8. I've got to do this

3.5K 431 11
                                    

Jeno membuka matanya begitu merasakan cahaya yang masuk melalui jendela kamar. Ia menghela nafas, setiap pagi banyak harapan yang Jeno bangun. Ia berharap ketika membuka mata ada sosok sang ibu yang mengucapkan selamat pagi dan memberinya pelukan hangat. Tapi itu hanya angan-angan belaka baginya.

"Tak ada yang bisa diajak bicara" keluhnya.

Jeno mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Haechan untuk tidak menjemputnya berangkat sekolah nanti. Jeno melihat ayah dan ibunya sudah rapi di meja makan. Mereka sarapan, tapi bagi Jeno mereka bekerja. Ayahnya sudah berkutat dengan PC dan ponsel sedangkan ibunya sudah membuat rancangan sepatu koleksinya.

"Oh, Jeno. Minggu ini ayah dan ibu harus pergi ke Daejun untuk menghadiri undangan" kata ayah Jeno.

"Jangan berulah! Kami akan menginap 3 hari" tambah ibu Jeno.

Jeno yang belum sempat memasukkan makanan ke mulutnya, meletakkan kembali sendok dan sumpit dengan kasar.

"Aku berangkat" pamit Jeno. "Sekalian saja tak usah pulang" gumamnya.

***

Ini sudah hampir 10 menit pelajaran sudah dimulai, belum ada tanda-tanda Jeno muncul di sekolah. Mark, Haechan dan Jaemin sedikit cemas. Mereka takut jika terjadi sesuatu pada temannya itu. Entah ia berkelahi, kabur atau bahkan diculik.

"Maaf saya terlambat" kata Jeno yang baru saja datang.

"10 menit Lee Jeno?" Tanya guru Cho. "Keluar!" Sentaknya.

Jeno menatap ketiga temannya seakan mengatakan dia baik-baik saja. Tapi Mark, Haechan dan Jaemin tidak bisa langsung percaya jika Jeno dalam keadaan baik. Mungkin fisiknya terlihat sehat, tapi tidak dengan perasaannya.

"Ahh" rintih Jeno begitu mendapatkan pukulan di kepalanya oleh Haechan.

"Ya! Kau gila?! Kau melarangku dan Mark menjemputmu, tapi kau malah terlambat. Dari mana saja kau?" Oceh Haechan.

"Jeno kenapa tidak menjawab?" Tanya Jaemin dengan polosnya.

"Aku harus jawab apa? Tidak ada yang terjadi tadi. Aku hanya terlambat" balas Jeno sedikit emosi.

"Ada apa dengan mu? Jaemin hanya bertanya. Kenapa kau jadi membentaknya?" Protes Mark.

"Aku tidak membentak Jaemin!" Balas Jeno.

"Heiii... Stop it!!" Teriak Haechan. "Kenapa kalian jadi bertengkar? Ada masalah kah?"

"TIDAK!" jawab Mark dan Jeno bersamaan membuat Haechan kaget.

"Tidak mungkin. Kalian pasti sedang ada masalah. Ayo ceritakan!" Suruh Jaemin langsung mendapat deathglare dari Mark. "Baik, baiklah... Aku tidak akan bertanya"

"Mereka sedang datang bulan, Jaem" bisik Haechan dibalas anggukan setuju dari Jaemin.

Hari ini tidak ada jadwal untuk berlatih dance. Tapi Jeno dan Haechan memilih untuk menemani Jaemin berlatih. Sedangkan Mark? Tentu saja dia harus pulang dan bertatap muka dengan guru privat barunya.

"Ada yang ingin ku ceritakan pada mu" kata Haechan pada Jeno.

"Kemarin saat aku pulang, aku lupa Mark meninggalkan bukunya di tas ku. Dan aku berniat mengembalikannya. Saat sudah di depan pintu, aku mendengar Mark bertengkar dengan orang tuanya" ujar Haechan.

"Bertengkar?" Tanya Jeno.

"Aku tau Mark tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia sangat penurut. Tapi semalam yang aku dengar dia membangkang kemauan orang tuanya. Aku berfikir Mark pasti sangat tertekan dengan ini"

"Aku akan meminta maaf padanya nanti. Aku sudah membentaknya. Terima kasih sudah memberi tau ku tentang Mark" kata Jeno. "Bagaimana dengan anak (Jaemin) itu?" Tanya Jeno.

"Keluarganya sangat harmonis. Dia adalah yang tersayang di keluarganya, terutama oleh Yuta hyung. Tapi diantara kita, Jaemin yang paling banyak dibenci oleh teman-teman. Terutama para sunbae dibidang olahraga" jelas Haechan.

"Aku iri dengan Jaemin. Aku sempat berfikir untuk melakukan hal bodoh agar diperhatikan orang tua ku. Aku merasa di dunia ini aku hanya punya kalian dan Jaehyun hyung" keluh Jeno.

Haechan tersenyum mendengarnya. Ia menepuk pundak Jeno yang juga juga ikut tersenyum. Namun sejenak senyum Haechan hilang.

"Aku bertemu ibu Soojin" lirih Haechan.

"Lalu?" Tanya Jeno.

"Ayah dan Taeil hyung sangat marah saat tau aku pergi dengan ibu. Bagaimana pun ibu Soojin adalah ibu kandung ku. Bukan wanita (Inha) itu! Dia hanya menghancurkan keluarga ku. Dan sekarang mempengaruhi ayah dan Taeil hyung. Rasanya aku ingin pergi dan tinggal dengan ibu Soojin" keluh Haechan.

"Jangan lakukan itu, dongdong!" Sergah Jeno.

"Kenapa? Aku hanya ingin tinggal dengan ibu ku"

"Entah kenapa aku merasa ayah mu dan Taeil hyung benar" batin Jeno. "Tapi Haechan, beberapa hari yang lalu... Aku... Aku melihat..." Jeno berbicara dengan gagap.

"Apa?" Tanya Haechan.

"Ahh.. Tidak" balas Jeno.

"Kau bilang apa?" Tanya Haechan lagi.

"Tidak, aku lupa. Maaf, hehe" jawab Jeno dengan cengiran kudanya.

Maaf aku harus berbohong - Jeno

***

Mark melamun. Ia tidak memperhatikan guru Gongmyung yang sedang menjelaskan materi. Yoona masuh belum bisa dihubungi. Ia juga ingin menceritakan ini pada Johnny, tapi Mark tau kakaknya itu sedang sibuk sekarang.

"Mark, bisa kau fokus?" Tanya guru Gongmyung membuyarkan lamunan Mark.

"Yoona noona sudah menjelaskan ini pada ku. Jadi tidak ada yang perlu diperhatikan. Aku juga sudah paham betul dengan soal-soal materi ini" ujar Mark.

"Mark" panggil ibu Mark.

"Kau harus tetap memperhatikan apa yang guru Gongmyung jelaskan. Kau ada ujian sebentar lagi kan?" Kata ibu Mark. "Dan juga, mulai besok sopir akan mengantar mu" sambungnya.

"Ibu, tapi aku sudah terbiasa berangkat naik bus. Dan aku nyaman" balas Mark.

"Kau menolak? Itu artinya kau harus meninggalkan club (dance) tak berguna itu!" Ancam ibu Mark.

Mark merasakan air mukanya yang berubah. Matanya terasa panas dan mulai buram karena air mata yang sudah menggenang disana. Ia berusaha agar air matanya tak jatuh begitu saja. Setidaknya ia harus bertahan sampai Johnny menyelamatkannya dari keadaan ini.

***

Hari berganti begitu saja. Ada perubahan yang dirasakan oleh Haechan dan Jaemin tentang Mark dan Jeno. Mark sekarang terlalu serius. Bahkan ketika berlatih dance ia tak segan-segan memarahi siapapun yang melakukan kesalahan. Haechan dan Jaemin bisa memaklumi situasi ini. Mereka berpikir mungkin Mark ingin meluapkan kekesalannya. Itu tak masalah bagi Haechan dan Jaemin.

"Aku tidak pernah diajarkan bertindak ceroboh. Kalian harus melakukannya dengan serius! Jika tidak kau bisa kalah dari yang lain" kata-kata itu yang Mark ucapkan membuat Haechan, Jaemin bahkan Jeno menyadari betapa kerasnya hidup Mark.

Namun yang sangat terasa perubahannya adalah Jeno. Dia berubah menjadi lebih cepat emosi. Sekiranya sudah dua kali Jeno terlibat perkelahian. Hanya karena masalah sepele. Tak hanya itu, Jeno juga sering terlambat masuk sekolah dan tertidur diwaktu pelajaran. Ia sering mendapatkan hukuman karena ulahnya.

"Aku tak akan pernah puas sebelum hukuman yang ku harapkan terjadi. Aku akan tetap melakukan semua hal gila ini. Sampai aku mendapatkan apa yang aku harapkan. Kemarahan orang tua ku" batin Jeno.

***

Tbc...

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang