Fourteenth

1.4K 75 0
                                    

Pernah ga dihidup kalian ada seseorang yang datang dan pergi tiba-tiba? Datang dan pergi seenaknya? Ya, Rain itu seperti ini. Sosok Rain disini adalah gambaran seorang sosok lelaki dari hidup aku yang sama seperti dia. Dan, ada beberapa cerita yang memang kisah penulis. Selamat membaca yaaa :*, semoga sukaaa :3

When you’re gone,

The pieces of my heart are missing you

When you’re gone,

The face I came to know is missing too

When you’re gone,

The words I need to hear

to always get me through the day and make it ok

I miss you

(When You’re Gone – Avril Lavigne)

     Dayna bersantai disalah satu kursi dikafe milik kakaknya. Dayna melihat Fernan sedang sibuk kesana kemari untuk menyapa pelanggannya.  Ayu berjalan mendekati Dayna dan mulai duduk disampingnya.

          “ Kafenya selalu rame ya, Mbak?” tanya Dayna pada Ayu.

          “ Ya, Alhamdulillah. Dayna mau minum apa? Nanti mbak pesenin.” Tawar Ayu sambil tersenyum. Dayna segera menggeleng.

          “ Masih kenyang, Mbak.” Tolak Dayna.

          “ Kamu baru masuk kuliah ya? Ngambil apa?” tanya Ayu ramah.

          “ Iya mbak, aku ngambil FIB.” Jawab Dayna tak kalah ramah.

          “ Oh, gimana kuliahnya?” Ayu mulai bertanya lagi.

          Entah mengapa jika mendengar kata kuliah justru mengingatkan Dayna kepada Rain. Dayna segera mengenyahkan wajah lelaki itu jauh-jauh dari pikirannya.

          “ Lancar, Mbak. Banyak tugas sih.” Jawab Dayna sambil terkekeh.

          Fernan mendekat dan langsung duduk di depan mereka.

          “ Kamu pulang malem nggak papa kan, Dek? Nongkrong dulu disini.” Ujar kakaknya itu.

          Dayna menatap jam tangannya sebentar. Masih jam delapan malam.

          “ Iya deh, males juga ke kostan. Sendirian.” Jawab Dayna. Lalu kembali teringat Rain yang sering Dayna perhatikan dari balkon kamarnya dulu.

          “ Mending kamu ngobrol temenin Ayu. Kasian dia sendirian. Kalo abang masih sibuk, banyak pengunjung soalnya.” Kata Fernan sebelum pergi meninggalkan mereka karena sudah dipanggil oleh pelanggan.

          Dayna menatap kakaknya dari jauh, lalu menggeleng.

          “ Ya gitu, kalo udah sibuk. Mbak ditinggal sendirian.” Ucap Ayu sambil menghela nafas.

          “ Mbak udah berapa lama sama Bang Fernan?” tanya Dayna penasaran.

          “ Udah 6 tahunan lah, soalnya seminggu lagi mau ngerayain anniv ke 6 kita.” Ujar Ayu sambil tersenyum senang.

          “ Hebat ya sampe bertahun-tahun gitu.” Ucap Dayna sedikit iri.

          “ Dulu tahun pertama sering putus nyambung, kadang saling mentingin egois masing-masing. Apalagi ditambah sama gengsi, ya makanya sering berantem. Tapi sekarang kita udah berusaha ngerti satu sama lain.” Jelas Ayu sambil menatap Dayna.

          Dayna hanya mengangguk mendengarkannya.

          “ Kalo kamu? Ajak cowok mu kesini dong. Kita double date.” Kata Ayu menggoda Dayna. Namun Dayna hanya tersenyum kecut.

          “ Boro-boro punya cowok, pacaran aja belum pernah.” Ujar Dayna agak malu.

          “ Loh kenapa? Belum boleh pacaran?” tanya Ayu heran.

          “ Kalo dulu iya, tapi sekarang udah. Kan udah kuliah.” Jawab Dayna sambil nyengir.

          “ Yaudah, cari pacar geh sana.” Ayu kembali menggodanya.

          Dayna termenung, lalu kembali membayangkan wajah Rain.

          “ Nanti lah, mbak. Sekarang belum nemu yang cocok.” Ucap Dayna menjelaskan.

          “ Sebenernya nggak usah dicari dia akan datang sendiri kok. Kalo memang dia jodoh kamu, pasti bisa ketemu.” Ayu kembali menjelaskan.

          Dayna kembali melamun. Seperti Rain. Lelaki itu datang ke dalam kehidupan Dayna tanpa perlu Dayna cari terlebih dahulu. Namun, mana mungkin Rain berjodoh dengannya?

          Dayna tertawa hambar menyadari pemikiran bodohnya.

•••

          Laras mengajak Dayna untuk menemaninya pergi ke Fakultas Hukum. Dayna pun menyetujuinya. Mereka berdua berjalan bersama kearah gedung FH yang masih dipenuhi oleh mahasiswa. Saat Laras dan Dayna melewati tempat parkir, Dayna merasakan ada seseorang yang menabraknya.

          “ Eh, sori. Sori.” Ujar Lelaki itu. Dayna menoleh kearahnya.

          Dayna melihat Rain sedang berdiri sambil menatap Dayna. Tangan kanan Rain sedang memegang teleponnya. Mata Dayna tidak berkedip memandangi mata hitam milik lelaki itu.

          Namun detik itu juga Rain kembali sibuk dengan telfonnya dan kembali berjalan tanpa menghiraukan Dayna. Seakan Rain tidak mengenal Dayna sama sekali. Kembali Dayna merasakan sakit itu.

          “ Na, nggak papa?” tanya Laras menyadarkan Dayna.

          “ Eh, nggak papa.” Jawab Dayna cepat.

          “ Lo kenal cowok tadi?” Laras menatap Dayna menyelidik. Dayna menggeleng cepat.

          “ Nggak, gue nggak kenal dia.” Ucap Dayna berbohong.

          “ Oh, eh tapi cowok tadi keren ya, Na. Ganteng lagi. Aduh, boleh tuh dijadiin gebetan.” Laras tak berhenti mengoceh.

          Dayna tak mengacuhkan ucapan Laras, yang Dayna pikirkan kenapa tiba-tiba tingkah Rain seperti itu padanya? Bahkan tadi seperti tak mengenal Dayna sama sekali! Apa lelaki itu amnesia?

          Dayna lebih memilih Rain terkena amnesia dari pada Rain hanya mempermainkannya saja seperti yang selama ini Sisil beritahu pada Dayna.

•••

          Selesai mengantarkan Laras, Dayna tidak langsung pulang ke kostan. Dayna memilih kembali ke gedung fakultasnya dan duduk-duduk ditaman. Dayna berusaha mengulur waktu agar tidak pulang cepat.

          Karena bila hanya sendirian dikamar kostnya, Dayna akan terus memikirkan Rain. Dan beberapa menit sekali akan keluar dari kamar lalu memperhatikan kamar Rain yang masih terlihat tak berpenghuni itu.

          Apalagi belakangan ini Dayna sering melakukan hal bodoh dengan duduk dibalkon dan menunggu Rain pulang. Karena Dayna ingin memerhatikan lelaki itu dari kejauhan. Hati Dayna masih berusaha menyangkal bahwa Rain hanya mempermainkannya saja.

•••

'RAIN' - Biarkan rasa kita berceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang