#Tetes ketiga

5.5K 542 33
                                    

Sasuke menghela nafas lelah. Matanya sudah perih, dia yakin kalau warnanya juga sudah memerah.

Tadi malam dia lembur. Pekerjaannyapun baru selesai beberapa menit lalu. Dia ingin segera bergelung dalam selimut, tapi suara perut yang lumayan keras menahannya.

Keningnya berkerut, kapan terakhir kali dia mengisi perut? Sasuke menghela nafas-lagi. Disandarkannya punggungnya pada kursi kantor. Dia baru ingat, terakhir kali dia makan adalah istirahat makan siang kemarin.

Sambil memijat pelipis, Sasuke berjalan keluar, berniat mencari makanan sambil berjalan-jalan. Tubuhnya sudah pegal dan kaku akibat terlalu lama duduk.

Langkahnya terhenti. Sebuah tas jinjing berwarna hijau tergelak rapih tanpa pemilik dimeja Sakura--sekertarisnya.

Dia mendekat, penasaran akan isinya. Lalu dibukanya perlahan. Keningnya berkerut, siapa yang menaruh kotak bekal disini?

Diangkatnya kotak bekal itu, dan kerutan dikeningnya bertambah. Berat dan hangat. Tangannya membuka cepat tutup bekal, sempat tertegun dengan isinya yang mengepulkan asap.

Perutnya langsung keroncongan, apalagi begitu melihat selembar kertas bertuliskan namanya didalam tas. Tanpa pikir panjang, dibawanya tas beserta isinya keruangannya.

Sasuke mendudukkan dirinya di sofa, mengeluarkan kotak bekal juga sumpit didalamnya. Dia tergiur, tanpa aba-aba langsung menyuapkan makanan itu kemulutnya.

Matanya membola, rasanya sama persis seperti buatan ibunya--Mikoto. Apa ibunya itu repot-repot datang kekantornya dipagi hari hanya untuk memberikannya sarapan?

Sasuke akan berterima kasih nanti. Ingatkan itu. Dia sangat beruntung karena memiliki seorang ibu yang begitu pengertin.

Dimakannya lahap makanan itu, terlalu fokus sampai tidak menyadari sepasang mata yang berkaca-kaca melihat pemandangan itu.

***

Naruto tersenyum. Dia memakai celemek coklat dengan renda dibagian depannya. Perempuan itu sudah tidak betah dirumah, pekerjaannya sudah selesai semua, tidak ada lagi yang bisa dikerjakan.

Hari ini wajahnya terlihat lebih cerah, ada rona-rona kehidupan diwajahnya yang pucat. Terkadang matanya berbinar-binar tidak jelas, lalu senyum-senyum sendiri sambil tersipu.

Ino geleng-geleng kepala. Perempuan dengan iris violet itu baru satu bulan mengenal Naruto, tapi entah kenapa? Mereka bisa berteman akrab layaknya teman lama.

Naruto sedang menyapu teras, senandung kecil keluar dari bibir mungilnya. Ino mengelap kaca, lalu membenarkan tulisan open yang tertempel dipintu.

Sekarang mereka sedang ada di Toko Bunga, Naruto ingin membantu Ino sambil menghabiskan waktunya disini. Dia juga akan belajar sedikit-sedikit tentang makhluk cantik yang tertanam itu.

Hitung-hitung menambah ilmu. Lagi pula tidak sia-sia juga kalau dia menghabiskan waktunya disini, menghabiskan detik-detik dengan memandang berbagai jenis bunga dengan aroma yang semerbak.

"Hari ini kau tampak begitu bahagia, Naru. Apa ada hal baik yang terjadi?" Ino bertanya, masih dengan tangannya yang mengelap kaca.

Naruto terkekeh pelan, "Mungkin itu bisa disebut hal baik. Yang jelas, aku bahagia."

"Kalau begitu, sebarkan kebahagiaanmu pada semua orang yang berkunjung nanti."

"Siap, kapten!"

Dan pagi itupun diisi oleh celotehan dan tawa pelan dari kedua gadis tersebut.

***

"Dia adalah milikku. Matanya, hidungnya, mulutnya, rambutnya, sosoknya, senyumnya. Juga hatinya"

***

TBC...

Maaf karena chapter ini begitu sangaaat pendek.

Saya juga mau berterima kasih untuk kalian yang udah mau nunggu cerita ini ^^

Saya seneng karena cerita saya bisa dapet respon positif, itu bikin saya semangat nulis, walupun akhirnya cuma dapet segini.

Yaudahlah.. Vomment kalian ditunggu! Dan kalau kalian suka dengan cerita ini, share ke teman kalian^^

03-05-2017,
YukiAsahy

See you next chapter..





Cause Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang