34. It's so Hard

3.8K 370 2
                                    

Haechan dan Mark sudah sampai di rumah sakit. Sedangkan di ruang Jaemin tak ada seorangpun yang berjaga. Hingga seorang wanita berpakaian sederhana masuk dan mendekat pada Jaemin.

"Aku melihatmu..." Lirih wanita itu sembari mengelus surai karamel Jaemin. "Berapa lama kau tidur, eum? Matamu bengkak, nak. Tanganmu juga. Berapa lama kau biarkan orang-orang itu menusukmu dengan alat mengerikan itu?" Ujar wanita itu.

Tanpa disadari air matanya menetes mengenai pipi Jaemin. Wanita itu mengusapnya, namun sedetik kemudian mata Jaemin yang masih tertutup mengeluarkan air mata.

"Kau menangis? Kau mendengarku?" Tanya wanita itu. "Bangun, Jaemin"

"Maaf, anda siapa?"

Wanita itu mendongakkan kepalanya mendapati dua remaja yang ternyata adalah Mark dan Haechan. Wanita itu sontak gelagapan dan berlari keluar, menepis Mark dan Haechan yang masih berdiri di ambang pintu.

*bruk

Wanita itu menabrak Hansol yang baru saja datang dengan ibu Jaemin.

"Hansol, kau tak apa?" Tanya ibu Jaemin membantu Hansol berdiri.

Hansol mengangguk kemudian melihat wanita yang masih dalam posisi duduk menundukkan kepalanya. Wanita itu juga melihat Hansol kemudian kabur.

"Ibu!" Seru Hansol menyadari orang yang menabraknya adalah Song Aeri, ibunya.

Hansol mengejar Aeri sedangkan nyonya Na masih tertegun. Haechan dan Mark juga masih di tempatnya semula.

"Wanita tadi... Menemui Jaemin" lirih Haechan.

Menyadari tadi adalah ibu Hansol dan Haechan yang mengatakan dia menemui Jaemin maka artinya wanita tadi adalah ibu kandung Jaemin, nyonya Na sontak menerobos masuk ke ruang rawat Jaemin melihat keadaan putranya.

"Jaemin?" Lirih nyonya Na yang terperangah tak percaya melihat Jaemin mengerjapkan matanya. "Jaemin? Kau sadar, nak!" Seru nyonya Na.

Haechan dan Mark ikut melihat Jaemin dan terus memanggil Jaemin. Sedangkan Jaemin sendiri masih mengerjapkan matanya berkali-kali. Pandangannya juga masih buram. Tapi ia bisa lihat tiga orang di dekatnya terus memanggil namanya.

"Jaemin, kau dengarkan? Ini ibu!" Kata ibu Jaemin.

Jaemin tidak berkata apapun. Ia hanya menatap ibunya. Seluruh tubuhnya terasa kaku.

"Ibu panggilkan dokter" Jaemin menahan tangan ibunya dengan tidak melepaskan genggamannya. Ia hanya bisa menggerakkan jemarinya. "Iya, ibu disini. Tidak akan kemana-mana. Ibu akan menemanimu"

Diluar rumah sakit akhirnya Hansol berhasil mengerjar Aeri. Hansol menarik tangan Aeri hingga wanita itu berbalik menatap Hansol.

"Apa yang kau lakukan disini?!" Sentak Hansol.

"Aku bertemu putraku!" Balas Aeri tak kalah keras. Air matanya terus saja mengalir. "Aku ingin menemui dia. Tapi bukan seperti ini keadaannya yang aku inginkan!" Ujar Aeri yang kini meluruh. "Aku menyesal pernah berharap dia tak pernah lahir dan berharap dia mati"

Hansol begitu tersayat mendengar kalimat itu ditengah isak tangis ibunya. Ia memeluk ibunya erat. Wanita itu menangis di dada Hansol.

"Aku menyesal, Hansol! Aku ingin memilikinya, tapi aku tidak bisa"

"Kenapa baru sekarang? Dia begitu mengaharapkanmu. Kau benar kejam, bu!" Kata Hansol masih memeluk ibunya. Hansol kemudian melepas pelukannya. "Ayo! Temui dia!"

"Tidak! Aku tidak bisa!" Tolak Aeri. "Aku sangat malu padanya"

"Ibu... Kau ingin menebus kesalahanmu, kan? Ayo temui dia!"

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang