#Tetes pertama

7.3K 525 15
                                    

Hari ini, Sasuke tidak menyentuh sarapannya lagi. Sebelumnya, Naruto berfikir kalau kehadiarannyalah yang membuat Sasuke tidak memakan sarapannya. Jadi, Naruto tidak pernah menunjukkan batang hidungnya lagi saat jam makan.

Kenyataannya, Sasuke tidak mau memakan masakan yang dibuatnya. Pria raven itu bahkan tidak melirik masakannya sedikitpun. Mungkin menurutnya itu menjijikan. Karena yang membuatnya adalah seseorang yang dengan egois mengikat dirinya dengan suatu pernikahan.

Naruto tersenyum. Dia sudah bilang akan menerima semua konsekuensinya. Naruto juga tidak akan mengeluh. Karena keinginan terbesarnya sudah terpenuhi sejak memiliki Sasuke.

Lagi-lagi makanan itu masuk tempat sampah. Naruto membersihkan semua peralatan makan juga perabotan rumah. Sasuke bilang, dia tidak suka kalau apartemennya berdebu. Jadi Naruto sebisa mungkin membersihkannya dengan teliti sampai tidak menyisakan debu sedikitpun.

Setelah selesai dengan pekerjaannya, Naruto terduduk di sofa tengah. Tubuhnya terasa begitu lemas. Dia menutup kedua matanya dengan sebelah lengan. Hembusan nafas lelah keluar dari mulutnya. Sedikit demi sedikit patanya terpejam, membawanya ke alam mimpi.

*

"Sasuke~" rengekan manja terdengar dari perempuan bersurai merah jambu. Tangannya menggelayut manja dilengan Sasuke.

Pria raven menghentikan kegiatannya. Dia berbalik agar dapat berhadapan dengan sosok wanita yang dicintainya, "Ada apa?" tanyanya lembut.

Sakura tersenyum, "Apakah kau tidak lapar?" tanyanya balik. "Jam makan siang hampir habis."

Sasuke tersenyum, diletakkannya berkas yang tadi dibacanya. Lalu menarik lembut tangan yang menggelayuti lengannya. "Mau makan dimana?"

"Em... Bagaimana kalau Restauran didepan saja? Disana murah!"

"Apapun boleh asal kau yang minta, lovely."

*

Jam dinding sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Sepasang kelopak mata nampak baru terbuka, menampakkan warna biru seperti lautan.

"Jam berapa... ini?" Mata itu mengerjap. Lalu berkeliling sekitar.

Gelap.

Sepertinya Naruto tertidur sampai malam. Lagi. Perempuan itu menyalakan saklar lampu. Lalu menghela nafas lelah. Dia sudah seperti mayat hidup kali ini.

Rambut sebahunya bergoyang. Dengan langkah pelan, dia masuk kekamarnya. Mengambil handuk dan bergegas mandi.

Kamar mereka terpisah. Sasuke tidak mau satu kamar dengannya. Lagi pula Naruto tidak masalah. Asal bisa melihat Sasuke setiap hari, gadis pirang itu sudah senang.

Setelah selesai membersihkan diri, Naruto segera bergegas ke dapur. Dia berkutat dengan perkakas juga bahan makanan. Sebagai istri yang baik, bukankah ini adalah tugasnya?

Suami bertampang dinginnya itu biasa pulang pukul sembilan malam. Naruto khawatir kalau pria raven itu belum makan karena terlalu banyak pekerjaan.
Walaupun terkadang Naruto harus menelan kenyataan pahit. Sasuke tidak pernah menyentuh makanan yang dibuatnya. Setidaknya dia sudah berusaha.

Naruto mendudukkan dirinya dimeja makan. Hidangan yang tidak terlalu mewah sudah tersedia dia atasnya. Tubuhnya pegal-pegal, padahal tadi dia tidur seharian.

Cairan hangat keluar dari hidungnya. Naruto tersentak keget. Dia langsung menuju wastafel dan membasuh darah yang keluar.

Lagi-lagi dia mimisan. Darahnya tidak mau berhenti. Tangan gadis pirang itu bergetar, bahunya agak bergetar. Suara isakan kecil terdengar memenuhi dapur.

Dia hanya sendiri. Keluarganya sudah pergi saat usianya sembilan tahun. Sosok yang dicintainya menutup mata akan kehadirannya. Tubuhnya sudah semakin lemah.

Dan hidupnya, hanya tinggal menghitung hari.


TBC...

Saya suka ngelihat Naruto menderita. Menderita semenderitanya *evilsmirk* Tapi entah kenapa? Kok susah banget ya buatnya?

Yaudah lah.. Vommennya aja guys!

Maaf kalo chap ini pendek. Dan Terima Kasih buat kalian yang udah mau capek" ngevote!

See you next chapter ^_^

Cause Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang