Bab 23

864 100 1
                                    

Satu hal yang Ron lupa, bahwa ketika Hermione tertidur maka saat ia bangun ia akan melupakan segalanya. Sialnya, Ron justru membiarkan Hermione tidur di pesawat setelah mereka mengakhiri perbincangan tak mengenakkan itu.

Ia tak tahu Hermione benar tertidur atau tidak karena ia menutupi kepalanya dengan tudung jaket. Wanita itu sedari tadi meringkuk diam tak bergerak.

Saat petugas memberitahu bahwa sebentar lagi mereka akan sampai dengan perlahan Ron menyentuh bahu Hermione. Diguncangkannya bahu itu, saat sang empunya menggeliat, Ron segera mundur.

Ia telah meneguhkan hati agar ia siap menerima semua pertanyaan Hermione nantinya. Sahabatnya akan lupa, tinggal menunggu beberapa detik lagi sebelum ia bertanya semua hal yang entah bisa Ron jawab atau tidak.

Hermione menoleh, menampilkan mata coklat madunya yang teduh.

Ron tersenyum canggung melihatnya. Yah, ia mengagumi keindahan mata itu namun dari mata itu pula ia sadar bahwa dirinya tak pantas dipanggil 'sahabat'.

Mana mungkin seorang sahabat tega menghancurkan hidup sahabatnya? Bukankah Ron telah menghancurkan kehidupan Hermione? Rumah tangganya berantakan karena Ron. Draco dan Scorpius adalah korban dari kebodohannya.

"Sudah hampir sampai ya?"

Mata Ron membeliak.

Seakan tahu apa yang dipikirkan Ron, Hermione tersenyum tipis. "Aku tidak tidur. Kau tahu, aku berusaha keras melawan kantukku."

Meski Hermione renyah mengucapkannya tetapi telinga Ron terasa sakit mendengarnya. Semua itu palsu. Hermione hanya berpura-pura demi dirinya agar ia berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

"Ma--maaf..." cicit Ron.

Hanya itu yang bisa ia ucapkan terus-menerus seperti kaset rusak.

Hermione memutar kedua bola matanya. "Sudahlah."

Hermione berkata 'sudah' namun Ron merasa bahwa ketika mereka turun semuanya akan nampak berubah. Mereka akan memulai semuanya dari awal.

Awal yang menakutkan.

Dan perubahan yang tak pernah mereka inginkan.

***

"Sepertinya mereka tak bisa menjemput." ujar Ron ketika mereka tidak melihat orang yang mereka kenal berada di ruang kedatangan.

"Apa Ginny menghubungimu?" tanya Hermione tanpa menoleh pada Ron. Ia sibuk mengedarkan pandangannya ke segala arah, siapa tahu ia melewatkan seseorang di antara kumpulan manusia itu.

"Sebentar, aku baru saja menghidupkan ponselku."

"Kau menonaktifkannya?" kernyit Hermione.

Ron mengangguk, ketika ia menoleh pada Hermione, pemuda berambut merah itu justru ikut mengernyit. "Apa? Memangnya salah?"

"Bukankah bisa di mode pesawat?"

Mata Ron seketika membulat. Ia tersenyum kikuk merutuki kebodohannya. Sementara Hermione hanya bisa geleng-geleng kepala. Ron tak pernah berubah sejak dulu.

Untuk menutupi kebodohannya itu Ron memainkan ponselnya. Hermione tak protes meski ia tahu bahwa pemuda itu hanya menekan tombol menu lalu mengembalikannya lagi. Begitu terus seolah-olah ia sedang sibuk.

Ketika mereka mulai berjalan keluar, tiba-tiba Ron melihat siluet sosok yang dikenalnya diantara keramaian itu. Tubuhnya menegang seketika saat ia mengetahui bahwa tebakannya benar.

Gadis itu --ah, bukan lagi gadis, ia telah menjadi wanita sekarang-- tengah berdiri dengan eloknya disana. Rambut hitamnya tergerai anggun. Baju selutut itu juga terlihat apik dikenakannya.

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang