru saja duduk di kursi dan menerima kotak P3K yang disodorkan Dhea kepadanya.
Aras masih berdiri di depan pagar, membelakanginya. Penuh rasa marah, Widya membentak.
"Maksud kamu apa sih berantem di sini? Mau bikin malu aku?"
Aras seketika berbalik, menunjukkan ekspresi kaget. Tapi ia menguasai diri dengan cepat.
"Dia yang datang bikin masalah."
"Pasti kamu yang mulai mukulin dia, iya kan?"
"Iya, memang aku yang lebih dulu mukulin dia. Karena aku nggak suka lihat dia datang ke sini."
"Childish banget ya kamu?"
"Bukan childish tapi menunjukkan kejantanan. Juga menunjukkan harga diri sebagai seorang suami."
"Harga diri macam apa yang sedang kamu omongin, Ras?" Widya menatapnya tajam. "Harga diri yang udah kamu tukar dengan tindakan kamu mempermalukan diri kamu dan juga aku?"
"Aku nggak pernah bermaksud mempermalukan siapa-siapa, Dy. Kebetulan saja dia datang di waktu yang tepat, jadi aku punya kesempatan untuk menghajar tanpa perlu repot mendatangi dia."
Widya tidak senang mendengarnya. "Dalam masa seperti ini mestinya kamu bisa lebih menahan diri. Aku malu sama karyawan-karyawanku. Nggak pernah ada kejadian kayak gini sebelumnya."
"Ya sudah. Anggap saja sekarang aku udah nggak punya harga diri lagi. Datang ke sini sembunyi-sembunyi hanya untuk bisa ketemu sama kamu, lalu menghajar laki-laki lain yang juga datang dengan tujuan yang sama. Laki-laki yang udah berusaha hancurin pernikahan kita."
Widya tidak mengetahui sama sekali jika saat itu Elang hendak datang ke sana.
"Nggak usah nyalahin orang lain karena orang yang membuat pernikahan kita hancur bukan siapa-siapa, tapi diri kamu sendiri!"
Aras mengepalkan tangan, menahan diri untuk berkata apa-apa lagi. Ia bisa saja berteriak-teriak penuh emosi di depan Widya, karena Widya marah padanya di saat ia seharusnya memberi perhatian. Apakah keadaannya saat ini belum cukup menyedihkan sampai Widya masih harus memarahinya? Mungkin akan lebih baik jika saat itu juga ia mengambil tali dan gantung diri.
![](https://img.wattpad.com/cover/104154332-288-k300884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE IN LOVE (Love #1) -Completed-
Ficción General(CHAPTER2 EMESH DIPRIVATE) Highest rank #1 General Fiction May 12nd 2017, #3 General Fiction May 4th, 2017 :), #2 General Fiction May 5th, 2017 Lika-liku pernikahan seorang Widya Anandari dan Aras Yatalana. Cinta, gengsi, cemburu. Aku masih sangs...