Tanpa judul

4K 296 22
                                    

"Mati. Mati. Mati."

Naruto mendelik. Dia menoleh hanya untuk memberikan seringai mengerikan pada seseorang yang sudah terbaring tidak berdaya. Langkahnya terdengar ringan menuju orang itu. Lalu matanya membola hendak keluar. Ia melotot garang dengan separuh wajah terkena darah.

"Apa yang harus aku lakukan?"

Pertanyaan retorik. Si pirang berujar keji setelah meludah sembarangan. Tangan yang terkapar diinjak bengis sampai pemiliknya berteriak nyaring. Perempuan yang tersiksa memohon-mohon ampun. Apa pedulinya? Naruto bahkan tidak merubah mimik mukanya.

"Tanganmu itu nakal sekali," Kaki terbalut sepatu itu dihentak setelah diangkat tinggi-tinggi, jatuh langsung mengenai telapak tangan yang sudah ternoda darah. "Berani sekali, ya." 

"H-hentikan... ku mohon..."

Bah!

"Apa?" Bohong kalau Naruto tidak sedang bermain. Rambutnya kucal dengan noda merah, menetes sampai mengenai baju putih si perempuan nelangsa. Baru beberapa kali dia menginjak tangan itu, suara krek menyeramkan terdengar. Naruto tertawa, dan dia mencari tempat lain untuk ia injak. "Dimana, ya?"

"Sa-sakit..."

"Di sini?" Si pirang menggebu. Tangannya mendarat di perut rata perempuan itu, menimbulkan teriakan memekakkan yang membuat Naruto mual. Jangan bilang kalau Naruto bertangan kosong. "Atau di sini?" benda tajam itu terangkat, lalu kembali ditusukkan lagi. Kali ini lebih dalam. Sampai perempuan itu kehabisan tenaga untuk berteriak.

"Eh, kenapa?"

Yang terdengar hanya suara napas yang terputus-putus, lalu manik biru itu melihat air mata yang mengucur di ujung mata perempuan itu.

"Na-ruto... ma-afkan... a-ku..."

"Ya, ya, ya." Tapi Naruto menyenggol gagang pisau itu. Perempuan itu mengerang tertahan. Mulutnya sudah memuntahkan segumpal darah dari tadi. Salah sendiri, bukan salah Naruto. Lepas mengelap separuh wajahnya, tangan kecil itu kembali memegang gagang pisau. Dengan penuh minat ia putar-putar sampai tangannya banjir darah. Naruto tidak tahu kalau rasanya begitu menyenangkan.

"Kalian jahat."

Air mata menuruni pipi mulus itu. Dia tersenyum di balik uraian surai pirangnya. Perempuan yang memohon tadi sudah tidak bersuara. Mati mungkin. Naruto tidak peduli. Dia bangkit berdiri sambil terseok. Obsidiannya memandang miris pada sosok tercinta yang menatapnya benci.

"Bukan begitu, Sasuke."

Naruto mulai terisak. Dia kembali menatap korbannya yang tidak lagi memohon, tertidur di lantai berbalut merah pekat. 

"Jangan menatapku begitu, Sasuke..." suaranya kian lirih. Naruto terduduk. Air matanya tidak mau berhenti walaupun sudah ia usap sangat kasar. Hatinya sangat sakit. Naruto tidak kuat lagi.

"A-aku... tidak bermaksud."

Gadis pirang itu berlari. Dia mendobrak pintu, meninggalkan kedua orang yang sangat ia sayangi namun berkhianat. Beberapa langkah setelah pintu tertutup, tawa culas mengganti air matanya. Naruto tiba-tiba tertawa kesenangan sampai tubuhnya berguncang. Dia masuk ke dalam salah satu kamar yang dipesannya dan langsung membersihkan diri di kamar mandi. 

Anyir. 

Tapi Naruto suka.

Naruto akan menunggu berita esok pagi dan menikmatinya dengan secangkir coklat panas.

***

Tragis! Perselingkuhan berujung maut. Bagaimana bisa pengusaha muda Uchiha terlibat perselingkuhan di saat kematiannya? Simak kisahnya di sini. -Gosip News

End

Em, aku nggak ngerti ini nulis apa, yang penting aku seneng *hahahaha. Tapi sebenernya aku mau kasih tau sesuatu. Jadi gini, karena bentar lagi cerita ini mau habis, aku mau kasih tau sesuatu *lama amat dah. Bagian ending dari cerita ini akan aku privat. Udah itu aja, hehe... 

Happy reading, guys... *untuk chapter selanjutnya

Cause Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang