23

3.5K 351 17
                                    

Sebelumnya

Bulir sejuk menetes, membasahi pipiku. Kudekap surat itu. Aku akan menunggumu, Chanyeol-ah, sampai kapan pun. Aku akan jaga cinta kira sampai aku lupa arti cinta itu sendiri. Selamat berpisah, Chanyeol-ah. Sampai jumpa. Aku mencintaimu.

Back to story

(Skip ya)

20 Februari

Musim semi begini rasanya. Seperti baru beberapa hari setelah kepergianmu, padahal sudah setahun. Ternyata, begitu banyak yang berubah ya, Chanyeol? Tapi tidak untuk perasaanku. Masih tetap sama. Masih penuh dengan cintamu. Meski kau tak kunjung memberi kabar.

Ah, sebenarnya apa sih yang kau kerjakan di sana sampai-sampai tidak ada waktu sebentar saja untuk menghubungiku? Apa pengobatanmu begitu sulit? Apa kau dikurung oleh Eomma-mu? Beginilah aku. Hanya bisa menerka-nerka tanpa tahu kebenarannya.

Tapi yang jelas, kau masih memikirkan aku, kan? Ya, kan? Harus! Karena kalau tidak, akan kubuat perhitungan dengamu.

Emmm... Kegiatanku hari ini akan sama saja. Pagi membantu Choi Ahjumma membersihkan Kuil Arang, kemudian ke apotek, dan sorenya ke stasiun.

Entah kenapa, setiap ke kuil aku selalu merasa dekat dengamu? Kuil membuatku teringat dengan kejadian waktu kau menghisap darahku, berusaha mengeluarkan racun ular yang menggigit kakiku. Romantis sekali. You are my hero, Chanyeol-ah.

Oh ya! Jangan tertawakan aku karena bekerja di apotek. Aku memang akan kuliah di kedokteran. Tapi nanti, setelah kau kembali. Dan untuk menuruti obsesiku, aku perlu melakukan penyesuaian awal. Jadi, bekerja di apotek sepertinya akan mendukung karierku di bidang kedokteran. Semoga saja.

Kyungsoo hari ini masih sakit, dan sepertinya akan berlanjut sampai besok. Huh, kenapa hanya dia yang tersisa di kota ini? Kenapa anak-anak yang lain harus pergi ke luar kota untuk melanjutkan kuliah? Apa kabar Sehun, Luhan, dan Jong In di sana, ya? Aku dan Kyungsoo merasa ada yang kurang saat tidak ada tiga mahluk tengil itu. Huft... Semoga kami cepat menyusul mereka.

Aku menekan tombol preview di layar laptopku, lalu membaca kembali deretan tulisan itu sebelum aku terbitkan di situs pribadiku. Sejak kepergian Chanyeol, aku jadi punya kegemaran baru; menulis di blog.

Ya. Karena Chanyeol tidak meninggalkan alamat untuk berkirim surat atau bahkan sekedar nomor yang bisa kuhubungi, jadi aku meluapkan semua perasaanku di blog pribadiku ini, berharap suatu saat nanti Chayeol bisa membaca semua cerita-cerita yang aku tulisakan, bahkan meresponnya. Tapi, sepertinya kemungkinannya kecil. Chanyeol-kan orangnya tidak begiti mengerti teknologi. Buktinya, dia lebih suka surat-suratan di kereta dari pada mengirimiku email atau bertelepon. Dia itu benar-benar....

"Sillyehabnida!"

Ah, suara itu. Aku menutupi mukaku, meringkukkan tubuhku ke kasur.

"Sillyehabnida! Sillyehabnida!"

Andai aku punya pembantu, tinggal kusuruh pembantuku itu untuk mengusir Daehyun. Tapi kenyataannya, aku tinggal sendiri. Pasti Jung Daehyun menyebalkan itu tidak akan menyerah dan terus berteriak-teriak di depan rumahku.

"Byun Baekhyun-ah!"

"Ih, dikiranya rumahku lapangan apa, pakai teriak sekencang itu?!"

Farewell ~ CHANBAEK GS [Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang