14. Liar

3.5K 384 0
                                    

"... Aku tidak bisa menerima kenyataan jika dia bukan adik kandung ku!"

Jaemin merasakan lututnya lemas. Ia bahkan tidak bisa berdiri lagi. Ia hanya terduduk di dekat ranjang dengan selang infusnya yang terlepas membuat cairan merah keluar dengan bebas dari punggung tangannya.

Apa yang dia dengar? Dia bukan adik kandung Yuta? Artinya dia bukan anak kandung dari keluarga yang sudah membesarkannya. Jaemin terisak bukan untuk meratapi keadaannya, tapi kenapa keluarganya harus berbohong?

"Jaem?" Panggil Yuta yang tak menemukan Jaemin di ranjang. "JAEMIN!" pekik Yuta begitu menyadari Jaemin berada di lantai sambil terisak.

"Tinggalkan aku hyung" ucap Jaemin. Yuta semakin mendekat dan menyentuh Jaemin. "Aku bilang tinggalkan aku!" Sentak Jaemin sembari mendorong Yuta.

"Jaemin..."

Yuta terdiam dan hanya menyaksikan Jaemin yang tersendu disana. Ayah dan Ibu Jaemin masuk, terkejut melihat keadaan kedua putra mereka yang kacau. Namum setelah melihat Jaemin berdarah, ayah Jaemin sontak memanggil dokter.

"Keluar!" Pinta Jaemin. "Aku mohon keluar, aku ingin sendiri!" Teriak Jaemin.

"Jaemin maaf, maafkan aku. Aku mohon" kata Yuta. "Ibu, Jaemin tak mau mendengarkan aku"

"Jaemin kami akan jelaskan, nak" kata ibu Jaemin mendekat kearah Jaemin.

"Tidak! Aku tidak ingin mendengar apapun. Tolong tinggalkan aku sendiri! Aku mohon" Jaemin semakin terisak.

Tak lama ayah Jaemin datang bersama asisten dokter Park, dokter Lee Jaehyun -yang tidak lain adalah kakak Jeno-. Jaehyun meminta keluarga Jaemin untuk keluar.

"Saya akan mengurusnya" ucap Jaehyun.

***

Jeno duduk di teras rumah sendiri. Ini sudah malam tapi Jaehyun belum pulang karena pekerjaannya. Jeno merasa semuanya percuma karena dia akan tetap merasa kesepian. Ia melihat mobil hitam masuk menampakkan orang tuanya yang baru saja pulang dengan keadaan lelah.

"Kau sedang apa?" Tanya ibu Jeno.

"Hanya ingin bersantai" jawab Jeno.

"Masuklah. Ini musim gugur, udaranya dingin. Kau bisa sakit nanti" kata ibu Jeno. "Kau tau kan ibu dan ayah sibuk, jika kau sakit kami bisa repot" sambung ibu Jeno.

"Aku tidak meminta ibu merawatku. Sakit atau tidak, ayah dan ibu tidak akan melirik ku karena yang kalian pikirkan hanya kerja, kerja, dan kerja" ujar Jeno kesal. "Aku bahkan bertanya kenapa aku dilahirkan? Lebih baik aku dibesarkan di panti asuhan yang penuh dengan kasih sayang dari pada berada dalam keluarga seperti ini" lirih Jeno yang masih bisa didengar oleh orang tuanya.

"Lee Jeno" panggil ayah Jeno yang tidak diindahkan oleh Jeno.

Disisi lain Mark mendapat pesan dari Johnny kalau ia akan menginap di rumah temannya. Mark sedikit murung. Ia meletakkan bukunya di meja dan melepas kacamatanya. Baru saja hendak menidurkan diri, pintu kamarnya terbuka menampakkan sang ibu yang menatapnya tegas.

"Aku akan memberi mu satu kesempatan lagi diujian besok. Jika kau tidak bisa perbaiki nilai mu, kau tidak hanya akan meninggalkan club itu, tapi kau akan meninggalkan sekolah" jelas ibu Mark yang terdengar seperti ancaman.

"Aku akan mendapatkannya" gumam Mark. Ia sudah bertekad akan mendapatkan nilai terbaik agar orangtuanya tak mengerluarkannya dari sekolah.

Haechan seakan tidak ingin melepaskan genggaman ibu Soojin. Ya benar. Haechan berada di rumah ibu Soojin sekarang. Sejak ia meninggalkan rumah tadi, Haechan menemui ibu Soojin dan menceritakan semua yang terjadi.

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang