Fifteenth

1.5K 82 0
                                    

Bonus satu part nih :*, Ini aku bikinnya galau tingkat tinggi. Soalnya ada yang pengalaman pribadi sih, jadi ya rada gimanaa gituuuu~. Langsung baca aja deh yaaa :3, peluk cium buat yg mau bacaaaa {}

When it rain rain rain rains

It rain rain rain rains

More than this

Baby I hate days like this

(Rain – Mika)

     Langit mendung, gemuruh petir terdengar. Dayna yang sedang asyik bersantai ditaman fakultasnya segera tersadar bahwa hujan akan segera turun.

          Dayna memasukkan buku-bukunya lalu mulai berjalan untuk meninggalkan gedung fakultas itu. Dayna mempercepat langkahnya ketika dia mendengar bunyi petir yang menggelegar.

          Langit semakin gelap, Dayna sudah berlari sekarang. Ketika Dayna terus berlari hujan lebat mengguyur tubuhnya. Dayna mencari tempat berteduh, namun Dayna tidak menemukannya. Dayna terus berlari seakan dia melawan hujan.

          Tiba-tiba Dayna tersandung, kemudian dia jatuh tersungkur. Hujan terus membasahinya tanpa henti. Dayna merasakan lututnya mulai perih, lalu titik-titik merah terlihat disana. Lutut Dayna berdarah.

          Dayna membiarkan air hujan membawa darahnya mengalir menyatu bersama rintik air hujan yang lain. Dayna tak perduli tubuhnya yang sudah basah sekali. Dayna memeluk lututnya yang terasa sakit.

          Lalu Dayna tersadar, ini seperti déjà vu bagi Dayna. Dayna segera menggigit bibirnya yang mulai merasakan dingin. Dayna memejamkan matanya. Hal yang terjadi pada saat itu terulang kembali di memori otak Dayna. Tarian ditengah hujan. Senandung saat hujan. Dan pelukan hangat yang Dayna rasakan saat dinginnya hujan menggigit kulitnya.

          Dayna menangis. Air matanya terjatuh dan berbaur dengan air hujan. Tangis Dayna semakin deras. Dia membiarkan air hujan yang menghapus air matanya. Dayna tak perduli tubuhnya yang menggigil kedinginan.

          Dayna mengharapkan sebuah keajaiban. Disini, ditempat yang sama seperti dulu.

          Namun Dayna sadar. Keajaiban tidak terjadi untuk kedua kalinya. Dayna sadar bahwa kejadian itu tak akan pernah terulang lagi. Dayna mengutuk dirinya yang berfikir Rain akan datang dan kembali memeluknya. Dayna merasa bodoh sekali.

          Dayna berusaha berdiri tanpa memerdulikan lututnya yang sakit. Dayna memaksakan kakinya berjalan walaupun terseok. Dayna mencoba menerobos hujan yang begitu derasnya.

•••

          Dayna mengetuk pintu kamar Rani sekali lagi.

          Barulah pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Rani dari dalam. Rani menatap Dayna yang basah kuyup dengan wajah tak percaya.

          “ Dayna, ya ampun.” Ujar Rani khawatir.

          Dayna segera memeluk Rani dan menangis dipundak Rani saat itu juga. Rani membalas pelukan Dayna dengan kebingungan. Namun Rani tetap membawa Dayna masuk ke dalam kamarnya.

          Rani memberikan Dayna handuk untuk mengeringkan rambutnya. Air mata Dayna masih menetes, namun tak ada suara sedikitpun. Rani berjalan mendekat kearah Dayna dan memberinya segelas teh hangat. Dayna menerima teh hangat tersebut lalu menaruh gelas itu ke meja yang tak jauh darinya.

          Rani menatap Dayna dalam, memerhatikan Dayna yang sudah tak karuan.

          “ Kenapa?” tanya Rani lembut sambil membelai kepala Dayna yang masih basah.

          Tangis Dayna kembali pecah, Dayna memeluk Rani lagi. Namun kali ini Rani tidak berusaha menenangkannya. Rani mendengarkan dengan seksama cerita yang mengalir dari mulut Dayna. Semuanya Dayna ceritakan. Semua peristiwa dan apa saja yang Dayna rasakan. Bahagia, senang, terharu, sedih, sakit, semuanya tergambar dari ekspresi Dayna.

          Dengan sabar Rani terus mendengarkan Dayna yang masih terisak.

          “ Sakit, Ran. Bodohnya aku, aku nggak nurutin omongan kamu buat ngejauhin dia. Aku bodoh banget, Ran.” Ujar Dayna disela tangisnya.

          Cerita Dayna sudah terhenti. Tinggal tangis Dayna yang masih tersisa.

            Rani mulai menenangkan Dayna.

          “ Kamu nggak bodoh, Na. Seandainya aku jadi kamu, pasti aku juga akan ngelakuin hal yang sama. Dan aku juga akan ngerasain apa yang kamu rasain sekarang. Ini bukan salah kamu. Kalo masalah hati, nggak ada yang tau, Na. Sama siapa kita akan jatuh cinta. Sama siapa kita rela ngasih hati kita ini. Kadang kita nggak sadar kalo ternyata, tiba-tiba kita udah butuh sosok dia dikehidupan kita.” Jelas Rani sambil membelai rambut Dayna.

          “ Na, yang milih siapa yang kita cintai itu hati kita sendiri. Bukan kita. Kadang, kita udah berusaha untuk mencintai seseorang, tapi kalo hati kita nolak, pasti rasa itu nggak akan pernah ada.” Sambung Rani lagi.

          “ Tapi Ran, kenapa harus dia?” Dayna masih terisak.

          “ Kok kamu tanya aku? Seharusnya kamu tanya hati kamu. Kenapa hati kamu harus milih dia? Apa cuma karena penampilan dia? Apa karena perilaku dia? Apa karena sifat dia?” tanya Rani pada Dayna.

          Dayna menggeleng.

          “ Karena semua hal yang udah dia tunjukkin di depanku, Ran. Cara dia natap aku. Cara dia ngegodain aku. Cara dia memerhatiin aku. Bahkan cara dia ngerokok di depan aku. Biasanya aku nggak akan pernah bisa nolerir seorang perokok, tapi bagiku dia pengecualian.” Ujar Dayna pada Rani.

          “ Jadi, hal yang biasanya kamu jadiin alasan untuk membenci seseorang, tapi sekarang hal itu yang kamu jadiin alasan buat cinta sama dia?” tanya Rani lagi.

          Dayna mengedikkan bahunya bingung.

          “ Dayna, sekarang tanya hati kamu. Kalo memang dia pantes buat kamu pertahanin, silakan kamu pertahanin sekuat tenaga. Tapi kalo bagi kamu dia nggak pantes, biarkan dia pergi. Bila perlu kamu yang bukain pintunya supaya dia bisa mudah keluar.” Entah mengapa Rani berubah menjadi seorang yang puitis.

          Namun Dayna termenung. Sekarang semuanya ada pada Dayna. Mencari dan mempertahankan Rain yang tidak pernah mencoba mencari dan mempertahankannya, atau melepaskan Rain yang memang ingin pergi.

          “ Kalo memang jodoh, nanti ada cara buat ketemu lagi. Tapi kalo nggak jodoh, pasti bakal ada cara buat kamu nemuin jodoh kamu itu.” Rani tersenyum pada Dayna.

          Dayna kembali tertegun memikirkan setiap ucapan Rani.

•••

'RAIN' - Biarkan rasa kita berceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang