16. Violently

3.4K 385 0
                                    

Jeno menautkan kedua tangannya. Ia melihat Haechan yang mengobati luka Mark di ruang kesehatan. Jeno tidak bisa tenang sejak tadi. Ia terus merasa bersalah atas apa yang ia lakukan.

"Jeno calm down" kata Mark.

"Bagaimana kalau orangtua mu marah? Ah tidak, mereka pasti marah" ujar Jeno.

Mark menyadari ini. Kemarahan orangtuanya tidak akan bisa ia hindari. Tapi itu bukan satu-satunya yang Mark pikirkan. Ia takut jika hubungan persahabatannya akan renggang.

"Mark?" Panggil Haechan.

"Ah ya?" Balas Mark.

"Kenapa melamun?" Tanya Haechan. Mark hanya menggeleng dan tersenyum kecil.

Jaemin memutuskan untuk pulang. Ia bahkan meninggalkan sekolah sebelum waktunya. Jaemin membuka pintu rumahnya. Ia melihat orangtuanya di rumah, begitupun dengan Yuta. Apa ayah tidak pergi ke kantor? Dan Yuta hyung juga kenapa tidak kuliah? Pikir Jaemin.

"Ah Jaemin sudah pulang" sambut ibu Jaemin. Mungkin sekarang lebih tepatnya adalah ibu angkat Jaemin.

"Omo! Kau berkelahi?" Pekik Yuta saat melihat lebam di pipi dan sudut bibir Jaemin.

"Siapa yang melakukannya?"

"Kenapa ini terjadi?"

"Mana yang sakit?"

Pertanyaan beruntun menghujani Jaemin. Ia masih diam. Apa yang harus ia katakan pada ayah dan ibunya juga Yuta? Semua karena dirinya. Ia juga berpikir Mark terluka bukan karena melindungi Jeno, tapi justru karena dirinya. Ia lah yang menyeret teman-temannya dalam masalah ini.

"Maaf" lirih Jaemin. Tak lama terdengar isakan kecil dari Jaemin.

"Ada apa? Kenapa menangis?" Tanya ibu Jaemin yang mendekap Jaemin dalam pelukannya. "Kau perlu minta maaf, kau tidak bersalah"

"Tidak ibu, aku salah. Aku sudah menjadi anak yang tidak tau terima kasih. Aku merasa aku lah yang paling terluka disini, tapi justru aku lah yang melukai perasaan kalian. Aku minta maaf" ujar Jaemin ditengah isakannya yang semakin keras terdengar. Jaemin melepas pelukan ibunya dan menatap lekat manik wanita yang telah membesarkannya itu. "Aku tidak bisa mengendalikan diriku, aku mohon bantu aku"

"Kami disini Jaemin. Maaf karena telah membohongi mu. Ayah tidak bermaksud menyembunyikan ini dari mu. Ayah hanya menunggu waktu yang tepat untuk bicara" jelas ayah Jaemin.

"Harusnya aku bersyukur karena aku lebih beruntung dari teman-teman ku. Aku telah dibesarkan dikeluarga yang penuh kasih sayang sekalipun ini bukan keluarga kandung ku. Tapi amarah ku membutakan semuanya. Maafkan aku"

Mendengar semua kalimat Jaemin membuat orangtuanya dan Yuta semakin tersayat. Kenapa semua ini harus terjadi pada Jaemin? Dosa apa yang Jaemin perbuat hingga dia mengalami hal seperti ini?

***

Mark keluar dari mobil bersamaan dengan mobil ayahnya yang datang. Mark menunduk menyembunyikan luka kecil dibawah matanya. Ibu Mark mulai menatap curiga Mark yang sejak tadi menunduk.

"Angkat kepala mu" suruh ibu Mark sembari memegang dagu Mark dan mendongakkannya. "Kau berkelahi?" Tanya ibu Mark.

"Tidak ibu, aku tidak berkelahi" sergah Mark cepat.

"Lalu dari mana kau dapatkan ini?!" Sentak ibu Mark.

"Ada apa denganmu Mark? Kenapa kau selalu membuat masalah akhir-akhir ini?!" Tanya ayah Mark dengan kemarahan yang membuncah karena melihat Mark yang terluka dan bisa dilihat mark menggenggam kacamatanya yang patah.

"Aku tidak berkelahi ayah. Aku hanya memisahkan teman ku dan tidak sengaja terkena pukulan. Bukan aku yang berkelahi" jelas Mark.

"Bukan kau yang berkelahi? Tapi teman-teman mu yang berkelahi. Sudah ku duga teman mu itu memberi dampak buruk untuk mu. Sebagus apapun nilai mu jika kelakuan mu buruk itu tidak ada gunanya" balas ayah Mark.

"Masuk kemar! Tidak ada keluar malam ini, maid akan mengantar makanan ke kamar mu" suruh ibu Mark.

"Tapi ibu, aku dan Johnny hyung..."

"Jangan membantah Mark Lee!"

***

"Untuk apa datang kemari?" Tanya Haechan sinis saat membuka pintu rumah ibu Soojin dan menampakkan ibu Inha disana.

"Pulanglah Haechan, ibu mohon" pinta ibu Inha.

"Ayah yang menyuruh bibi datang kesini? Bukan kah itu sia-sia? Aku tidak akan mendengar apa yang bibi katakan"

"Ayah mu tidak tau jika ibu datang kesini dan menjemputmu"

"Sudah ku duga. Ayah bahkan tidak menginginkan aku pulang"

Mendengar apa yang dikatakan Haechan, ibu Inha tertegun. Haechan salah paham sekarang. Ibu Inha pun bingung apa yang harus ia jelaskan pada Haechan agar ia mengerti.

"Jika tidak ada yang perlu dibahas lagi, silahkan pergi" kata Haechan bermaksud mengusir ibu Inha.

"Ibu akan pulang, tapi bersama mu"

Kesabaran ibu Inha habis. Ia menarik tangan Haechan secara paksa. Haechan terus meronta. Ia menghempaskan tangan ibu Inha cukup kuat. Nafasnya menderu dan air matanya menggenang dimanik coklatnya.

"Aku tidak mau pulang!" Sentak Haechan. "Kau siapa berani memaksa ku?!"

"Aku ibu mu!" Balas ibu Inha.

"Ibu? Hanya ibu Soojin yang aku miliki. Kau adalah orang yang merusak keluarga ku!"

Setelah menyelesaikan ucapannya, Haechan kembali ke dalam rumah dan menutup pintu hingga menimbulkan bunyi yang keras. Sedangkan ibu Inha belum beranjak dari sana. Ia berharap Haechan akan keluar dan mengatakan bahwa ia akan pulang bersamanya. Tapi rasanya itu hanya angan-angan bagi ibu Inha.

***

Jaehyun melihat Jeno sedang melamun di meja belajarnya. Ia masuk pun Jeno tidak menyadarinya. Pasti ada masalah dengan adiknya itu. Jaehyun melangkah ke dapur mengambil dua kotak susu coklat yang kemudian ia bawa ke kamar Jeno.

"Jangan melamun" ucap Jaehyun menempelkan kotak susu ke pipi Jeno membuat Jeno sedikit berjingkat kaget.

"Ahh hyung" balas Jeno. "Kapan kau pulang?" Tanya Jeno.

"Kau melamunkan apa? Kau bahkan tidak sadar aku pulang 15 menit yang lalu. Aku membuat suara gaduh tadi. Kau juga tidak menyadari aku berdiri di pintu kamarmu" ujar Jaehyun. "Ada masalah apa?"

"Aku berkelahi hyung" jawab Jeno.

"Apa?!" Pekik Jaehyun.

"Aku menyesalinya hyung. Aku ingin membantu teman ku, tapi aku membuat kesalahan. Aku sudah minta maaf padanya, tapi dia tidak mau mendengar ku. Dia juga tidak menjawab telfon ku" jelas Jeno yang terdengar putus asa.

"Kekerasan tidak akan menyelesaikan apapun. Yang ada hanya akan menambah masalah lain" tutur Jaehyun membuat Jeno semakin menyesali perbuatannya. "Datang padanya besok dan bicarakan baik-baik" suruh Jaehyun.

"Terima kasih hyung" ucap Jeno.

"Oh iya, ada salah satu pasien yang memakai seragam sekolah sama dengan mu. Mungkin kau mengenalnya" kata Jaehyun.

"Siapa?" Tanya Jeno sedikit penasaran. Pasalnya Jaehyun adalah dokter spesialis penyakit dalam. Pasti temannya itu mengidap sakit yang cukup serius.

"Namanya Na Jaemin. Ku dengar dia atlet di sekolah" jawab Jaehyun sembari meneguk susu coklatnya.

"Apa?! Hyung tidak salah?" Tanya Jeno dengan ekspresi terkejutnya.

"Em tidak. Aku benar. Dia Na Jaemin mengidap gagal ginjal. Aku sendiri yang mengambil sample darahnya. Aku juga tadi yang membantu dia berkemas" jelas Jaehyun. "Kau mengenalnya?" Tanya Jaehyun penasaran melihat ekspresi terkejut dari Jeno.

"Dia... Teman yang aku jenguk hyung"

***

Tbc...

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang