"Saya bener-bener gasuka sama kelakuan kamu barusan." cowok berkulit eksotis itu menatap gadis dihadapannya dengan wajah kesal.
Sedangkan gadis itu duduk terdiam di tempatnya, kepalanya menunduk tak berani menampakan wajah ke lawan bicaranya.
"Saya mau kamu natap wajah saya." tegas Calum. Nadine langsung saja mengangkat wajahnya beradu tatap dengan mata coklat Calum.
"Nadine, saya ngerti kamu punya niat baik. Ngangkatin barang-barangnya ke kamar kamu, tapi ga kayak gitu caranya." jelas Calum. "kemaren, saya udah nawarin kamu tidur sama dia, kamu engga mau. Terus sekarang? kamu seenaknya bawa barang dia tanpa sepengetahuan dia ataupun saya."
"Maksud kamu apa?" Nadine menggigit bibir bawahnya. Ah, tidakkah Calum tau? ia cemburu.
"Aku kira, lebih baik dia tidur sama aku daripada sama kamu." jawabnya.
"Okay. Saya ngerti, tapi harusnya kamu minta izin dulu ke Rana. Perbuatan kamu itu ga sopan, Nadine, dan saya ga suka." Calum membuang nafas lega. Lalu bangkit berdiri meninggalkan Nadine yang terdiam kaku.
Ia mengarah ke kamarnya, menemukan Kirana yang sedang asik mengeringkan rambutnya.
Lucu, pikir Calum. Dari caranya menyisir rambutnya lalu tangan kanannya memegang hair dryer sedangkan yang kiri mengibas-ngibas rambutnya. Bibirnya sekali-kali bersenandung kecil. Tanpa sadar, Calum tersenyum.
Kakinya melangkah dan duduk di kasur Kira. Matanya masih tertuju pada gadis tadi yang menghadap membelakanginya. Dalam diam, Calum mengaguminya. Dengan cepat kepala Calum menggeleng, mengenyahkan pikiran tentang Kira dikepalanya.
Ia tidak boleh jatuh cinta pada Kirana, Tidak, tidak boleh.
Tapi, mengagumi itu. . . Tidak ada salahnya bukan?
"Calum!" seru Kira membuat lamunan Calum buyar. "dari kapan lo ada disitu, anjir."
Calum terkekeh. "dari kecil." jawab Calum. Kira melempar bantal kearah Calum. "sa aje lu, cucian kering."
Calum dibuat bingung, secepat itukah moodnya berubah?. Tadi ia kesal, nah sekarang, ia tertawa oleh recehan Calum.
Beberapa menit yang lalu, Kira dan Nadine atau lebih tepatnya Kira baru saja mengeluarkan emosinya.
Sepele, kopernya hilang lalu ditemukan di kamar Nadine, Nadine pelakunya, Kira mengamuk.
Calum tidak marah soal Kirana yang sedikit membentak Nadine. Calum lebih marah pada Nadine yang benar-benar membuat kesalahan.
Calum fikir, mungkin dengan jalan malam, dapat membuat mood Kira makin baik.
"Gimana kalo nanti malem, kita makan sekuteng?"
Kira tersenyum. "siap bos!" lalu kemudian handphonenya bergetar dan mengeluarkan ringtone.
It started on a weekend in ma-🎶
"Kumsalam, kenapa Ma?"
"Ututu tayang, hari selasa aku pulang."
"Ini sama Calum." Kira menoleh kearah Calum dengan senyumnya.
Ia menjauhkan handphonenya dari telinganya. "Mama mau ngomong sama elo." Calum mengangguk lalu menerima handphone Kira.
"Ada apa Tante?"
"Papa lagi keluar kayaknya, emang kenapa?"
"Calum gatau, coba tanya Papa."
"Oh, ya. Oke. Iya Tante, Waalaikumsalam."
Calum mengembalikan handphone Kira. "Mama ngomong apa tadi?"
"Nanyain Papa, katanya Papa kamu mana? katanya mau ketemu sama Tante?" jawab Calum tak mengerti.
"Lah, nyokap gue ama bokap lu mau ketemuan?"
"Gatau, saya juga bingung."
"Mama saya, Papa kamu. Sama-sama aneh dan mencurigakan." ucap Kira yang diikuti tawa Calum.
"Mukanya biasa aja woi." kata Calum masih tertawa.
Shit, shit, shit.
Kirana tak marah, ataupun tertawa dengan perkataan Calum barusan. Ia hanya terdiam melihat Calum tertawa.
"Kenapa diem? eh, kerasukan ya?!"
"Bangsat, lo ganteng kalo lagi kaya gitu, njing." jawab Kira tak punya malu. "WHA PIPINYA MERAH!"
Kira mencoel-coel pipi Calum. "Rana, diem." peringat Calum. "engga, i like your cheeks, so chubby."
Sambil masih tertawa, Kira tak berhenti melakukan hal itu berulang-ulang. "stop doing that!"
"No i won't. Beg for it to stop, i want you to beg."
"Shit." umpat Calum asal ceplos. "EH TADI LO NGOMONG APA?"
"ANJING." Kira terbahak mendegar umpatan Calum tadi, for the first time ia mendengar kata itu keluar dari mulut Calum.
Final. Kedua tangan Calum memegang kedua tangan Kira yang tadinya berada dipipinya. Tangan Kira berontak, ingin lepas dari genggaman Calum yang sekarang duduk berhadapan dengan Kira.
Tawa Kira terhenti saat matanya menangkap manik mata coklat terang. Seketika ia tak ingin mengalihkan tatapannya meskipun sedikit melengospun, ia tak kuasa.
"Mata lo, bagus juga." puji Kira. Calun terdiam, meneliti setiap inchi wajah Kirana yang sekarang berbeda sejengkal darinya.
Kala itu, Nadine baru saja turun dari kamarnya dan awalnya, ia ingin ke kamar Calum dan meminta maaf pada Kira. Namun, kedua matanya menangkap hal yang ia wanti-wanti akan terjadi. Hatinya hancur.
Di sisi lain, mereka berdua masih nyaman dengan posisi ini, posisi saling tatap, saling mengagumi keindahan Tuhan.
"Kamu tau," ucap Calum tiba-tiba. "i just broke my rules for you."
Kira mengernyit. "what kind of rules?"
Namun, Calum tak menjawab melainkan memutuskan kontak mata mereka, lalu pergi keluar dan menemukan gadis lain berdiri di hadapannya dengan air mata mengalir dipipinya.
Di bagian lain,
handphone Kira mengeluarkan ringtone lagi, caller id menunjukan nama Luke.
Disaat inilah, Calum dan Kirana dibuat bingung oleh keadaan mereka, yang Tuhan tak sengaja memberi kesamaan.
Nadine dan Luke.
Ada apa dengan kedua sahabat mereka?
•••
ya ini memang pendek, tdk apa-apa lah ya. And, we're so close to the conflict mwahahaha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panti Pijat • cth | ✔
Fiksi Penggemar❝Dek, anterin Mama ke panti pijet Aki Hood, buruan.❞ ❝Hah?❞ copyright ©2016 by farsya