17

2.8K 325 64
                                    

"Nih," dua mangkok sekoteng yang tadinya ada di kedua tangan Calum, kini berubah menjadi satu. Ia duduk di sebuah kursi plastik disamping Kira. "pelan-pelan makannya."

Kira mengangguk lalu meniup sekotengnya sebentar lalu karena tingkat penasarannya tinggi, langsung saja ia memakannya.

"Ssh, aduh panas!" wajah Kira merah padam, lidahnya panas.

Calum menggelengkan kepalanya. "'kan saya udah bilang, pelan-pelan aja."

Kira mendengus dan menaruh mangkoknya, menunggu sekoteng panas itu berubah dingin.

"Jangan bengong, itu nanti sekotengnya malah dingin, Ra." peringat Calum yang sedang serius dengan sekotengnya.

"Hmm," gumam Kira. Ia sedang menikmati sejuknya angin malam di pe-Desaan. Tanpa sadar, ia mengelus-ngelus lengannya, sejuknya angin malam kini berubah menjadi angin jahat yang dinginnya menusuk kulitnya.

"Kamu keras kepala."

Kira menoleh menghadap Calum. "apa?"

Calum menaruh mangkok sekotengnya yang ternyata telah habis ia tenggak. "tadi saya suruh kamu pake jaket."

"Males."

"Tapi akhirnya kamu kedinginan disini, keras kepala."

Kira menatap Calum kesal. "yaudah, gue ini yang kedinginan. Kenapa lo yang bawel gajelas gitu sih?"

Calum menghela nafasnya. Ia membuka sweater yang ia pakai, lalu dengan cekatan memakaikannya ke tubuh Kira.

Kira hanya bisa terdiam melihat tingkah laku Calum yang diluar dugaannya ini. Mau apa sih dia?.

"Tinggal dua hari sama kamu, buat saya tau sifat kamu yang bermacam-macam." ucapnya setelah selesai dengan sweaternya.

"Gengsi, keras kepala dan egois."

"Apaan sih, sotau banget lo." jawab Kira memalingkan wajahnya. Padahal sebenarnya, ia malu. Mengapa juga Calum bisa tau sedetail itu tentang dirinya? padahal baru dua hari ia tinggal di Desa.

"Liat 'kan. Mengelak tanda benar. Karena orang itu ngerasa malu karena tebakan tadi benar."

Tai.

Kira membalik wajahnya, kembali menatap Calum. "apa? saya ga ngerasa kalo tebakan kamu bener." ketus Kira.

Calum tertawa. "semakin kamu ngelak, semakin saya yakin kalo tebakan saya tadi benar."

Anjing.

"Ya-yaudah, terserah elo."

Calum semakin tertawa. "sekoteng kamu, Ra." ingatnya.

Masa bodo dengan sekoteng. Moodnya kembali hancur. Nafsu makannya hilang, terbawa angin malam.

Calum menggelengkan kepalanya, ia mengambil sekoteng Kira lalu menyendoknya.

"Nih, udah ga panas lagi." sendok itu, Calum arahkan ke wajah Kira. Namun, wajah Kira berpaling.

"Ngebuang-buang makanan itu mubazir loh. Kamu mau di adzab sama Tuhan?" kata Calum sambil mengudek-ngudek sekoteng Kira.

"Kamu ga kasian juga sama saya? ini belinya pake duit saya loh." lanjut Calum.

Kira menggigit bibirnya, setaunya, ia tak melihat Calum mengeluarkan uang sepeserpun. Tapi bisa saja ia salah liat. Ah, yasudahlah. Akhirnya Kira memutar wajah cemberutnya.

Wajah Calum dengan senyuman telah bertengger dibibirnya. "nah, gitu dong!"

"Nih, a'." Calum menyuruh Kira membuka mulutnya. Sendok berisi sekoteng itupun masuk kedalam mulut kecil Kira.

Panti Pijat • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang