Bab 18

738 94 4
                                    

Semilir angin yang begitu sejuk membuat tubuh Hermione terlena. Dipejamkannya matanya agar ia dapat merasakan lebih dalam lagi angin yang berhembus tulus itu.

Tangannya melambai, menyapu hamparan bunga dandelion yang terhampar rapi di depannya. Kedamaiannya ini rasanya seperti surga.

Namun, sejujurnya ia sendiri tak tahu bagaimana rasanya surga. Kata orang surga adalah tempat terindah, ternyaman, dan terdamai yang pernah ada. Sehingga dari kesimpulan itu Hermione dapat mengatakan bahwa tempat ini rasanya seperti di surga.

Ketika ia membuka mata, Hermione melihat gaun yang ia kenakan. Gaun itu begitu panjang dan berwarna merah muda, ya, warna kesukaannya. Begitu cantik dan harum. Hermione suka disini.

Kemudian ia duduk di antara hamparan bunga dandelion itu. Dipetiknya salah satu dari mereka lalu ia tiup dengan perlahan. Damai rasanya, sungguh.

Namun tempat ini begitu sepi. Seperti tidak ada orang yang menghuninya selain dirinya.

Tak lama suara derap langkah kaki menginterupsi indra pendengarannya. Ia menoleh dan mendapati sosok berambut pirang dengan setelan baju berwarna putih sedang tersenyum menatapnya.

"Siapa?" tanyanya mencicit.

Orang itu nampak tersenyum tulus padanya namun tak menjawab sedikitpun dari pertanyaan Hermione. Dihampirinya orang itu tanpa rasa takut. Kini ia bisa melihat bahwa sosok itu begitu tampan dengan kulit putihnya. Hanya saja kulitnya tampak begitu pucat.

"Siapa kau?" tanyanya lagi.

Laki-laki justru memeluknya alih-alih menjawab pertanyaannya.

"Mengapa?" tanya Hermione bingung ketika sosok itu mulai menangis di pundaknya.

Beberapa saat kemudian lelaki itu melepas pelukannya lalu menatap Hermione sendu.

"Baik-baik ya kau di sini." ucapnya.

"Maaf?"

"Tetaplah sehat Mione. Aku mencintaimu."

Setelah mengucapkan hal itu lelaki berambut pirang tersebut mulai berjalan menjauh. Sebelum punggungnya benar-benar hilang ditengah cahaya putih yang menyilaukan, Hermione menghampirinya dan memegang lengannya erat.

"Kau mau kemana?"

Lelaki itu menoleh, masih dengan tatapan sendunya seolah ia tak ikhlas meninggalkan tempat ini.

"Pergi."

"Kemana?"

Lelaki itu hanya mengendikkan bahunya.

"Aku ikut ya? Di sini sepi sekali." ujar Hermione memohon. Meski tempat ini indah, jika ia seorang diri, apa gunanya?

"Di sini ramai, kaulah yang tak bisa melihatnya."

Sontak Hermione menoleh kesana-kemari untuk menemukan barang satu orang saja. Namun hasilnya nihil, tempat luas itu hanya ada dirinya dan sosok lelaki disampingnya.

"Jangan membuatku takut." gertak Hermione pada lelaki berambut pirang itu.

"Aku jujur. Di sini ramai dengan orang-orang yang kau cintai, hanya saja kau yang melupakan mereka."

"Aku melupakan mereka?"

Lelaki itu mengangguk.

"Tapi, mengapa?"

Lelaki itu bergeming. Sesaat kemudian matanya menatap hamparan bunga dandelion di belakang Hermione.

"Ingat saja tentang tentang dandelion."

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang