Widya mendongakkan wajah setelah menemukan keberanian untuk mendorong tubuh Aras sedikit menjauh. Potongan roti yang masih berada separuh di dalam mulut, dikeluarkan dan ditampung di tangannya. Ia tidak mau sampai mati keracunan memakan roti itu.
"Dasar gila!"
Tanpa menghiraukan Aras, Widya berlari menuju kulkas dan meminum air dingin langsung dari botol.
Selain kasar, Aras juga bejat! Widya sampai bergidik jika mengingat bagaimana gerakan mulut Aras saat menjejalkan potongan roti ke dalam mulutnya. Aras bisa saja menggunakan tangannya, tapi kenapa harus pakai mulut?
Oh! Mungkin ia sedang modus!
Oke. Apa yang terjadi barusan bukan sebuah ciuman. Sekalipun pertemuan bibir Aras dan bibirnya juga telah terjadi, tapi sekali lagi, itu bukan ciuman!
Widya beralih ke bak cuci piring dan menggosok bibirnya kuat-kuat dengan jari. Ia tidak akan membiarkan bibirnya ternoda jejak pemaksaan Aras.
"Aku benci sama kamu, Ras!"
Widya tidak dapat membendung kebencian. Perasaan itu berkobar di dalam. Aras benar-benar sudah memancing kemarahannya.
"Gue nggak peduli."
"Aku mau pergi."
"Gue udah bilang lo nggak boleh pergi."
"Bodo!"
"Hei!!"
"Aku mau ketemu Elang!"
"Langkahin dulu mayat gue."
"Kamu mau aku bunuh sekarang, Hah!!!"
"Gue udah bilang, lo nggak boleh pergi. Lo isteri gue, dan dosa lo membantah gue!"
"Arghh!!" Widya berteriak frustrasi.
Satu-satunya hal yang terpikir adalah melepas tas selempang kemudian melemparkan kepada Aras.
Sial banget, karena Aras menangkap tas yang dilemparkannya hanya dengan satu tangan. Seharusnya Widya ingat jika Aras pernah jadi kapten tim basket. Gerakan bola cepat dan bahkan yang sulit diprediksi bisa ia tangkap dengan mudah.
Aras tanpa rasa bersalah mengambil ponselnya.
"Ini gue tahan dulu. Kalo lo mau ponsel lo kembali, lo ambil sendiri." Aras mengantungi ponsel milik Widya dan melambaikan tangan. "Gue mau mandi dulu. Gerah."
Sialaaaaan
***
Ponsel adalah salah satu dari sekian banyak benda terpenting yang dimiliki seseorang. Begitupun Widya. Karena terbakar emosi, ia sampai kehilangan akal sehat. Ia tidak mempertimbangkan jika Aras bisa saja mengambil ponsel dan menggunakannya sebagai senjata untuk menundukkannya.
Ia bisa saja menghubungi Elang melalui ponsel yang satu lagi. Tapi, ponsel yang kini berada di tangan Aras berisi begitu banyak kontak dan informasi. Lagipula SIM card yang biasa ia gunakan ada di ponsel iphone itu.
Ya Tuhan, kenapa ia tidak mencekik Aras saja tadi sampai mati?
Lalu bagaimana caranya ia bisa mendapatkan ponselnya kembali?
Aras pasti menyembunyikan di tempat aman. Tempat yang tidak akan bisa ia temukan meskipun mencarinya. Tapi selama benda itu masih berada di dalam rumah, pasti bisa ditemukan.
Iya kan?
***
Aras tersenyum puas menatap ponsel Widya yang berhasil ia dapat berkat kecerobohan pemiliknya. Awalnya ia tidak terpikir untuk mengambil, tapi saat ia mengingat Widya sempat memasukkan ponsel ke dalam tas, otaknya mulai bekerja cepat.
![](https://img.wattpad.com/cover/104154332-288-k300884.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE IN LOVE (Love #1) -Completed-
General Fiction(CHAPTER2 EMESH DIPRIVATE) Highest rank #1 General Fiction May 12nd 2017, #3 General Fiction May 4th, 2017 :), #2 General Fiction May 5th, 2017 Lika-liku pernikahan seorang Widya Anandari dan Aras Yatalana. Cinta, gengsi, cemburu. Aku masih sangs...