23. Open Your Eyes

4.1K 362 8
                                    

Kim Yesung, psikiater yang dibawa ayah Mark untuk menangani masalah Mark. Mark tak mau bicara, makan, minum atau beraktifitas lain. Namun sesekali ia bangun dan mengobrak-abrik meja belajarnya untuk mencari buku catatan. Ia selalu menggumamkan aku tidak bisa, aku tidak mengingat pelajaran apapun tiap kali melihat buku catatannya.

"Dia tertekan dengan kegiatan belajarnya" jelas dokter Yesung membuat ayah dan ibu Mark terkejut sedangkan Johnny menatap orangtuanya marah. "Saya ingin tau kegiatan dia sehari-hari?" Tanya dokter Yesung.

"Ayah dan ibu selalu memaksa dia terus belajar tanpa henti. Mark juga harus mendapat nilai yang bagus diantara semua siswa. Sedikit saja Mark melakukan kesalahan, ayah dan ibu akan menghukumnya. Bukan begitu?" Ujar Johnny penuh penekanan.

"Johnny!" Sentak ayah Mark.

"Maaf tuan. Tidak ada yang boleh mengeluarkan suara keras. Apalagi jika Mark mendengarnya akan memperburuk keadaannya. Sejauh ini dia hanya mengalami depresi bukan yang biasa orang-orang sebut 'gila'. Ada cara untuk membuat Mark kembali seperti semula" jelas dokter Yesung lagi. "Saya akan berikan obat penenang dosis rendah. Ini hanya digunakan ketika Mark memaksa dirinya untuk belajar. Saya akan kemari setiap hari untuk mengontrol keadaannya"

"Terima kasih, dokter" kata ayah Mark menjabat tangan dokter Yesung.

"Saya belum melakukan apapun. Yang perlu anda tau adalah kesembuhan Mark berasal dari dirinya sendiri dan orang-orang terdekatnya. Jadi bantulah dia kembali" ujar dokter Yesung.

Johnny seakan tidak bisa meninggalkan Mark sendiri di kamarnya. Ia terus berada disamping Mark. Dan tiap kali Johnny bertemu orangtuanya, ia selalu menyalahkan orangtuanya atas apa yang menimpa Mark.

***

Hansol menutup ponselnya setelah menghubungi Johnny. Hansol paham betul bagaimana situasi Johnny saat ini, mengingat keadaan adiknya(Mark) yang seperti itu.

Johnny meminta Hansol menunggunya di rumah sakit dan bertemu disana karena Johnny juga harus menebus beberapa obat untuk Mark. Mata Hansol tertuju pada seorang gadis yang sedang duduk di kursi taman rumah sakit dengan kakinya yang tertutup gip.

"Pasti adikku seumuran gadis itu" gumam Hansol.

"Lihat apa?" Tanya Johnny mengejutkan Hansol.

"Kau mengejutkanku saja" protes Hansol. "Itu, mungkin adikku seumuran dengannya" jawab Hanso menunjuk gadis itu.

Johnny merasakan ada kesedihan yang mendalam pada Hansol. Menyadari Johnny yang melamun, Hansol mengibaskan tangannya di depan muka Johnny.

"Ayo tebus obatnya. Jangan terlalu lama meninggalkan Mark" kata Hansol.

Setelah memberikan resep pada apoteker Hansol dan Johnny duduk di kursi tunggu. Mungkin akan sedikit lama.

"Kau pasti sangat lelah" ucap Hansol.

"Mark lebih lelah dibanding diriku hingga dia mencoba bunuh diri" balas Johnny.

"Kau harus berterima kasih pada sahabat Mark yang berhasil membujuknya"

"Aku membuat mereka kecewa, Hansol"

"Mereka tidak kecewa padamu. Mereka hanya menunjukkan rasa takutnya apabila Mark benar-benar bunuh diri. Mereka takut kehilangan seorang sahabat"

"Kau selalu bisa diandalkan"

Hansol tersenyum kecil setelah bisa membuat Johnny tenang. Johnny menyipitkan pandangannya saat melihat anak laki-laki yang duduk di kursi lobi. Ia yakin itu Jaemin yang menggunakan piyama rumah sakit dan tiang infus di sebelahnya.

Find Our Way For Life (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang