13th

18K 2.3K 14
                                    

"Jadi kapan nenek dibolehkan pulang?"

"Belum tau. Kenapa?"

"Mm nggak kenapa-napa sih." Widya tidak bicara lagi, terkesan menutup percakapan. Dari yang dilihat Aras, Widya sibuk dengan ponselnya.

"Bosen di rumah sakit?" tebak Aras.

"Nggaklah. Masa bosen jagain nenek?"

"Siapa yang tau?"

Widya hanya melemparkan senyum kecut sebelum kembali menyentuh layar ponsel dengan jempol.

Aras pun diam sambil mengelap muka dengan handuk kecil yang dibawakan Widya untuknya. Ia tidak paham alasan Widya membawa handuk putih yang biasa dipakai sebagai pengelap keringat saat jogging sampai kemudian ia memakainya sekarang, menyeka wajah yang lembab sehabis mencuci muka. Ia harus mengakui bahwa Widya cukup prepare dalam segala hal. Balsem dan handuk ini, misalnya. Ia jadi penasaran, apalagi isi tas yang dibawa Widya.

Semprotan cabe, mungkin?

***

Widya melihat Aras berjalan dari kamar mandi sambil mengelap muka dengan mengusapkan telapak tangan di wajahnya berkali-kali. Widya beralih mengambil tas berisi pakaian bersih dan mengeluarkan sebuah handuk kecil.

"Pake ini buat nyeka muka kamu."

Aras menerima handuk itu tanpa banyak tanya, meski Widya melihat kening Aras sempat mengerut.

Baru saja Aras terbangun tengah malam setelah tidur pulas. Selama tidur, ia menguasai sofa sehingga Widya harus menyingkir untuk sementara waktu.

Dua jam sebelumnya, dokter ditemani perawat datang memeriksa keadaan nenek Adilla. Bukannya bisa tidur, Widya malah mendapati dirinya tidak mengantuk sama sekali setelah kunjungan dokter. Rasa kantuk sudah menguap, dan ia juga malas memancing matanya untuk mengatup rapat.

Lagi-lagi Elang mengirimkan SMS.

Tidak biasanya Elang mengulang-ulang bahkan terkesan "menyerbu" kotak masuknya dengan chat lalu berganti deretan SMS. Mungkin mood Elang sedang tidak dalam keadaan baik dan butuh dirinya.

Tapi sekarang bukan waktu yang tepat untuk bertemu. Bukan dinihari ini ya, tapi tetap saja besok pun Widya belum bisa bertemu Elang. Ia tidak bisa memberi konfirmasi karena dari informasi Aras, belum ada kepastian kapan nenek Adilla dibolehkan pulang dari rumah sakit.

Kemarin Widya mengabaikan chatnya supaya lebih fokus menjaga nenek, tapi ternyata Elang menghubungi lagi.

Akhirnya ia membalas SMS, demi menghindari perselisihan.

Aku msh di rs jagain nenek. Nanti aku hubungi lg kapan bisa ketemu. Maaf ya baru balas?

"Dy, tidur aja. Gantian."

Aras berdiri di dekat single sofa yang didudukinya. Refleks, Widya menutup layar ponsel dengan tangan.

"Di sofa. Sama bantalnya pake saja."

Widya mengangguk dan memindahkan posisi duduk di sofa yang tadi dipakai Aras tidur.

"Gelas bersih untuk minum mana?" tanya Aras.

Di atas meja, ada nampan dan dua gelas dalam posisi telungkup di atasnya. Tapi ia tidak yakin gelas itu bersih atau tidak.

"Dua-duanya bersih. Air mineralnya itu." Widya menunjuk botol air mineral kemasan besar yang sudah terbuka segelnya.

Aras duduk di single sofa yang tadi diduduki Widya setelah mengambil gelas dan mengisi dengan air. Sambil minum, ia melihat gerak-gerik Widya. Wajahnya sangat fokus pada ponselnya. Aras tidak berminat mengetahui apa yang dilakukan Widya, tapi gerakan Widya menutup ponsel dengan tangan tadi, sedikit mengusiknya.

"Tidur sana," ucap Aras.

"Iya, dikit lagi." Widya membalas tanpa mengangkat pandang dari layar ponsel.

Aras sedang malas mengecek ponsel. Jam segini, dinihari menjelang subuh, ia merasa jadi psycho jika harus berselancar di dunia maya.

Lima menit kemudian, Widya meletakkan ponsel di atas meja. Ia menepuk bantal beberapa kali kemudian berbaring sambil merapikan selimut.

Aras beranjak dari duduk, lalu menuju ke kursi di sisi ranjang perawatan nenek.

***

"Aras."

Suara nenek terdengar samar. Aras menggerakkan kepala, sepertinya ia sedang bermimpi.

"Widya."

Kali ini nenek memanggil Widya.

"Iya, nek."

Tidak berapa lama, Aras merasakan tubuhnya berguncang.

"Ras, bangun." Suara Widya, sepertinya.

Aras memutar kepala ke arah kiri, matanya mengerjap, wajah nenek menghadap padanya.

"Ras, kamu tidur lagi? Katanya mau jagain nenek? Tau gini, aku nggak tidur tadi," omel Widya.

Aras memijit tengkuk dan pelan-pelan mengangkat kepala dari atas kasur. Ia sempat tertidur dalam posisi duduk. Padahal dua malam sebelumnya ia selalu terjaga sampai pagi.

Ia mengingat-ingat apakah semalam ia sempat minum kopi.

Aras melihat Widya sedang berbicara kepada nenek. Tangannya memegang gelas dan sedotan, membantu nenek minum.

Nenek sedang haus, rupanya.

"Widya, Nenek mau roti."

"Biar aku yang ambil rotinya," Aras mendahului Widya mengangkat piring roti di atas meja ke dekat nenek.

"Mau roti yang mana, Nek?" tanya Aras. Di atas piring tersedia roti gandum tawar dan Croissant.

"Ini." Nenek menunjuk potongan roti gandum dengan tangannya yang gemetar.

"Biar aku yang suapin. Kamu kan belum cuci tangan?" kata Widya.

Aras memberikan piring roti setelah mengitari ranjang yang diterima Widya dengan tatapan lekat. Seperti mengatakan, kok bisa tidur lagi sih?

Widya menyuapkan sepotong kecil roti kepada nenek. Untuk pertamakali setelah sadar, nenek sudah bisa makan. Meski hanya beberapa suap roti. Terdengar suara Widya membujuk nenek menambah lagi, tapi nenek menolak.

"Jadi kalian berdua yang jagain nenek?"

"Iya."

"Iya, Nek." Widya menyahut belakangan.

Nenek tersenyum kepada mereka berdua.

"Aras memang bisa diandalkan untuk jaga Widya."

Baik Widya maupun Aras sama-sama diam tapi dalam diam mereka saling berbalas pandang.

Kalimat nenek barusan agak sulit untuk dimengerti. Bukannya mereka dalam posisi menjaga nenek?

"Nenek mau minum lagi?"

Nenek Adilla menggeleng.

"Aras pijitin kaki nenek ya?" Aras mengusap rambut nenek penuh rasa sayang.

"Iya. Widya di sini aja. Jangan ke mana-mana."

"Iya, Nek. Widya nggak akan ke mana-mana." Widya membetulkan selimut yang dipakai nenek, kemudian memijit hati-hati lengan nenek. Hanya beberapa kali, ia lalu beralih mengusap rambut nenek.

"Kalau nenek udah boleh pulang, Widya sama Aras yang harus jaga nenek di rumah ya?"

Baik Widya maupun Aras kembali saling berbalas tatap.

Ini nggak serius kan?

***

Akhirnya aku milih lanjutin dulu yang ini 😂😂😂😂😂 makasih vote +commentnya 😁

BELIEVE IN LOVE (Love #1) -Completed-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang