32. Wake Up, Mark!

3.8K 383 0
                                    

Jaehyun mengambil kursi di sebelah Jeno. Tangannya ditempelkan ke kening Jeno.

"Panasnya 39 derajat" kata ibu Jeno.

"Jangan keluar, udaranya dingin" suruh Jaehyun.

"Aku akan pergi ke rumah Mark dengan Haechan, hyung. Lagi pula ini hanya flu" ujar Jeno.

"Lagi? Bagaimana dengan orangtua Mark? Sudah dapat izin, eum?"

"Sebenarnya ibu Mark menemuiku dan Haechan, memintaku menjenguk Mark. Tapi aku kesana bukan untuk menuruti permintaan ibu Mark. Aku dan Haechan memang ingin bertemu Mark"

"Aku paham. Kalau begitu habiskan makananmu dan minum obatnya"

Jeno segera menghabiskan makanannya. Sekejap ia terdiam merasakan makanan yang terasa berbeda di lidahnya. Karena ini adalah masakan pertama ibunya setelah sekian lama tak pernah memasak lagi untuknya.

"Kenapa? Kau mual? Makanannya tak enak?" Tanya ayah Jeno. Jeno cepat-cepat menggeleng.

"Tidak, ini enak" jawab Jeno.

Jeno bercermin, merapatkan mantel yang ia pakai. Sedikit mengucak hidungnya yang memerah. Setelah dirasa penampilannya rapi, Jeno bergegas keluar.

"Jeno, sudah siap?" Tanya ibunya yang masuk ke kamarnya. "Ibu punya sesuatu"

Ibu Jeno mengeluarkan syal rajutan berwarna hijau tua dari paperbag dengan rajutan nama Jeno diujung syal dengan benang putih. Lalu dipasangkan syal itu ke leher Jeno.

"Pakai ini, kau harus menjaga suhu tubuhmu" kata ibu Jeno.

Jeno hanya diam dan menurut saat ibunya memakaikan syal itu padanya. Ia seakan merasakan ada yang datang padanya. Seseuatu yang sangat ia tunggu.

"Ibu juga buatkan satu yang sama untuk Jaehyun. Ibu sendiri meluangkan sedikit waktu untuk membuat ini. Ibu dan ayah sudah melewatkan pertumbuhan kalian. Sekarang anak ibu sangat tampan" ujar ibu Jeno.

Setelah memasangkan syal itu dan sedikit merapikan tatanan rambut hitam Jeno, ibu Jeno keluar. Jeno segera berbalik.

"Ibu" panggil Jeno.

"Ada apa?"

"Terima kasih, aku sangat menyukainya"

Mendengar perkataan Jeno membuat rasa haru dan bersalah bercampur menjadi satu dalam benak nyonya Lee. Jeno kembali melihat dirinya di cermin. Air matanya menetes seiring dengan senyumannya yang mengembang. Ia telah menemukan sesuatu yang lama hilang dari hidupnya.

***

Haechan berdiri di depan rumah Mark untuk menunggu Jeno. Tak lama Jeno pun datang. Haechan bisa melihat ada yang berbeda dari sahabatnya itu.

"Kau semangat sekali? Kau bilang sedang flu" Tanya Haechan.

"Karena aku akan bertemu Mark" jawab Jeno masih dengan senyumannya.

"Wait! Dimana kau beli syal ini? Bagus sekali. Oh! Ada namamu?"

"Ibu yang membuatkannya khusus untukku dan Jaehyun hyung. Kau tidak akan menemukan ini dimanapun"

"Eyy... Ternyata itu alasanmu tersenyum"

Haechan menggoda Jeno. Ia turut bahagia karena hubungan Jeno dan orangtuannya yang berangsur membaik.

Setelah masuk ke rumah Mark, Jeno dan Haechan disambut oleh ayah dan ibu Mark yang masih terkesan angkuh di mata mereka.

"Akhirnya kalian datang" kata ayah Mark.

"Kami datang untuk Mark, bukan karena permintaan anda, nyonya" ujar Haechan.

Jeno dan Haechan masuk ke kamar Mark. Yang pertama ia lihat adalah Mark yang sedang duduk di meja belajarnya. Tatapannya kosong dan menyedihkan, menurut mereka.

"Hai Mark!" Sapa Haechan, Mark menoleh.

Jeno dan Haechan cukup terkejut melihat perubahan Mark. Ia terlihat kurus, pucat, dan lingkar matanya yang menghitam. Matanya yang sayu hanya menatap Jeno dan Haechan dengan datar.

"Dia bukan Mark. Mark tidak seperti ini" lirih Haechan kemudian membuang muka karena ia tidak bisa melihat Mark seperti ini.

"Apa kabar Mark?" Tanya Jeno duduk di kursi sebelah Mark. "Lama sudah tak pernah bertemu. Kau banyak berubah" kata Jeno.

"Siapa?"

Satu kata yang Mark ucapkan sukses membuat Jeno dan Haechan semakin terluka. Mereka harus bisa membantu Mark kembali.

"Aku Jeno, dan dia Haechan. Kau lupa dengan kami, Mark?" Tanya Jeno.

"Kami kan sahabatmu. Ah, ya dan juga Jaemin" sambung Haechan.

"Apa aku punya sahabat?" Tanya Mark.

"Lalu kami ini siapa jika bukan sahabatmu, eum?" Balas Haechan. "Mark, sampai kapan kau akan seperti ini? Ini sudah begitu lama. Kau tidak bisa terus seperti ini"

"Apa yang kau bicarakan?" Tanya Mark.

"Mark, bangun!" Suruh Jeno.

Mark hanya diam. Jeno sudah hilang kesabaran menghadapi Mark dari sisi yang lain.

"Jangan hanya diam, ayo bangun!" Suruh Jeno lagi yang masih tak diindahkan oleh Mark. "Ayo berdiri Mark!" Jeno menarik Mark agar berdiri.

"Jeno, jangan-"

"Tidak, Haechan. Mark tidak bisa terus seperti ini"

Mark yang kini sudah berdiri akibat tarikan Jeno, menatap Jeno dengan sedikit takut.

"Lihat aku!" Suruh Jeno.

Jeno menggerakkan tubuhnya dengan lincah. Tariannya terlihat sempurna meski tanpa ada musik yang mengiringinya.

"Kau ingat itu? Kau yang mengajarkan itu padaku, Haechan, dan Jaemin" kata Mark.

"Ah, ya! Kau ingat saat aku dan Jaemin beradu mulut? Kau juga kan yang selalu memisah kami?" Tambah Haechan.

"Mark, kau harus ingat semuanya! Apa kau tidak ingin melakukannya lagi? Dance? Menjadi lawan Jaemin saat berlatih badminton, selalu menjadi yang terbaik diantara semuanya, apa kau tidak ingin melakukannya lagi?"

Mark tidak mengerti dengan situasi ini. Ia seakan merasakan de javu disetiap kata yang Jeno dan Haechan katakan. Ia merasa ada sebuah film yang berputar diingatannya.

"Kau ingat semuanya kan? Kau ingat saat aku pertama kali mengenalkan Jeno padamu dan Jaemin? Saat itu kau menegurku karena datang terlambat" ujar Haechan.

Mark menggeleng pelan. Kepalanya terasa pening. Ia ingat selalu menghabiskan waktu bersama dengan dua remaja di depannya ini juga satu yang lain. Tapi di satu sisi ia juga ingat apapun yang telah diperbuat orangtuanya. Jeno mencengkram bahu Mark erat. Mark menatap mata Jeno lekat.

"Kau tidak bisa terus seperti ini. Kau harus bangun, bangkit kembali! Banyak yang menunggumu selain kami. Bahkan Jaemin enggan membuka matanya karena mungkin ia merasa hidupnya begitu hancur. Apa kami juga harus merelakan dia seperti itu? Tidak Mark. Aku, Haechan, dan Jaemin juga tidak merelakanmu dalam keadaan seperti ini. Jika kau terus seperti ini, Jaemin koma, lebih baik kalian mati. Kita mati bersama, ku pikir itu bukan ide yang buruk. Kau dan aku juga sudah pernah mencobanya, bukan?" Ujar Jeno sarkatis.

"Kau harus kembali, Mark! Bagaimanapun caranya, kau harus membawa kembali dirimu yang dulu! Kau harus melawan semuanya. Karena kami tidak sekedar menunggumu, kami juga membutuhkanmu. Itulah sahabat, Mark" kata Haechan.

Tiba-tiba Mark menghempaskan tangan Jeno kasar. Mark marah, entah pada siapa? Ia tidak mengerti dengan apa yang ia rasakan sekarang.

"Keluar!" Sentak Mark.

"Tidak, aku tidak akan keluar dengan melihatmu seperti ini!" Balas Jeno.

"Keluar! Aku bilang keluar!" Sentak Mark lagi.

"Baiklah, aku dan Jeno akan keluar. Tapi ingat kata-kata ku! Kau akan menyesal karena tidak bisa membawa dirimu yang sebenarnya kembali pada kami. Kau akan melihat bagaimana orang-orang terdekatmu hanya bisa kasihan padamu!"

***

Tbc...

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang