3. Begin

4.8K 530 27
                                    

"Lee Jeno!" Ucap guru In.

"Lee Jeno?" Bisik siswa lain yang tak percaya jika si bintang kelas dikalahkan oleh siswa baru.

Jeno maju dan menerima lembar jawabannya. Terdapat goresan tinta merah yang menunjukkan angka '98'. Jeno juga menerima hadiah yang guru In janjikan. Beberapa dari siswa lain ada yang menatap Jeno tak suka, dan tak sedikit pula yang menatapnya kagum.

"Diperingkat kedua, Mark Lee. 97" lanjut guru In yang membagikan nilai.

"Wahh... Kau hebat bisa mengalahkan Mark" kata Haechan menepuk pundak Jeno.

"Mari bersaing" canda Mark.

"Tidak Mark, ini hanya kebetulan. Sebagus apapun aku, mana mungkin bisa mengalahkan bintang kelas seperti mu" balas Jeno sedikit canggung.

"Hm.. Selamat Lee Jeno" lirih Jaemin. Anak ini masih terlalu ragu untuk berbicara pada Jeno.

***

Mark, Jeno, Haechan dan Jaemin duduk disalah satu meja kantin. Haechan Begitu lahap memakan makanannya membuat ketiga temannya enggan menyantap makanannya.

"Pelan-pelan dongdong" kata Jaemin.

"Aku lapar, aku belum makan sejak pagi" jawab Haechan.

"Kau kebiasaan. Jangan seperti itu terus. Dia ibu mu" ucap Mark masih fokus dengan makanannya. Mark tau kalau Haechan tidak akan menggubrisnya jika ia membahas ibu tiri Haechan.

"permisi, Jaemin guru Kim ingin bertemu dengan mu" kata seorang gadis yang hadir ditengah-tengah pembicaraan mereka.

"oh Lami. Kenapa guru Kim memanggilku?" tanya Jaemin. Pasalnya Jaemin adalah anggota club atletik, bukan badminton. Sedangkan guru Kim adalah pembimbing di club badminton.

"entahlah? tapi aku lihat ada Chani Sunbaenim di dalam ruangan guru Kim. Oh ya, tangan kirinya diperban" jawab Lami.

"sepertinya guru Kim ingin menggatinya dengan mu" tambah Hina, gadis yang datang bersama Lami.

"em, baiklah. Terima kasih, aku akan ke ruang guru Kim" Jaemin beranjak ke ruang guru Kim.

Setelah Jaemin pergi untuk menemui guru Kim, entah kenapa Mark merasa ini bukan pertanda yang baik. Ia bahkan menyudahi kegiatan makannya sebelum habis. Di sekolah ini, hampir 89% siswa mengenal Jaemin sebagai atlet. Jaemin tak pernah mendapatkan nilai buruk dipelajaran olahraga dalam bidang apapun. Banyak club olahraga yang ingin Jaemin menjadi anggota clubnya, dan club atletiklah yang ia pilih.

"kenapa Mark?" tanya Haechan.

"aku rasa ini bukan pertanda baik jika benar guru Kim ingin mengganti Chani subaenim dengan Jaemin" jawab Mark sedikit cemas.

"kenapa begitu? bukan kah Jaemin memang sudah terbukti kemampuannya? apa yang kau cemaskan?" tanya Jeno beruntun.

"bukan berarti karena ia mampu, Jaemin bisa melakukan semuanya. Jeno, jangan lupakan persaingan di sekolah ini" jawab Mark.

"memang banyak yang ingin Jaemin masuk ke clubnya, tapi itu bukan yang sebenarnya. Mereka hanya ingin club itu terkenal karena memiliki atlet seperti Jaemin. Masalahnya disini adalah banyak sunbae yang tidak menyukai Jaemin dan iri padanya" sambung Haechan.

Di ruang guru Kim, Jaemin melihat sunbaenya juga disitu. Jaemin menunduk dan memberi salam. Sekilas ia melirik Chani yang tangan kanannya berbalut perban putih.

"Begini Jaemin, akan ada pertandingan badminton satu minggu lagi. Tapi melihat keadaan Chani yang mengalami cidera, ia tidak bisa mengikuti pertandingan itu" ujar guru Kim. "Bisa kau menggantikan Chani? Untuk satu kali ini" tanya guru Kim.

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang