Twelfth

1.5K 65 0
                                    

Nih, bonus 1 part buat para pembaca tersayang. Langsung lanjut baca aja deh. Boleh komen atau kritik kok. Biar bisa bikin yang lebih bagus lagiii authornyaa :D

All I want is you to understand

That when I take your hand it’s ‘cause I want to

We are all born in a world of doubt

But there’s no doubt

I figured out, I love you

(When It’s Time – Green Day)

     Suasana kehangatan sangat terasa diruang makan kali ini. Fernan selalu meminta Dayna untuk menambahkan nasi ke piringnya. Dan terkadang Dayna dan Fernan yang berebutan untuk mendapatkan ayam goreng yang hanya tersisa satu dipiring.

          Mamanya memperhatikan mereka dengan menggelengkang kepala. Suasana rumah kali ini kembali ramai. Dan bahagia rasanya semua anggota keluarganya dapat berkumpul lagi.

          Apalagi Fernan yang lama telah menghilang tak ada kabar sekarang sudah kembali lagi. Rasanya ingin terus seperti ini. Rasanya tak rela membiarkan Dayna dan Fernan kembali ke Jogja. Namun Mamanya tak mungkin berfikir egois seperti itu hanya untuk kepentingannya sendiri. Yang harus diprioritaskan adalah mimpi-mimpi anaknya.

          “ Jadi besok kalian balik lagi ke Jogja?” tanya Papanya pada Dayna dan Fernan yang sedang asyik mengunyah.

          “ Iya, Pa. Soalnya Dayna harus kuliah. Padahal masih pengen lama disini.” Jawab Dayna.

          “ Kalo Fernan mau mantau kafe yang ada disana, Pa.” ujar Fernan disela kunyahannya.

          “ Jadi bener kamu udah punya kafe sendiri?” tanya Mamanya tak percaya.

          “ Cuma kafe kecil kok, Ma.” Jawab Fernan sambil tersenyum.

          “ Bohong, Ma. Padahal Abang lagi mau beli rumah tuh.” Ucap Dayna tiba-tiba.

          Fernan segera memelototi adiknya itu. Namun Dayna hanya nyengir membalasnya.

          “ Jadi kamu mau beli rumah, Nan?” tanya Papanya.

          “ Baru rencana, Pa.” jawab Fernan lagi.

          “ Yaudah, besok Papa cairkan cek untuk kalian beli rumah disana.” Ujar Papanya.

          “ Eh nggak usah, Pa.” tolak Fernan tak enak hati.

          “ Dayna ngekost juga?” Papanya bertanya pada Dayna.

          “ Iya, Pa. Tapi seru kok, Pa.” jawab Dayna cepat. Seketika Dayna teringat pada Rain.

          “ Biar kalian nggak ribet lagi, kamu cari rumah disana ya, Nan. Biar nanti Dayna sama kamu nggak perlu ngekost lagi.” Kata Papanya kemudian.

          “ Dayna mau kost aja, Pa.” ucap Dayna tak setuju.

          “ Terserah kamu. Yang penting kita harus punya rumah di Jogja biar kalo Papa sama Mama maen kesana nggak repot lagi.” Jelas Papanya lagi.

          “ Iya, Pa. Tenang aja.” Ujar Fernan.

          “ Besok kalian ngambil penerbangan jam berapa?” tanya Mama.

'RAIN' - Biarkan rasa kita berceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang