14

3.2K 343 91
                                        

"Ira, mau kemana?" tanya Luke sesaat ia membuka matanya dan menemukan gadis favoritnya melangkah keluar dari ruangan.

Langkah Kira terhenti saat mendengar suara lemah Luke. Ia terpaksa menoleh. "gue ada janji."

Luke menelan ludahnya. "lama?" tanya Luke lagi. Padahal ia sudah tau kemana Kira akan pergi. Sekedar memperlambat saja.

"Nginep." jawab Kira singkat.

"Ooh." jawab Luke berusaha menahan rasa keponya. "gue pergi ya? cepet sembuh, Luke." kata Kira sebelum ia menghilang dari pandangan Luke.

Tatapan Luke menggelap, tangannya terkepal. Sial. Kenapa juga disaat yang seperti ini, dia harus sakit.

Kurang ajar, Carlos ama Lily.

Pintu kamar Luke terbuka, menampilkan Liz dengan Tante Ivone diikuti kedua anaknya.

"Luke, kamu udah bangun?" tanya Liz. "enakan?"

Luke mengangguk dalam diam, dadanya bergemuruh menahan kekesalan.

"Luke, maafin Carlos sama Lily ya. Udah Tante jotos kok mereka." jawab Ivone bercanda. Luke tak tertawa sedikitpun melainkan menatap Carlos dan Lily secara bergantian.

"Maaf ya, Abang Lucas." ujar Carlos mendekat ke ranjang Luke. Lily juga melakukan hal yang sama, bedanya ia menyentuh tangan Luke.

"Kak Lukey, Lily minta maaf." Lily menggenggam tangan Luke. "Lily janji gaakan ganggu Kakak lagi."

Melihat itu, hati Luke terenyuh. Kedua tangannya ia rentangkan untuk memeluk kedua anak iblis itu.

"Nah, gitu dong!" seru Liz antusias. "kamu harus nginep disini dulu, dokter belom ngebolehin kamu pulang."

Luke mendesah pelan sebelum mengiyakan perkataan Ibunya. "Luke, Mama sama Tante Ivone mau keluar sebentar, kamu jagain Carlos sama Lily ya."

Luke mengangguk. Lagipula, dua anak iblis ini sudah berubah menjadi anak malaikat jadi ia tak perlu ambil pusing.

Namun, Luke salah prediksi. Dua anak iblis itu bukan berubah menjadi malaikat melainkan menyamar menjadi malaikat.

"Abang, selang yang nempel ditangan abang, Carlos lepas ya?" tanpa persetujuan Luke, Carlos langsung saja menarik paksa selang infus Luke dengan brutal.

Kira sampai di Panti pijat saat matahari telah terbenam, ia membawa koper kecilnya dan berjalan ke pintu depan.

Kali ini, panti sepi karena libur. Jadi, ia bebas melakukan apa saja.

"Assalamualaikum." Kira mengetuk pintu itu lalu mendengar jawaban dari dalam, ia mendesah lega.

"Rana?" Kira mendongak saat panggilan kecil untuk namanya terasa asing. Mendapati Calum dengan baju koko dan peci dikepalanya, membuat matanya tak dapat mengalihkan pandangan.

"Ayo masuk." Calum mempersilahkan Kira masuk lalu mengambil alih koper yang Kira bawa. "gausah."

Calum menoleh. "saya mau bantuin." kata Calum mempertegas. Kira akhirnya melepas eratan tangannya dari koper.

Calum menggiringnya ke sebuah kamar dengan dua single bed. Kira memperhatikan setiap sudut kamar ini lalu merangkum semuanya dengan satu kata.

Sederhana.

Tidak ada ac, tidak ada tv, tidak ada karpet halus yang biasanya ada dikamarnya, tidak ada wifi, dan masih banyak ke-tidak-adaan lainnya.

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang