Sasuke sudah berada di rumah sejak siang. Dia memulangkan diri. Tidak mau berurusan dulu dengan tanggung jawabnya di perusahaan. Kepulangannya disambut sepi, tidak seperti awal-awal dirinya menikah dan mendapati Naruto tertidur di tengah sofa. Padahal pernikahan mereka baru berjalan dua bulan—jangka waktu yang termasuk awal. Itu terjadi dulu, saat dia melupakan flashdisk berisi beberapa laporan perusahaan.
Setelah membanting tubuhnya di kasur, Sasuke memandang langit-langit dengan pandangan kosong. Netranya beralih menatap layar ponsel yang menampilkan sebuah pesan singkat. Dari Naruto, gadis menyebalkan yang ingin ia usir jauh-jauh.
From : 010-2**-****
Sasuke, ibu bilang ia telah memesankan kita makan malam di Restoran *****. Aku akan menunggu di halte dekat rumah pukul lima.
Maaf karena aku merepotkanmu.
-Naruto
Ponselnya mati saat itu, jadi jangan salahkan Sasuke yang tidak datang. Lagipula, gadis itu pasti menikmati makan malamnya bersama pria itu kan? Sampai baru pulang pagi tadi dan diantar pakai mobil.
Sungguh tidak tahu malu. Setelah mengikat Sasuke dengan sebuah pernikahan, mana bisa gadis itu berkencan dengan pria lainkan? Dia pikir Sasuke itu mainan yang bisa dibuang sewaktu-waktu, begitu?
Menjijikkan.
***
Naruto mengambil sebotol air mineral di dalam kulkas. Dia meneguknya rakus sampai membuat jalan di ujung bibirnya. Mungkin Naruto masih belum sadar, tapi Sasuke datang dan mengambil cangkir sambil bersandar pada wastafel. Sepasang onyx kembar itu melirik Naruto ganas, seakan-akan ingin mengulitinya hidup-hidup.
Satu botol habis ditenggak dalam beberapa detik, Naruto meremas botol itu dan ingin membuangnya ke tempat sampah. Langkahnya terhenti dengan sapphire yang membola. Tiba-tiba tubuhnya bergetar—refleks. Dia masih terlalu terkejut dengan perkataan Sasuke yang lebih pedas dari biasanya tadi pagi.
"Sa-sasuke...?" tanya Naruto tidak percaya. Gadis itu merasa deja vu dengan perkataannya sendiri.
"Kau sudah puas?" tanya Sasuke sambil meletakkan cangkir yang tadi dikenakannya. Dia melangkah mendekati Naruto, tapi gadis itu malah melangkah mundur menjauhi. "Hubunganku dengan Sakura bisa putus di tengah jalan bila begini terus."
"A-apa maksudmu?"
"Kau merusak segalanya. Kau merebut Ibu dariku. Kau membuat Itachi membenciku. Kau membuat Sakura terluka dan menatapku dengan pandangan sakit hati. Dan kau dengan beraninya masih menampakkan mukamu itu di depanku? Kenapa kau tidak mati saja? Kau itu pusat dari semua masalah, pasti akan indah kalau sejak awal kau tidak terlahir di dunia."
Ini adalah kalimat terpanjang yang Sasuke lontarkan kepada Naruto. Dan hati Naruto terkoyak begitu dalam saat dia menatap onyx 'suami'nya yang memberikan sorot kebencian.
Naruto tidak pernah berpikir hal ini akan terjadi, dan mulutnya terasa kelu.
"Apa lagi yang ingin kau ambil dariku? Ah—maksudku, apa lagi yang ingin kau hancurkan dariku?"
Punggung Naruto menghantam kulkas. Tubuhnya bergetar dan air matanya mulai turun. Gadis itu menunduk, mencoba menyembunyikan kesedihannya di balik rambut pirangnya yang kian menipis. Seberapa kencangnya Naruto berteriak bahwa dirinya kuat, nyatanya tubuh itu tetap rapuh. Tidak bisa dihancurkan lebih dari ini.
Sasuke meninggalkan Naruto setelah berdecih pelan. Dia meninggalkan gadis menyebalkan yang kini terduduk sambil membekap mulut di dapur. Tangannya mengepal, perasaan bencinya menumpuk sampai mengalihkan perasaan khawatir yang sempat terbersit di otaknya. Naruto pucat seperti mayat.
***
Hari-hari berjalan seperti biasa. Bahkan Sasuke masih mendapati sarapan dan makan malam di meja makan saat ia keluar dari kamar dan pulang dari kantor. Bedanya, Sasuke sama sekali tidak melihat Naruto di manapun, termasuk Toko Bunga tetangganya itu.
Sasuke tahu apa saja kegiatan Naruto di luar rumah. Dia tahu karena dirinya yang bertanggung jawab jika Ibunya menelpon dan bertanya tentang Naruto. Tapi sejak kedatangan Naruto di kantornya, Sasuke tidak pernah mau mengetahui kegiatan Naruto lagi. Lagipula kegiatan Naruto hanya itu-itu saja; pergi ke Supermarket atau ke Toko Bunga. Paling jauh pergi bersama Ibunya yang sudah lebih dulu izin padanya. Akting yang bagus, bukan?
Kali ini Sasuke harus mau membuka pintu rumahnya dan membawa Sakura masuk. Hubungan mereka saat ini masih tidak jelas. Tentu saja Sasuke akan menolak kalau Sakura meminta putus dengannya. Tapi perempuan bersurai merah jambu itu hanya diam sambil duduk di sofa ruang tengah. Maniknya memandang sekeliling dan terlihat mengerutkan kening.
Ada yang aneh, bantin Sakura.
Kenapa Sasuke tidak memakai cincin kalau memang sudah menikah? Kenapa pula tidak ada foto pernikahan yang tergantung di dinding rumah Sasuke? Kenapa tidak ada yang datang dan menampar pipinya sambil mengatainya wanita tidak tahu diri yang merebut suami orang kalau memang Sasuke memiliki istri?
"Aku ingin mengatakan sesuatu, Saku—"
"Di mana istrimu?"
Sasuke diam mendengar pertanyaan Sakura. Perempuan itu terlihat serius menatap matanya. Kekasihnya itu benar-benar ingin tahu.
"Dia ada di kamarnya."
Hening.
"Aku ... aku ingin—" Sakura membeku. Dia mencerna perkataan Sasuke yang kelewat santai. Dia ada di kamarnya. Kamarnya. Apakah ini seperti yang Sakura pikirkan?
"Kau tidak sekamar dengannya?"
"Tidak." Mutlak sekali, seperti tidak ada penyesalan. "Aku tidak mencintainya dan kami menikah karena Ibu yang meminta. Aku berniat bercerai dengannya beberapa minggu lagi."
Perkataan Sasuke sukses membuat bola mata Sakura membelalak terkejut. Semudah itukah?
"Kau tidak bisa begitu, Sasuke. Aku akan merelakanmu bila memang kau sudah menikah. Aku tidak ingin mengganggu hubungan rumah tangga orang."
"Tidak! Aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kau harus tahu Sakura, dialah yang telah merusak hubungan kita." Aku Sasuke lantang. Perkataannya itu yang terkesan mempertahankan Sakura memang terdengar indah, namun berbeda dengan hati Sakura yang terasa berdenyut nyeri.
Kenapa Sasuke bisa melakukan hal sekejam ini?
Salah satu pintu kamar terbuka, menampakkan sosok bertubuh mungil dengan rambut pirang sebahu. Gadis itu mendongak begitu mendapati dua pasang mata memandangnya dengan pandangan berbeda. Sakura lantas berdiri dan sedikit memekik kencang.
"Na-naruto...?"[]
TBC
Wah, salah siapa nih Cause of You bisa update lebih dulu dari Freeze? Yuki nggak mau ditabok online loh ya... Wkwkwkwk
Tertanda,
YukiAsahy
10/06/2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause Of You
Fanfiction[Selesai] Jalan yang dilalui Naruto tidak lebih karena kebodohannya sendiri. Warning: OOC, FemNaru! Masih belajar. Disclaimer: Masashi Kishimoto Cerita asli pemikiran dan milik saya.