18. Reality

3.4K 361 2
                                    

Mark, Haechan, dan Jeno melihat Jaemin yang duduk sendiri di meja kantin dengan sekaleng cola ditangannya. Haechan mengambil sebotol air mineral dan duduk disamping Jaemin diikuti Mark dan Jeno. Jaemin tidak menggubrisnya dan mulai membuka tutup kaleng. Sebelum meminumnya, Haechan sudah lebih dulu merebut cola menggantinya dengan air mineral yang ia bawa tadi.

"Jangan minum ini" ucap Haechan.

Jaemin beranjak membuat Haechan jengkel dan menariknya untuk kembali duduk dengan cukup keras.

"Argh" Jaemin meringis pelan sembari memegang pinggangnya.

"Omo! Jaemin kau tak apa?" Tanya Mark.

"Ya! Haechan apa yang kau lakukan?!" Seru Jeno.

"Apa aku menarikmu terlalu keras? Maaf. Katakan apa pinggangmu sangat sakit?" Sesal Haechan sambil memegang pundak Jaemin. Ia sangat takut sekarang.

"Aku bohong" ucap Jaemin tiba-tiba. "Tidak sakit sama sekali" sambungnya.

Mark, Jeno, dan Haechan yang tadinya khawatir langsung terdiam. Jaemin juga terlihat baik-baik saja, padahal baru saja ia meringis kesakitan. Jaemin meminum air yang Haechan berikan padanya tadi.

"Na Jaemin!" Seru Mark, Jeno, dan Haechan bersamaan.

"Apa?" Balas Jaemin tanpa ada rasa bersalah.

"Sialan kau!" Dengus Haechan.

"Hehe... Maaf dongdong" kekeh Jaemin. "Maaf sudah menyembunyikan ini pada kalian"

"Bodoh" umpat Jeno.

"Aku tau" balas Jaemin.

"Kau baik-baik saja, Jaemin?" Tanya Mark.

"Tidak Mark. Mana ada orang sakit yang baik-baik saja" jawab Jaemin. "Tapi bukan masalah bagi ku. Ada hal yang lebih penting dari ini, ku rasa kalian juga perlu tau"

Jaemin menatap ketiga temannya yang sedari tadi tidak mengalihkan pandangan darinya. Jaemin tau pasti mereka iba dan kasihan padanya.

"Eyy... Jangan menatap ku seperti itu" protes Jaemin.

"Apa yang perlu kami tau?" Tanya Jeno yang sejak tadi dirundung penasaran.

"Aku bukan anak biologis keluarga Na"

"APA?!"

"Aku bersyukur karena ini semua terjadi padaku, aku pun tau rahasia terbesar di keluarga ku. Em, maksud ku keluarga yang membesarkan ku. Tapi aku lebih bersyukur lagi karena keluarga ini membesarkan aku dengan penuh kasih sayang hingga bisa membuatku seperti anak kandung mereka" ujar Jaemin.

"Ini lelucon, nana?" Tanya Haechan.

"Aku berkata benar dongdong. Aku sempat marah hingga tidak bisa mengendalikan emosi ku. Bahkan kalian juga terkena imbasnya. Maafkan aku" jelas Jaemin. "Tapi percayalah, sekarang aku merasa menjadi anak yang paling beruntung menjadi bagian dari keluarga Na. Dan sekarang hanya ada satu keinginan ku. Aku tak tau bisa mencapainya atau tidak"

"Katakan saja, mungkin kami bisa membantu. Apapun itu" kata Haechan.

"Sekalipun aku tidak bisa sembuh itu bukan masalah bagiku. Tapi aku ingin bertemu orangtua kandung ku. Aku tidak tau apakah mereka akan menerima ku atau tidak? Tapi mengetahui siapa mereka itu sudah membuat ku senang"

"Bagaimana caranya?" Gumam Haechan lirih. Ia seakan berbicara pada dirinya sendiri.

"Aku hanya ingin kalian tau, tak perlu membantu. Terlalu banyak beban yang kalian tanggung. Sekali lagi maafkan aku" Kata Jaemin yang tak sengaja mendengar gumaman Haechan.

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang