Dia pernah bermimpi. Suatu hari yang entah kapan, tangannya menggenggam tangan lain yang lebih kecil, lalu terdengar tawa.
Mereka berlari, sesekali menengok ke belakang untuk berjaga-jaga. Sepertinya mereka tengah dikejar seseorang. Tapi entah kenapa, itu terasa begitu menyenangkan. Seperti beban berat yang diangkat perlahan-lahan.
"Aku ingin pergi dengan kakak suatu hari nanti."
Seseorang bicara. Suaranya lembut juga kecil, persis seperti anak-anak.
"Lain kali, aku ingin ke Taman Hiburan, berjalan-jalan melihat sakura, terus berlalu sampai salju pertama turun."
Sasuke ingin tertawa. Anak kecil itu bicaranya terlalu pintar untuk anak seumurannya.
"Makanan apa yang kakak sukai? Nanti aku akan belajar pada ibu bagaimana cara memasaknya. Aku harap nanti kakak suka."
Sasuke tidak ingat, namun hatinya merindu.
"Janji? Aku pasti akan berusaha keras!"
Lalu, Sasuke mendengar tawanya sendiri menyahuti ucapan anak kecil itu.
Kapan itu terjadi?
Ia... benar-benar tidak ingat.
Manik hitamnya mengerjap di antara keremangan, Sasuke merasakan sesuatu yang basah menganak sungai di sekitar matanya. Apakah ia, menangis?
Untuk apa?
Untuk siapa?
Kenapa?
Sasuke tidak tau sebabnya. Sebelah tangannya menutupi kedua mata. Ia tengah berada di tempat tidurnya dengan lampu padam. Jam di nakas masih menunjukkan pukul empat, dan udara sangat dingin pagi ini.
Sebenarnya, hal apa yang dilupakannya? Mengapa ia merasa begitu sedih?
Selang beberapa detik tanpa ketidakpastian, Sasuke mendengar suara-suara yang berasal dari luar kamarnya. Lelaki itu bangkit, berjalan pelan dan melihat keadaan. Aroma lezat tercium menuju indranya. Sangat wangi, sampai Sasuke dibuat meneguk ludah.
Siapa yang memasak di jam segini?
Ini masih terlalu pagi dan dingin.
Sasuke mengintip dengan alis menukik, ia penasaran. Di rumah ini, hanya ada dirinya dan –Naruto. Gadis pirang menyebalkan itu.
Namun begitu, Sasuke tetap mengintip. Ia melihat sosok siluet di balik bayang-bayang hitam lampu yang masih padam, kecuali lampu dapur.
Gadis pirang itu memakai celemek. Ia terlihat sibuk dengan masakannya. Sesekali lengannya mengusap peluh, lalu kembali lagi pada masakannya. Sasuke bersembunyi di balik sofa, matanya menelisik sambil memperhatikan gadis yang sekarang berstatus sebagai 'istrinya'.
Selama ini, ia bersikap tidak peduli, toh ia pun memiliki seorang kekasih yang sempurna di luar sana. Ia tidak membutuhkan seorangpun selain kekasihnya, apalagi seseorang yang tiba-tiba datang dan mengatur kehidupannya dengan ikatan seperti ini.
Sasuke tidak suka.
Tapi mau bagaimanapun, hatinya tidak bisa lebih kejam lagi jika melihat yang seperti ini. Ia juga memiliki otak untuk berpikir.
Naruto membuat makanan untuknya pada pagi hari sebelum kebanyak orang bangun, apalagi dirinya. Gadis itu pasti sudah memperkirakan jam berapa ia akan pergi bekerja. Mungkin itu sebabnya Sasuke selalu melihat sarapan yang sudah siap terhidang di atas meja setiap kali ingin pergi ke kantornya.
Ia benci gadis pirang.
Tapi mungkin, ia akan mengurangi sedikit rasa bencinya pada gadis pirang itu.
Setidaknya—untuk saat ini.[]
-Cause of You-
Naruto hampir menjatuhkan kain pel yang dibawanya pagi ini. Dia benar-benar terkejut sampai ingin berteriak kaget. Gadis pirang itu kira, yang duduk sambil menyantap sarapannya di meja adalah orang asing yang tidak sengaja masuk ke rumahnya—rumah Sasuke maksudnya.
Dengan tampang terkejut, ia melangkah mendekat sambil meneguk ludah. Apakah—apakah yang di hadapannya ini adalah ilusi?
"Sa-sasuke?"
"Hm."
Asli!
"Se-semangat bekerja!"
Apa yang tengah ia lakukan?!
Naruto benar-benar malu. Wajahnya bahkan sampai memerah seperti terkena demam. Ia berbalik badan, lalu berlari menuju kamarnya. Pintu tertutup, gadis pirang itu menyembunyikan wajahnya di balik bantal.
Naruto, tidak pernah sebahagia ini sebelumnya.
Apakah Sasuke sudah mau membuka hati untuknya?
Dag.Dig.Dug.Dag.Dig.Dug.
Jantungnya berpacu cepat, sungguh tidak baik untuk kesehatannya.
Naruto, Naruto bisa terkena serangan jantung kalau seperti ini.[]
-Cause of You-
Sisa waktunya terasa begitu indah belakangan ini. Dia merasa seperti terbang di alam mimpi dengan segala harapan yang terwujud dengan hampangnya. Setelah kembali ke Rumah Sakit untuk memeriksa diri, Naruto menatap bunga-bunga mekar milik Ino. Gadis pirang itu sedikit melamun, dan ketika sedikit sadar, dia hanya melirik pada pohon-pohon yang tidak lagi memiliki daun di luar sana.
Naruto menunduk, menghilangkan semua angan yang sudah terbayang di kepalanya. Gadis itu menghela napas berkali-kali, mencoba menghilangkan rasa tidak enak hati yang masih saja menggelayuti.
Naruto ingin meminta sedikit waktu lagi untuk bersama Sasuke.
TBC
Duh, Yuki tidak dapat berkata-kata. Maaf ya atas kekecewaan kalian selama ini karena Yuki updatenya lamaaaa banget.
Salam kangen,
YukiAsahy
01/06/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause Of You
Fiksi Penggemar[Selesai] Jalan yang dilalui Naruto tidak lebih karena kebodohannya sendiri. Warning: OOC, FemNaru! Masih belajar. Disclaimer: Masashi Kishimoto Cerita asli pemikiran dan milik saya.