Eleventh

1.6K 78 1
                                    

Maaf ya kalo part ini lamaaaa banget, soalnya lagi sibuk persiapan buat UN nih. Nah, ini dia lanjutannya, semoga pada suka ya. Jangan lupa vote sama comentnya. Langsung aja deh ya dibacaaaaa :3

I want you to know who I really am

I never though I’d feel this way towards you

And if you ever need someone to come along

I will follow you and keep you strong

(Life is like a boat – Rie Fu)

     “ Jadi ini kostan kamu?” tanya Fernan. Dan dijawab Dayna dengan anggukan.

          Fernan baru saja keluar dari kamar kost Dayna, dan sekarang mereka sedang duduk-duduk dibalkon kamar Dayna. Dayna sedang asyik mengobrol dengan kakaknya ketika menyadari bahwa sedari tadi Rain telah menatap mereka tajam dari balkon kamarnya sendiri.

          Dapat Dayna lihat tatapan Rain itu adalah tatapan orang yang tidak suka. Saat Dayna memperhatikan Rain, Rain segera berdiri lalu masuk ke dalam kamar dan membanting pintu kamarnya kuat.

          Dayna hanya menatap pintu kamar bernomor 11 itu dengan bingung.

          “ Enak juga ya disini, bisa memantau ke bawah.” Ucap Fernan sambil menatap saung yang berada dibawah.

          “ Eh, kamu punya uang buat nyewa kost disini dari mana, Dek?” Fernan menatap Dayna menyelidik.

          Dayna nyengir. “ Dari Mama.” Dayna tersenyum selebar mungkin.

          “ Udah ku duga. Mana mungkin kamu bisa nyari duit sendiri.” Ujar Fernan.

          “ Abang juga kan dapet uang dari Mama, trus baru dibikin usaha.” Cibir Dayna tidak terima.

          “ Tapi kan aku jelas-jelas udah bisa menghidupi diri sendiri. Kalo kamu? Jatah bulanan?” tanya Fernan lagi.

          Dayna kembali tersenyum dan mengangguk.

          “ Nggak usah sok kabur dari rumah kalo masih minta jatah bulanan!” Fernan melirik adiknya sengit.

           “ Mama yang ngasih jatah bulanan aja nggak sewot kok!” Bela Dayna.

          “ Kamu itu sama aja kabur dari rumah tapi nggak sukses, masih terikat sama orang rumah. Kalo abang kan memang berusaha mandiri.” Jelas Fernan pada Dayna.

          “ Usaha mandiri orang kan beda-beda sih, Bang. Aku juga lagi berusaha mandiri dan jauh dari orang tua, tapi aku belum bisa biayain kehidupan sendiri. Abang juga pasti perlu bertahun-tahun kan supaya bisa kayak gini. Punya kafe, dapet beasiswa, terus sekarang lagi ngumpulin duit buat beli rumah. Ini baru permulaan buat aku, Bang. Abang kan nggak tau nantinya aku kayak mana, siapa tau aku bisa lebih sukses dari Bang Fernan.” Dayna menjelaskan panjang lebar.

          Fernan memperhatikan adiknya itu. Setelah 5 tahun tidak bertemu, adiknya ini berubah. Bukan hanya dari tubuhnya yang sudah menunjukkan bahwa dia sudah tidak pantas disebut sebagai remaja lagi, namun cara berfikirnya juga sudah dewasa.

          Fernan kembali mengacak rambut Dayna. Iya, Fernan memang rindu pada sosok Dayna yang ceweret dan tak suka apabila diberi komentar ini. Dayna sedikit berteriak karena sekarang rambutnya sudah acak-acakkan.

'RAIN' - Biarkan rasa kita berceritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang