Part 14 "Cowok Es Batu"

1.2K 56 9
                                    

"Ayah gimana siihh, apa ayah lupa sama yang udah kita bicarakan sebelumnya, Ayah kan sudah setuju dengan semua itu, tapi tadi kenapa Ayah malah ngasih harapan sama Dewi siih, anak itu nggak boleh di kasih harapan Yah, Ibu takut kalau Dewi di beri harapan terlalu besar, nanti malah dia kecewa dengan yang sudah kita putuskan sebelumnya" Bu Zainab mengeluarkan apa yang sudah ingin dia katakan sedari tadi di saat Dewi sedang pulang ke rumah terlebih dahulu untuk mengambil keperluan di rumah sakit.

"Ayah ingat Bu, malah selalu ingat. Tapi apa Ibu tidak lihat bagaimana ekspresi Dewi tadi? Dia sangat bahagia, Ayah tidak mau Dewi malah jadi down atau malah jadi benci sama kita. Inget bu, kita bukan Allah yang bisa menentukan siapa jodoh anak kita. Kita hanya hamba yang harus selalu tunduk kepada perintahNya dan menjauhi segala larangan nya"

"Iya Yah, tapi kita kan sudah janji sama temen Ibu kalo kita akan menjodohkan Dewi dengan putranya, tapi kalo sudah begini, kita jadi nggak enak kan?"

"InsyaAllah nanti ada jalannya Bu, kalau jodoh kan emang nggak akan kemana. Yah kalau bukan jodoh mau apa lagi. Lagian Ayah itu sangat sayang sama Dewi, Ayah selalu ingin yang terbaik untuknya. Ibu lihat sendiri kan gimana dia senengnya dapat beasiswa dari sekolahnya, Apa ibu nggak seneng?"

"Ibu seneng Yah, tapi kan kalau misalnya Dewi sudah menikah, nanti kan bisa juga kuliah, Ibu yakin putranya teman Ibu akan mengizinkan Dewi kuliah"

"tapi kalau Dewi tidak mau, jangan di paksa ya Bu"

"Ya kita yakinkan dong Yaah"

"Terserah Ibu aja deh. Ayah ngantuk, mau tidur" Tutup Pak Zainal yang tidak ingin berdebat lagi

"iihh Ayah suka menghindar kalo di ajak ngomong serius" kesal Ibu Zainab yang terus mengucapkan kata-kata keluhan kepada sang suami

Tapi ketika sang suami bernafas dengan teratur yang menandakan dia telah tidur, di benarkannya selimut suaminya agar tertidur dengan nyaman

...................

Fajar menerjang dengan cahaya yang masih enggan untuk bangkit dari peraduannya, udara yang menyejukan siapapun yang merasakannya, gemercik air yang terdengar di berbagai sudut masjid pun terdengar dengan merdu tanda anak manusia yang tengah mengambil air wudlu. Adzan berkumandang dengan suara merdu nan menyejukan hati para pendengar seakan memanggil siapapun yang masih di rumah untuk berkunjung ke rumah Allah, untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai hamba Allah yang taat.

Ashalatukhayru Minannaum... Ashalatukhayru Minannaum... Ashalatukhayru Minannaum....

seakan memanggil para jama'ah untuk berbondong-bondong malaju ke arah masjid untuk segera memenuhi panggilannya.. "Lebih baik sholat dari pada tidur" seakan menyihir para hamba Allah yang masih terlelap agar terbangun dan memenuhi kewajiban mereka sebagai hamba Allah.

Dewi yang kini telah bangun dengan mata sudah terbuka sepenuhnya. Memang suatu keanehan jika Dewi sudah terbangun terlebih dahulu tanpa ada yang membangunkannya mengingat gadis itu sering sekali membuat ibunya jengah sebelum dia membuka kelopak matanya, tapi lain dengan hari ini, tanpa ada alarm, tanpa ada ibunya atau kaka nya yang berteriak untuk sekedar membuat dirinya terbangun saja Dewi sudah bangun.

Suara merdu ituuu...

Suara yang tidak asing baginya, suara khasnya, suara berat nan lembutnya yang seakan tak pernah memaksa para jama'ah untuk pergi ke mesjid, tapi mampu menyihir untuk membuat langkah yang berat berayun melangkah ke Masjid pun melangkah dengan ringan tanpa beban untuk pergi ke rumah Allah. Sayangnya sampai sekarang Dewi tidak tau siapa pemilik suara itu, suara yang sering kali membuat hatinya tenang dan seketika membuat bulu kuduknya berdiri.

Hijrah dan Cinta yang harus di relakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang