(Part 15)

136 12 0
                                    


“ aaaaaaaaarrrrrggggg….” teriak dinda yang langsung di bekap rizky dari belakang,, dinda yang membelakangi cermin tidak tau kalo orang yang membekapnya adalah rizky..
“ emmmmnn emmmm…” ronta dinda,, tapi rizky belum melepaskan bekapannya karena takut dinda akan berteriak lagi,, dinda langsung menggigit tangan rizky agar bisa terlepas..
“ awwwwww…” jerit rizky melepaskan tangannya, dinda langsung balik badan untuk memarahi orang itu..
“ dasar cowok me….” ucapan dinda terhenti ketika melihat orang itu adalah rizky
“ kak rizky??” tanya dinda pada rizky yang kesakitan memegang tangannya, rizky hanya nyenggir memeperlihatkan deretan giginya..
“ ngapain kak rizky di sini??” tanya dinda lagi,, belum sempat rizky menjawab dinda buru buru keluar dari kamar mandi itu,, karena dia masih kesal melihat rizky dan yunita tadi..
“ hey dinda..” panggil rizky yang juga melangkah keluar kamar mandi mengejar dinda,, dinda mengambil langkah seribu agar rizky tidak bisa mengejarnya, tapi perkiraan dinda salah, rizky lebih cepat darinya..
“ mau kemana??” tanya rizky menahan tangan dinda
“ kak rizky lepasss…” dinda berusaha melepaskan pegangan tangan rizky, tapi tetap saja rizky tidak mau melepaskannya..
“ kamu kenapa sih??”
“ gak papa,, lepas kak..”
“ terus muka kamu kenapa di tekuk gitu??” tanya rizky lagi yang masih memegang tangan dinda
“ tau..” singkat dinda
“ pasti kamu lagi cemburu ya..” tebak rizky yang memang melihat keanehan dinda sejak dia melihat rizky dan yunita di kedai tadi..
“ ih siapa juga yang cemburu..” elak dinda
“ bohong.. itu mukanya kok gitu sih,, ayo ngaku…” goda rizky
“ gak dinda gak cemburu,, lagian dinda bukan siapa2nya kak rizky ngapain cemburu..”
“ oh gitu ya??? Ya udah kalo gitu aku balik lagi ke yunita,, mau mesra2an..” rizky melepaskan tangannya dan hendak beranjak..
“ ih kak rizkyyyyyyyy…” kesal dinda, rizky tersenyum senang melihat tingkah dinda itu
“ kenapa??” tanya rizky
“ anterin dinda pulang..” jawab dinda yang sebenarnya tidak ingin rizky kembali ke yunita..
“ mau banget ya di anterin??” goda rizky lagi
“ jadi kak rizky gak mau?? Ya udah aku bareng rangga aja..”
“ eh jangan.. ia ia.. ayo..” ajak rizky menggandeng dinda,, dinda tersenyum puas..

+++
Teman2 dinda sedari tadi menunggu dinda yang tidak kunjung kembali dari toilet, mereka sudah ingin pulang..
“ duh si dinda kemana sih?? Ke toilet lama banget..” keluh alatas
“ gue samperin aja..” ucap rangga
“ gak usah ngga, biar aku telpon aja..” cegah Inez kemudian mengambil handphone di tasnya dan menelpon dinda..
Via telpon..
“ din,, kamu dimana sih?? Kita udah mau pulang nih,,”
“ aku pulang duluan,, sakit perut nih.. maaf ya nez” bohong dinda yang kini berada dalam mobil rizky
“ oooh,, ya udah kalo gitu, nyampek rumah langsung minum obat” pesan Inez
“ iya, belanjaanku bawa kamu dulu ya.. ntr aku nyuruh papa buat ngambil di rumah kamu…”
“ ok din”
Telepon di akhiri..
“ eh dinda udah pulang,, dia katanya sakit perut.. ” jelas Inez pada teman2nya
“ sakit perut??” tanya rangga
“ heum,,” angguk Inez
Mereka semua meninggalkan tempat itu,, tapi sebelum rangga beranjak, ia masih terlihat memikirkan keadaan dinda, apa dia bener2 sakit atau Cuma pura pura..

+++
Yunita yang menunggu rizky tak kunjung datang, memutuskan untuk menelponnya..
Tuuuuttt tuuuuttt nada tersambung,,
“ kok gak di angkat??” kesal yunita, ia coba sekali lagi, tetap tidak di angkat
“ arrrggg rizky kemana sih?? Angkat dong..” geram yunita masih mencoba menelpon rizky.. handphone rizky memang dalam keadaan silent, dan juga terletak dalam ranselnya, jadi dia tidak tau kalo yunita berulang kali menghubunginya..

+++
Di dalam mobil rizky..
“ kak rizky.. kak yunita gimana??” tanya dinda memecah keheningan
“ biarin..” singkat rizky masih focus menyetir
“ ih kak rizky jahat banget sih.. kan kasian”
“ lebih jahat lagi kalo aku gak nganterin kamu..”
“ huuu….” Sorak dinda mencubit pinggang rizky
“ aww,, sakit din..” keluh rizky
“ tapi kasian loh kak, kakak telpon dia aja kalo kakak pulang duluan..” saran dinda
“ iya iya.. ambilin handpone ku di ransel” suruh rizky
“ dimana??”
“ tuh di kursi belakang..” dinda hendak menjangkau ransel rizky tapi..
“ eh jangan din, pakek handphone kamu aja,, punya ku gak ada pulsanya” bohong rizky karena takut dinda melihat sesuatu yang ia beli tadi di mall
“ tapi aku gak punya nomernya kak yunita..” jujur dinda
“ nelponnya nanti aja,, kita duduk di situ dulu yuk..” ajak rizky menunjuk sebuah kursi di pinggir jalan, belum mendapat jawaban iya dari dinda, rizky langsung menghentikan mobilnya,, rizky langsung keluar mobil dan membukakan pintu dinda
“ ayo turun..” ajak rizky menarik tangan dinda
“ tapi…”
“ udah jangan kebanyakan mikir..” rizky langsung menarik dinda keluar dari mobil dan mengajaknya duduk santai di kursi panjang..
“ kak,, ngapain sih masih di sini?? Mending langsung pulang aja..”
“ ada hadiah buat kamu..” ucap rizky seraya mengambil ransel di mobilnya dan kembali duduk di dekat dinda..
“ hadiah?? Aku gak ulang tahun kak..”
“ emang kalo orang mau ngasih hadiah pas ulang tahun aja..”
“ ya gak sih,, mana cepet hadiahnya.. udah gak sabar..” dinda dengan sedikit maksa
“ yee… tadi protes, sekarang malah pengen cepet..” ejek rizky mengambil salah satu barang yang dia beli di toko pernak pernik tadi dan menggenggamnya,, dinda yang di dekatnya focus memandangi benda yang masih di gengam rizky
“ apaan itu kak??’ penasaran dinda
“ taraaaaaa….” Ucap rizky membuka tangannya dan memperlihatkan tali rambut berwarna hitam di lengkapi dengan manik2 lucu membuatnya sedikit berkilap
“ waahhhh.. bagus banget kak..” takjub dinda melihat tali rambut berwarna hitam itu, karena dinda memang suka mengoleksi tali rambut sejak dia putuskan untuk menguncir rambutnya..
“ ini buat gantiin tali rambut yang kemaren aku buang..” jelas rizky
“ makasih..” ucap dinda mengambil tali rambut di tangan rizky itu,, dinda melepaskan tali rambut yang sebelumnya ia kenakan dan akan mengganti dengan tali rambut pemberian rizky..
“ eh tunggu duluu..” cegah rizky menghentikan aktifitas dinda yang akan menguncir rambutnya..
“ kenapa??” tanya dinda.. rizky tidak menjawab. Hanya saja dia mendekatkan tangannya ke rambut dinda dan membetulkan rambut dinda yang sedikit berantakan hingga membuat rambut indah dinda terurai sempurna.. sedang si punya rambut terus menatap rizky yang di depannya, pandangannya terus menjelajah wajah charming rizky..
*kak rizky…* gumam dinda yang terhipnotis dengan ketampanan pria di depannya
“ hey… kenapa liatinnya gitu banget??” tanya rizky membuyarkan lamunan dinda
“ hehehe.. gak papa kok kak..”
“ emmm,,, kamu cantik loh rambutnya di biarin terurai kayak gini”
“ sebenarnya sih dinda mau di apain aja tetep cantik kok..” narsis dinda
“ narsissss….” Ejek rizky,, dinda mengangkat kedua tangannya bermaksud menguncir rambutnya karena sudah tidak tahan dilihati rizky dari tadi,, dia menghadap kedepan membiarkan rizky melihatnya dari samping..
“ jangan dulu..” larang rizky mengambil tali rambutnya
“ ih kak rizky…” manyun dinda tapi tidak melihat rizky di sampingnya.. rizky terus melihat dinda yang sepertinya malu karena diliatin..
*dia memang sempurna Tuhan,, hadirkanlah rasa yang sama dalam hatinya seperti rasa yang sedang aku rasakan..* gumam rizky melihat dinda
Dinda menyelipkan sebagian rambut yang menghalangi matanya ke belakang telinga, dia tetap tidak mau melihat rizky,, hingga…
“ dindaaaa…” panggil rizky,, dindapun menoleh..
JEBRETTTTT kilauan blid kamera menerangi wajah dinda
“ kak rizky apa2an sih.. ngapain foto aku??” manyun dinda yang sudah berani melihat rizky,, rizky tidak menjawab, dia melihat foto yang berhasil dia ambil,, ekspresi dinda sangat tepat,, tersenyum dengan rambut yang sedikit di terpa angin saat menoleh tadi, membuatnya terlihat cantik, sangat cantik..
“ kak rizky…” panggil dinda pada rizky yang masih tetap focus pada handphonenya, dinda penasaran ingin melihat gambar dirinya sendiri, dia mendekat ke rizky.. dilihatnya hanndphone rizky dan dia langsung menutup mulutnya, kagetttt…
“ kok di jadiin wallpaper??” tanya dinda dengan nada tidak percaya
“ memangnya kenapa?? Cantik gini kok..” rizky tersenyum
“ hapus kak.. jelek gitu..” pinta dinda
“ gak mau..”
“ hapus..”
“ gak..”
“ ih kak rizky.. hapusss..” paksa dinda
“ gak..”
“ ya udah..” dinda membelakangi rizky, rizky hanya tersenyum dan mengeluarkan hadiah untuk dinda yang masih tersimpan di ransel..
“ aku punya hadiah lagi loh buat kamu..” dinda tetap manyun gak mau menoleh
“ gak mau nih?? Emm yakin gak mau??” goda rizky, dinda agak tersenyum mendengar perkataan rizky yang nadanya sedikit menggoda
“ terus ini buat siapa ya kalo kamu gak mau?? Mending buat Inez, pinka atau billa aja deh..” goda rizky lagi
“ apaan??” tanya dinda membalikkan badannya, masih pura pura ngambek..
“ jadi mau nih??” tanya rizky meyakinkan
“ mana??” pinta dinda yang sudah tidak sabar..
“ kamu merem dulu deh..” pinta rizky yang langsung dilakukan dinda, menutup kedua matanya, rizky yang tadi menyembunyikan barang untuk dinda di belakang punggungnya kini ia pindah ke depan,, tepat di depan wajah dinda..
“ kamu buka mata setelah hitungan ketiga..” aba aba rizky.. dindapun mengangguk..
“ satuuuu…. duaaaaa……tigaaaaaaaaaaaaa…” bersamaan dengan hitungan ketiga dinda membuka matanya, dilihatnya barang yang tepat berada di depan wajahnya dan..
“ aarrrrrrgggggg….” Teriak dinda langsung memeluk rizky..
“ kak rizky.. jauhin.. dinda gak mau, dinda takut..” pinta dinda histeris memeluk erat rizky dengan memejamkan matanya tidak mau melihat hadiah dari rizky itu..
“ hey.. ini cuma boneka..” rizky memindahkan hadiah untuk dinda yang ternyata adalah boneka ke sampingnya,, dia menemangkan dinda dengan membalas pelukan dinda, mengusap lembut punggung dinda..
“ tapi itu kodok..” ucap dinda yang masih di pelukan rizky
“ cuma boneka kodok dindaaa….” Rizky masih menenangkan dinda
“ gak.. dinda gak mau” tegas dinda.. rizky melepaskan pelukan dinda dan mengambil boneka kodok di sampingnya, dinda yang mengetahui itu langsung membalik badannya takut untuk melihat boneka itu.. rizky menunduk memegangi dan memandang boneka itu, terlihat sekali bahwa dia kecewa karena dinda tidak mau menerimanya.. dinda yang merasa aneh karena rizky hanya berdiam menoleh ke belakang,, rizky menunduk memainkan boneka kodok itu.. dinda jadi tidak enak hati sendiri..
“ kak rizkyyyy…” panggil dinda agak takut
“ hemm??” sahut rizky tanpa membuka mulutnya
“ kak rizky marah??” tanya dinda yang kini sudah menghadap lagi ke rizky tapi tidak melihat boneka yang berada di tangan rizky..
“ gak..” singkat rizky,, dinda memejamkan matanya berusaha meyakinkan untuk menerima boneka itu..
*tenang dinda.. itu hanya boneka,. Hanya boneka*… dinda membuka matanya
“ kak rizky.. dinda mau kok” ucap dinda agak sedikit gemetar
“ gak perlu.. kamu kan takut” jawab rizky cuek tanpa melihat dinda
“ gak dinda gak takut,, dinda mau.. iya dinda mau”
“ jangan di paksa kalo kamu beneran takut,, mending aku buang aja..” rizky hendak melemparkan boneka itu ke jalanan, tapi dinda langsung memeluk rizky dan menahan tangannya..
“ jangan…” cegah dinda menurunkan tangan rizky..
Rizky tersenyum puas,, tadi hanya trik supaya dinda mau menerimanya karena alasan rizky membelikan boneka itu untuk menghilangkan rasa kekakutan dinda pada kodok..
“ kamu mau??” tanya rizky,, dinda mengangguk pasti dalam pelukan rizky
“ nah.. sekarang kamu pegang bonekanya..” pinta rizky melepaskan pelukan dinda
“ nih…” rizky mendekatkan bonekanya ke dinda.. dinda ragu ragu, tapi rizky meyakinkan dinda.. perlahan tapi pasti dinda mengarahkan tangan kanannya, rizky yang tidak tahan melihat dinda terlalu lama seperti itu langsung menarik tangan dinda,, dan sekarang tangan dinda sudah menyentuh bonekanya,, dinda sedikit menekan nekan tubuh bonekanya, ternyata sama seperti boneka alifa di rumah, hanya saja bentuknya yang berbeda.. senyum dinda sedikit merekah..
“ gak papakan??” tanya rizky,, dinda tersenyum
“ ya udah nih buat kamu..” rizky memberikan boneka itu ke pangkuan dinda
“ makasih..” ucap dinda, kini rasa takutnya pada kodok sedikit berkurang
“ itu cuma boneka.. lagian ngapain takut ke kodok sih?? Orang kamu sama kodok lebih besar kamu..” ejek rizky
“ geli kak.. wajahnya itu loh.. ih.. tapi boneka ini sebenarnya lucu juga”
“ aku beliin buat kamu biar rasa takut pada kodok itu hilang” terang rizky merangkul bahu dinda
“ iya makasih ya kak.. oh iya,, mana tali rambut dinda?? Dinda mau pakek, gerah..” dinda meminta tali rambutnya pada rizky, rizky mengeluarkan dari sakunya..
“ sini biar aku yang ngiketin rambutnya..” rizky melepaskan rangkulannya dan membalikkan badan dinda agar bisa mengikat rambutnya.. setelah rambut dinda terikat dengan rapi,, mereka asik bercanda,, sesekali rizky menggoda dinda..
Keduanya tersenyum bahagia, merasakan rasa yang baru saja tumbuh dalam hati masing masing, walau saat ini belum ada ikatan di antara mereka berdua..

Bersambung...

~My Love~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang