33. Everything is Change

3.9K 390 3
                                    

Sudah menginjak tiga minggu Jaemin koma, dan sudah beberapa waktu lalu Jeno dan Haechan bertemu Mark. Masih belum ada yang berubah. Jeno dan Haechan menyempatkan datang ke rumah sakit tiap kali mereka ada waktu luang.

Musim berganti. Angin musim dingin terasa dengan salju pertama yang turun tadi malam. Jeno merapatkan hoodienya dan meletakkan kantung penghangat di sakunya.

"Jeno" panggil ayah Jeno. "Ini, ayah belikan baru" kata ayah Jeno sembil menyodorkan kotak berisi sepatu baru.

"Em, kenapa ayah berikan ini padaku?" Tanya Jeno.

"Kau mendapat peringkat pertama, ayah hanya ingin mengapresiasikannya" jawab ayah Jeno.

"Aku mendapatkan peringkat pertama karena Mark tidak ada" ucap Jeno. Ia memakai sepatu pemberian ayahnya.

"Ayah mungkin sering memberikanmu barang-barang tiap kali pergi keluar negeri. Tapi ayah tak pernah memberimu hadiah dimoment tertentu. Karena ayah sudah melewatkan banyak hal tentang dirimu" ujar ayah Jeno.

Pria paruh baya itu sukses membuat air mata Jeno jatuh untuk kesekian kalinya. Tuan Lee menarik putra bungsunya ke dalam pelukannya. Mengelus lembut kepala Jeno.

"Maafkan ayah dan ibu. Melihatmu melukai tanganmu seperti saat itu dan kau berbicara seakan ayah dan ibu adalah orang lain benar-benar membuat kami hancur. Tapi kami sadar, kau dan Jaehyun lebih hancur lagi karena situasi ini"

"Ayah..."

"Ayah sadar, kehilangan perusahaan tidak sebanding seandainya ayah kehilanganmu saat itu. Memikirkan itu ayah sangat takut kau mengulanginya lagi. Ayah dan ibu tidak bisa tidur memikirkanmu dan Jaehyun karena kami merasa kalian jauh dari kami. Maafkan ayah dan ibu, nak"

Jeno tidak bisa membalas apapun yang dikatakan ayahnya. Ia semakin mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di bahu sang ayah.

"Maaf" bisik ayah Jeno.

***

"Dokter Yesung" lirih Mark.

Dokter Yesung yang merasa terpanggil mendongakkan kepalanya. Banyak perubahan Mark. Ia sering meminta untuk diceritakan hal-hal yang biasa ia lakukan. Ia juga merespon apa yang ada disekitarnya.

"Ada apa, Mark?"

"Aku ingin keluar"

"Mau jalan-jalan bersamaku?" Tawar dokter Yesung yang dijawab anggukan oleh Mark.

Dokter Yesung sudah meminta izin pada orangtua Mark untuk mengajak Mark jalan-jalan. Johnny sedang di kantor. Mark masih sedikit takut jika berhadapan dengan orangtuanya.

Sesampainya di playground yang tak jauh dari rumah, Mark dan dokter Yesung duduk disalah satu ayunan.

"Orangtuamu bilang kau sering datang kemari hanya untuk membaca buku" kata dokter Yesung.

"Aku harus lewat pintu belakang jika ingin kemari. Setelah itu aku pulang dan orangtuaku marah. Mereka bilang aku hanya membuang waktu" jelas Mark yang tanpa sadar mengatakan itu. "Disini tenang. Aku merasa sedikit bebas jika disini"

Dokter Yesung paham penyebab Mark seperti ini adalah karena orangtuanya sendiri. Mark merasa terintimidasi hingga berakhir seperti ini.

"Dokter, temanku sedang sakit. Bisakah aku menjenguknya? Aku lupa sudah berapa lama aku tak bertemu teman-temanku" Tanya Mark masih dengan tatapan yang kosong.

"Siapa? Akan ku antar" balas dokter Yesung.

"Na Jaemin"

***

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang