Bab 1

2.2K 218 28
                                    

"Hei! Sedang apa kau disini? Sebentar lagi bukankah dosenmu akan datang?"

Hermione mendongak dan mendapati lelaki berambut pirang— yang bersedia menjadi teman dansanya kemarin malam— duduk di sampingnya.

Hermione hanya bisa menyandarkan kepalanya pada pohon besar yang menaunginya dan mendesah, "Aku capek. Aku capek menjalani hidup ini."

Lelaki berambut pirang itu sepertinya tak mendegarkan jawaban Hermione. Ia malah mengambil dua bunga dandelion di sampingnya yang telah mekar, lalu meniup salah satunya. Sedangkan yang satunya lagi ditunjukkan pada Hermione.

"Apa kau tahu persamaanmu dengan bunga dandelion?"

Hermione mengamati bunga dandelion di tangan Draco, ia lalu memalingkan wajahnya untuk memandang bunga dandelion yang telah bertebaran karena ditiup Draco. Kemudian, Hermione memandang Draco dan mengangguk.

"Apa?"

"Aku dan bunga dandelion sama-sama terbang tak tentu arah. Kami sama-sama tak tahu jalan hidup kami. Tak tahu bagaimana menentukan masa depan. Dan hanya bisa mengikuti angin, serta menurut pada angin yang akan membawa kami kemana. Pada kebahagiaan atau pada keterpurukan."

"Kau yakin?"

"Sangat yakin. Kau pikir mudah bagiku untuk menentukan masa depan? Bagaimana bisa aku menentukan masa depan kalau aku selalu lupa pada materi pelajaran kemarin? Aku hanya bermodalkan buku diaryku dan buku catatanku untuk mengingat kejadian kemarin. Dan kau pikir aku bisa mengingatmu itu suatu keajaiban, dan peluang penyakit FNDku sembuh? Tidak! Penyakitku tak akan pernah bisa sembuh. Dan akan selalu seperti ini."

"Tapi kau tetap menjadi mahasiswi tercerdas bukan?"

"Itu berkat kedua orang tuaku dan sahabatku."

"Kau beruntung memiliki mereka."

"Ya, aku beruntung. Tapi memiliki sahabat seperti mereka kurasa itu suatu kebetulan."

Draco mengernyit, "Kebetulan?"

"Kebetulan kasihan padaku. Aku yakin sebenarnya mereka ingin meninggalkanku, hanya saja mereka kasihan. Kau pikir mereka tak lelah setiap hari mengingatkanku kalau ada janji penting atau datang ke pesta ulang tahun? Aku bahkan tak mengingat tanggal berapa mereka ulang tahun. Dan apakah aku pantas disebut sahabat?"

"Itu karena penyakitmu. Aku yakin kalau bukan karena penyakitmu, kau akan jadi sahabat yang baik."

Hermione memejamkan matanya sejenak, "Kuharap begitu."

"Tapi menurutku persamaanmu dengan bunga dandelion bukan seperti itu."

Hermione menaikkan sebelah alisnya, meminta penjelasan.

"Kau dan bunga dandelion sama-sama terbang membawa harapan. Kau memiliki tujuan hidup. Dan meskipun angin selalu meniupnya, ia tak mudah jatuh. Ia selalu berusaha untuk terbang, sama sepertimu. Aku yakin kau bukan tipe orang yang mudah putus asa. Jadi, mulai sekarang contohlah bunga dandelion yang tak mudah goyah, serta selalu berusaha dan mencoba."

"Mengapa kau mengatakan hal ini padaku? Seolah-olah kita telah dekat satu sama lain. Tapi, bukankah kita baru kenal kemarin?"

"Itu karena, kurasa aku— aku mencintaimu."

Hermione tersenyum ketika membaca tulisannya di buku diarynya yang bersampul merah muda. Sekarang ia ingat kejadian tujuh tahun lalu, saat pertama kali Draco mengutarakan perasaannya pada Hermione.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang